Senin, Mei 20, 2024
23.9 C
Palangkaraya

Menuju Industri Sawit Borneo Lebih Berkelanjutan

PALANGKA RAYA-Borneo Forum ke-5 dilaksanakan di Swiss-Belhotel Danum Palangka Raya, Kalimantan Tengah (Kalteng). Acara digelar selama dua hari, 24-25 Agustus. Dalam kegiatan yang diinisiasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), dihadiri Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran, Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor, Divisi II Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Musdalifah Mahfud, Sekjen Gapki Pusat Eddy Martono dan perwakilan perusahaan besar sawit.

Ketua Panitia Penyelenggara AU Rizky Djaya mengatakan, Borneo Forum ke-5 tahun ini diadakan dalam rangka mewadahi berbagai pihak yang bergelut dalam industri kelapa sawit untuk berdiskusi dan menguraikan isu-isu strategis bisnis kelapa sawit di pulau Kalimantan.

Tujuannya adalah merumuskan solusi yang direkomendasikan untuk ditindaklanjuti secara bersama-sama oleh para pemangku jabatan dan pemangku kepentingan yang ada di industri perkebunan kelapa sawit. Menetapkan tata kelola sawit berkelanjutan melalui sinergi berbagai pihak guna memperkuat daya saing dan peran strategis bagi perekonomian nasional dan daerah.

Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini yang pertama adalah, peran serta pemerintah daerah dalam memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi pelaku industri kelapa sawit pada saat ini. Kedua adanya komitmen dari perusahaan perkebunan untuk melaksanakan kemitraan tata kelola dan pengembangan industri kelapa sawit yang berkelanjutan.

Baca Juga :  GM PLN Tinjau Persiapan Operasi PLTMG Bangkanai

“Terakhir, adanya alokasi yang jelas dalam hal ini keuangan pusat dan daerah untuk mendukung industri sawit yang berkelanjutan dan daerah produksi sawit,”katanya. 

Sementara itu, Sekjen Gapki Pusat Eddy Martono dalam sambutannya menyambut baik diadakannya kegiatan ini karena tema yang dipilih sangatlah tepat. “Kami menyambut baik diselenggarakannya Borneo Forum ke-5 di Palangka Raya yang diselenggarakan secara bersama oleh cabang Gapki se-Kalimantan. Tema yang diangkat kali ini adalah menuju industri sawit borneo yang lebih berkelanjutan sangatlah tepat karena pengembangan industri hilir merupakan upaya untuk meningkatkan nilai tambah industri kelapa sawit yang tidak hanya terkonsentrasi pada bahan baku tetapi terus didorong ke industri hilir.

“Di samping itu, sustainability atau berkelanjutan saat ini sudah merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh semua sektor industri termasuk kelapa sawit,” tuturnya. 

Ia juga mengingatkan industri kelapa sawit memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia karena menjadi tumpuan pendapatan bagi 17 juta orang Indonesia baik yang berprofesi sebagai petani sampai karyawan perusahaan dari hulu sampai hilir.

“Kami berharap kepada jajaran pemerintah daerah agar terus mendukung investasi perkebunan kelapa sawit yang sudah ada sambil turut membantu melawan kampanye negatif terhadap industri kelapa sawit agar industri ini terus berkelanjutan,” tutupnya. 

Baca Juga :  Nilai Ekspor Kalteng melalui Pelabuhan Menurun

Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran juga mengapresiasi diadakannya Borneo Forum ke-5 Regional Kalimantan. Pendapat saya secara pribadi melihat bahwa pembangunan di bidang ekonomi tentu sangat penting artinya bagi bangsa ini, tentu kami butuh banyak investor untuk datang ke Indonesia khususnya Kalteng, baik dari bidang persawitan maupun bidang lainnya,” ucapnya.

Sugianto menyadari betul pembangunan ekonomi sangatlah penting, butuh investor yang cukup untuk datang ke Kalimantan, namun perlu lebih banyak melibatkan masyarakat asli Kalimantan dalam pengelolaannya. 

“Semestinya datangnya investasi, datangnya para investor ini ke Kalteng untuk kesejahteraan. Pertemuan kelima ini apa kita sudah sejahtera? Atau masih miskin yang di sekitar kebunnya yang ada di Kaltim atau pun yang ada di Kalteng. Ini sama-sama, kita jangan lihat persepsi adanya 17 juta orang Indonesia yang bekerja di industri perkebunan kelapa sawit, memang betul, tetapi masyarakat di sekitar desa belum tentu terakomodir oleh perkebunan. Karena yang datang ini kan kebanyakan dari provinsi lain,”ungkapnya. “Inilah tugas kita bersama bagaimana anak-anak daerah asli Kalimantan bisa jadi manajer, asisten, direktur, kalau belum bisa, kita bisa kan dilatih,”tambahnya. (dan/kom/ram)

PALANGKA RAYA-Borneo Forum ke-5 dilaksanakan di Swiss-Belhotel Danum Palangka Raya, Kalimantan Tengah (Kalteng). Acara digelar selama dua hari, 24-25 Agustus. Dalam kegiatan yang diinisiasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), dihadiri Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran, Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor, Divisi II Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Musdalifah Mahfud, Sekjen Gapki Pusat Eddy Martono dan perwakilan perusahaan besar sawit.

