Senin, Mei 20, 2024
23.7 C
Palangkaraya

Dirut PLN Ajak Kolaborasi Global Capai NZE Nasional

DUBAI-PT PLN (Persero) menegaskan komitmennya dalam transisi energi kepada dunia digelaran United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) Conference of the Parties ke-28 (COP28). Pada kegiatan yang diselenggarakan di Dubai, Uni Emirat Arab, sejak 30 November-12 Desember 2023.

Dalam konferensi tingkat global ini, PLN memaparkan skema Accelerating Renewable Energy Development (ARED) sebagai langkah agresif perseroan mendukung Pemerintah Indonesia mencapai Net Zero Emissions (NZE) di 2060.

President Designate for COP28 Sultan Ahmed Al Jaber menyampaikan, salah satu tantangan mitigasi perubahan iklim saat ini adalah implementasi nyata dari perjanjian dan komitmen berbagai negara terkait transisi energi. Untuk itu, pada perhelatan COP28 kali ini pihaknya akan menekankan realisasi komitmen tersebut.

“Kita menyadari semua persoalan krusial dalam mitigasi iklim saat ini adalah kesenjangan antara negara maju dan negara berkembang. Pada COP28 kami mendorong implementasi yang jelas terhadap semua roadmap yang telah disepakati sejak Paris Agreement 2014 silam,” tegas Ahmed Al Jabear, Kamis (30/11).

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) RI Siti Nurbaya menyampaikan, hingga 2022 tercatat Indonesia telah mampu mereduksi emisi di sektor energi sebesar 716 juta ton CO2. Dalam hal ini, Indonesia telah melakukan berbagai aksi reduksi emisi sehingga mampu mencatatkan pengurangan emisi hingga mencapai 60%.

Baca Juga :  Harga Ayam Merangkak Naik

“Saya tekankan bahwa pada COP28 prioritas kami adalah untuk menyoroti hasil-hasil utama dari aksi iklim Indonesia. Terutama memastikan target reduksi emisi di 2030, sehingga kami dapat mempertahankan kendali dan memainkan peran penting dalam mencapai NZE pada 2060 atau lebih cepat,” jelasnya.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo selaku pembicara di sesi CEO Climate Talks di Indonesia Pavilion menyampaikan, perubahan iklim adalah persoalan global, karena 1 ton emisi CO2 di Dubai akan menimbulkan dampak kerusakan yang sama dengan 1 ton emisi CO2 di Jakarta. Maka, satu-satunya cara untuk terus maju adalah kolaborasi.
Transisi energi sangat penting dilakukan Indonesia untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi yang pesat saat ini. Untuk menyediakan energi ramah lingkungan dan terjangkau.

“Transisi energi melalui percepatan pengembangan energi terbarukan juga merupakan peluang bagi kita membangun kapasitas nasional, menciptakan lebih banyak lapangan kerja, memberikan kesejahteraan bagi masyarakat, mengentaskan kemiskinan dan pada saat yang sama juga menjaga kelestarian lingkungan,” tegas Darmawan.

Ia mengatakan, PLN telah merancang skema ARED untuk meningkatkan kapasitas pembangkit energi baru terbarukan (EBT) hingga 480 gigawatt (GW) pada 2060. Bahkan dalam rencana penambahan kapasitas pembangkit PLN sampai 2040, 75% akan berbasis EBT dan 25% berbasis pada gas.

ARED akan menjadi agregator utama PLN dalam melakukan inovasi teknologi ramah lingkungan. Inovasi ini dijalankan dari hulu hingga hilir, contohnya pembangunan Upper Cisokan pumped storage berkapasitas 1,040 MW dan PLTS Terapung Cirata yang berkapasitas 192 MWp di sektor pembangkitan.

Baca Juga :  Pembangunan Gardu Induk 150 kV Sudan Tuntas

Dari sisi transmisi, PLN merencanakan pembangunan green enabling trasnmission line yang didukung dengan smart grid. Darmawan menjelaskan, green enabling transmission line sangat krusial perannya untuk menyalurkan listrik dari lokasi sumber EBT yang terpisah dan terisolir ke pusat beban di kota-kota besar. Ia optimis upaya ini adalah jalan keluar untuk mengatasi mismatch beban antar pulau yang mencapai 33 GW.

“Mengapa kita perlu mengembangkan infrastruktur ini? Karena hal ini penting untuk menjaga keseimbangan dalam sistem PLN begitu listrik EBT yang memiliki karakter intermittent masuk. Hal ini sekaligus memungkinkan kami meningkatkan kapasitas sistem dalam menampung listrik EBT dari tenaga angin dan surya hingga 28 GW,” tambahnya.
Sedangkan dari sisi distribusi PLN tengah menjalin kolaborasi untuk membangun pabrik solar PV, pasar karbon hingga pembangunan infrastruktur kendaraan listrik. Kemudian, transisi energi di sektor transportasi, PLN telah menjalin kolaborasi dengan 23 partner industri otomotif. Targetnya, PLN bisa membangun 1.000 charging station dan 1.900 pusat penukaran baterai secepatnya, sehingga mendorong pengurangan emisi dari sektor transportasi secara signifikan. (kom/klb/b17/aza)

DUBAI-PT PLN (Persero) menegaskan komitmennya dalam transisi energi kepada dunia digelaran United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) Conference of the Parties ke-28 (COP28). Pada kegiatan yang diselenggarakan di Dubai, Uni Emirat Arab, sejak 30 November-12 Desember 2023.

