SAMPIT – Di tengah tantangan fiskal yang kian ketat akibat berkurangnya alokasi dari pemerintah pusat, Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) tidak tinggal diam. Fokus pun diarahkan pada penguatan sumber pendapatan asli daerah (PAD) sebagai penyangga utama pembangunan.
Terkait itu, Bupati Kotim Halikinnor menyampaikan, kemandirian fiskal daerah menjadi agenda mendesak yang tidak bisa ditunda. Ia meminta agar seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) penghasil PAD dapat lebih proaktif, kreatif, dan terbuka dalam menggali potensi-potensi ekonomi yang masih tersembunyi.
“Kita tidak bisa sepenuhnya bergantung pada pusat. Maka sudah saatnya kita membaca peluang di daerah sendiri, berinovasi, dan menggali sumber-sumber pendapatan baru yang sah dan berkelanjutan,” ujarnya.
Ia menyebutkan, penurunan anggaran pusat berdampak langsung terhadap tertundanya sejumlah program prioritas daerah, khususnya yang menyentuh layanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan. Oleh karena itu, PAD tidak lagi sekadar pelengkap, tetapi sudah menjadi fondasi penting untuk menjaga keberlanjutan pembangunan.
Selain menggarisbawahi pentingnya peningkatan pendapatan daerah, Halikinnor juga menekankan soal efisiensi anggaran. Menurutnya, transparansi dan keadilan dalam pengelolaan anggaran harus menjadi prinsip utama.
“Efisiensi bukan berarti mengurangi kualitas, tapi memastikan setiap rupiah dikelola secara cermat dan tepat sasaran,” tegasnya.
Dalam arahannya, Bupati juga menyampaikan komitmennya untuk terus memperketat evaluasi kinerja pejabat, khususnya pejabat eselon II. Evaluasi tersebut akan dilakukan tidak hanya melalui sistem digital seperti e-Kinerja, namun juga melalui penilaian langsung setiap triwulan.
“Mutasi bisa terjadi bahkan sebelum dua tahun masa jabatan jika kinerjanya tidak memuaskan. Ini bentuk keseriusan kita dalam membangun birokrasi yang benar-benar produktif dan adaptif,” katanya.
Salah satu unit layanan yang menjadi sorotan dalam optimalisasi PAD adalah RSUD dr. Murjani Sampit. Pada tahun 2024, rumah sakit milik daerah itu berhasil meraih pendapatan sebesar Rp145 miliar, jauh melampaui target semula sebesar Rp115 miliar. Untuk tahun 2025, target ditetapkan sebesar Rp129 miliar.
Merespons capaian tersebut, Halikinnor mendorong RSUD dr. Murjani untuk terus meningkatkan pelayanan dan kapasitas sumber daya manusia, terutama dalam pemenuhan tenaga dokter spesialis.
“Sudah ada insentif berupa jasa pelayanan untuk tenaga medis, jadi pembagiannya harus adil dan proporsional. Kita ingin pelayanan yang bermutu bisa dirasakan langsung oleh masyarakat,” pungkasnya. (mif/ans)