Ketua Panitia Penyelenggara AU Rizky Djaya mengatakan, Borneo Forum ke-5 tahun ini diadakan dalam rangka mewadahi berbagai pihak yang bergelut dalam industri kelapa sawit untuk berdiskusi dan menguraikan isu-isu strategis bisnis kelapa sawit di pulau Kalimantan.

Tujuannya adalah merumuskan solusi yang direkomendasikan untuk ditindaklanjuti secara bersama-sama oleh para pemangku jabatan dan pemangku kepentingan yang ada di industri perkebunan kelapa sawit. Menetapkan tata kelola sawit berkelanjutan melalui sinergi berbagai pihak guna memperkuat daya saing dan peran strategis bagi perekonomian nasional dan daerah.

Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini yang pertama adalah, peran serta pemerintah daerah dalam memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi pelaku industri kelapa sawit pada saat ini. Kedua adanya komitmen dari perusahaan perkebunan untuk melaksanakan kemitraan tata kelola dan pengembangan industri kelapa sawit yang berkelanjutan.

Baca Juga :  GM PLN Tinjau Persiapan Operasi PLTMG Bangkanai

“Terakhir, adanya alokasi yang jelas dalam hal ini keuangan pusat dan daerah untuk mendukung industri sawit yang berkelanjutan dan daerah produksi sawit,”katanya. 

Sementara itu, Sekjen Gapki Pusat Eddy Martono dalam sambutannya menyambut baik diadakannya kegiatan ini karena tema yang dipilih sangatlah tepat. “Kami menyambut baik diselenggarakannya Borneo Forum ke-5 di Palangka Raya yang diselenggarakan secara bersama oleh cabang Gapki se-Kalimantan. Tema yang diangkat kali ini adalah menuju industri sawit borneo yang lebih berkelanjutan sangatlah tepat karena pengembangan industri hilir merupakan upaya untuk meningkatkan nilai tambah industri kelapa sawit yang tidak hanya terkonsentrasi pada bahan baku tetapi terus didorong ke industri hilir.

“Di samping itu, sustainability atau berkelanjutan saat ini sudah merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh semua sektor industri termasuk kelapa sawit,” tuturnya. 

Ia juga mengingatkan industri kelapa sawit memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia karena menjadi tumpuan pendapatan bagi 17 juta orang Indonesia baik yang berprofesi sebagai petani sampai karyawan perusahaan dari hulu sampai hilir.

“Kami berharap kepada jajaran pemerintah daerah agar terus mendukung investasi perkebunan kelapa sawit yang sudah ada sambil turut membantu melawan kampanye negatif terhadap industri kelapa sawit agar industri ini terus berkelanjutan,” tutupnya. 

Baca Juga :  Nilai Ekspor Kalteng melalui Pelabuhan Menurun

Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran juga mengapresiasi diadakannya Borneo Forum ke-5 Regional Kalimantan. Pendapat saya secara pribadi melihat bahwa pembangunan di bidang ekonomi tentu sangat penting artinya bagi bangsa ini, tentu kami butuh banyak investor untuk datang ke Indonesia khususnya Kalteng, baik dari bidang persawitan maupun bidang lainnya,” ucapnya.

Sugianto menyadari betul pembangunan ekonomi sangatlah penting, butuh investor yang cukup untuk datang ke Kalimantan, namun perlu lebih banyak melibatkan masyarakat asli Kalimantan dalam pengelolaannya. 

“Semestinya datangnya investasi, datangnya para investor ini ke Kalteng untuk kesejahteraan. Pertemuan kelima ini apa kita sudah sejahtera? Atau masih miskin yang di sekitar kebunnya yang ada di Kaltim atau pun yang ada di Kalteng. Ini sama-sama, kita jangan lihat persepsi adanya 17 juta orang Indonesia yang bekerja di industri perkebunan kelapa sawit, memang betul, tetapi masyarakat di sekitar desa belum tentu terakomodir oleh perkebunan. Karena yang datang ini kan kebanyakan dari provinsi lain,”ungkapnya. “Inilah tugas kita bersama bagaimana anak-anak daerah asli Kalimantan bisa jadi manajer, asisten, direktur, kalau belum bisa, kita bisa kan dilatih,”tambahnya. (dan/kom/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/