Dalam konferensi tingkat global ini, PLN memaparkan skema Accelerating Renewable Energy Development (ARED) sebagai langkah agresif perseroan mendukung Pemerintah Indonesia mencapai Net Zero Emissions (NZE) di 2060.

President Designate for COP28 Sultan Ahmed Al Jaber menyampaikan, salah satu tantangan mitigasi perubahan iklim saat ini adalah implementasi nyata dari perjanjian dan komitmen berbagai negara terkait transisi energi. Untuk itu, pada perhelatan COP28 kali ini pihaknya akan menekankan realisasi komitmen tersebut.

“Kita menyadari semua persoalan krusial dalam mitigasi iklim saat ini adalah kesenjangan antara negara maju dan negara berkembang. Pada COP28 kami mendorong implementasi yang jelas terhadap semua roadmap yang telah disepakati sejak Paris Agreement 2014 silam,” tegas Ahmed Al Jabear, Kamis (30/11).

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) RI Siti Nurbaya menyampaikan, hingga 2022 tercatat Indonesia telah mampu mereduksi emisi di sektor energi sebesar 716 juta ton CO2. Dalam hal ini, Indonesia telah melakukan berbagai aksi reduksi emisi sehingga mampu mencatatkan pengurangan emisi hingga mencapai 60%.

Baca Juga :  Harga Ayam Merangkak Naik

“Saya tekankan bahwa pada COP28 prioritas kami adalah untuk menyoroti hasil-hasil utama dari aksi iklim Indonesia. Terutama memastikan target reduksi emisi di 2030, sehingga kami dapat mempertahankan kendali dan memainkan peran penting dalam mencapai NZE pada 2060 atau lebih cepat,” jelasnya.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo selaku pembicara di sesi CEO Climate Talks di Indonesia Pavilion menyampaikan, perubahan iklim adalah persoalan global, karena 1 ton emisi CO2 di Dubai akan menimbulkan dampak kerusakan yang sama dengan 1 ton emisi CO2 di Jakarta. Maka, satu-satunya cara untuk terus maju adalah kolaborasi.
Transisi energi sangat penting dilakukan Indonesia untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi yang pesat saat ini. Untuk menyediakan energi ramah lingkungan dan terjangkau.

“Transisi energi melalui percepatan pengembangan energi terbarukan juga merupakan peluang bagi kita membangun kapasitas nasional, menciptakan lebih banyak lapangan kerja, memberikan kesejahteraan bagi masyarakat, mengentaskan kemiskinan dan pada saat yang sama juga menjaga kelestarian lingkungan,” tegas Darmawan.

Ia mengatakan, PLN telah merancang skema ARED untuk meningkatkan kapasitas pembangkit energi baru terbarukan (EBT) hingga 480 gigawatt (GW) pada 2060. Bahkan dalam rencana penambahan kapasitas pembangkit PLN sampai 2040, 75% akan berbasis EBT dan 25% berbasis pada gas.

ARED akan menjadi agregator utama PLN dalam melakukan inovasi teknologi ramah lingkungan. Inovasi ini dijalankan dari hulu hingga hilir, contohnya pembangunan Upper Cisokan pumped storage berkapasitas 1,040 MW dan PLTS Terapung Cirata yang berkapasitas 192 MWp di sektor pembangkitan.

Baca Juga :  Pembangunan Gardu Induk 150 kV Sudan Tuntas

Dari sisi transmisi, PLN merencanakan pembangunan green enabling trasnmission line yang didukung dengan smart grid. Darmawan menjelaskan, green enabling transmission line sangat krusial perannya untuk menyalurkan listrik dari lokasi sumber EBT yang terpisah dan terisolir ke pusat beban di kota-kota besar. Ia optimis upaya ini adalah jalan keluar untuk mengatasi mismatch beban antar pulau yang mencapai 33 GW.

“Mengapa kita perlu mengembangkan infrastruktur ini? Karena hal ini penting untuk menjaga keseimbangan dalam sistem PLN begitu listrik EBT yang memiliki karakter intermittent masuk. Hal ini sekaligus memungkinkan kami meningkatkan kapasitas sistem dalam menampung listrik EBT dari tenaga angin dan surya hingga 28 GW,” tambahnya.
Sedangkan dari sisi distribusi PLN tengah menjalin kolaborasi untuk membangun pabrik solar PV, pasar karbon hingga pembangunan infrastruktur kendaraan listrik. Kemudian, transisi energi di sektor transportasi, PLN telah menjalin kolaborasi dengan 23 partner industri otomotif. Targetnya, PLN bisa membangun 1.000 charging station dan 1.900 pusat penukaran baterai secepatnya, sehingga mendorong pengurangan emisi dari sektor transportasi secara signifikan. (kom/klb/b17/aza)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/