Rabu, April 16, 2025
28.4 C
Palangkaraya

Dampak Psikologis Menstruasi: Ketika Emosi Wanita Turun Naik Karena Hormon

 

MENSTRUASI bukan hanya soal perubahan fisik yang dialami wanita setiap bulan. Di balik proses biologis itu, tersimpan dinamika psikologis yang sering kali tidak terlihat, namun sangat dirasakan oleh para perempuan.

Sebagian besar wanita mengalami gejala emosional sebelum dan selama masa menstruasi. Gejala ini dikenal dengan istilah Premenstrual Syndrome (PMS), yang mencakup perubahan suasana hati, mudah marah, cemas, hingga rasa sedih yang datang tiba-tiba.

Pada kasus yang lebih berat, kondisi ini dapat berkembang menjadi Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD), yang bisa mengganggu aktivitas sehari-hari secara signifikan.

Menurut psikolog klinis, perubahan kadar hormon seperti estrogen dan progesteron selama siklus menstruasi berpengaruh langsung terhadap sistem saraf pusat, khususnya pada zat kimia otak seperti serotonin yang berperan dalam mengatur emosi dan suasana hati.

Baca Juga :  Dosen Polkesraya Pengabdian Masyarakat di Bukit Rawi

“Fluktuasi hormon menjelang dan saat menstruasi bisa membuat emosi wanita menjadi lebih sensitif. Ini bukan karena mereka ‘lebay’, tapi karena memang tubuh dan otaknya sedang mengalami perubahan yang nyata,” jelas Dr. Ratih, seorang psikolog di Jakarta.

Sayangnya, tidak semua wanita mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitar. Masih banyak anggapan yang menganggap perubahan emosi ini sebagai bentuk kelemahan atau alasan untuk bermalas-malasan. Padahal, pemahaman dan empati sangat dibutuhkan agar wanita bisa melewati masa ini dengan lebih nyaman.

 

Fakta ini menunjukkan pentingnya edukasi seputar kesehatan mental dan siklus menstruasi, tidak hanya untuk perempuan, tapi juga bagi pria agar dapat menjadi support system yang lebih baik. Kesadaran ini juga penting di lingkungan kerja, pendidikan, dan keluarga.

Baca Juga :  Tahu Enggak? Berikut Cemilan Sehat Menurut Ahli Gizi

Menstruasi adalah proses alami, dan dampak psikologis yang menyertainya bukan sesuatu yang harus dipendam atau dianggap remeh. Memberikan ruang bagi wanita untuk memahami dan mengekspresikan emosinya selama masa ini adalah langkah kecil, namun sangat berarti.(ram)

 

 

MENSTRUASI bukan hanya soal perubahan fisik yang dialami wanita setiap bulan. Di balik proses biologis itu, tersimpan dinamika psikologis yang sering kali tidak terlihat, namun sangat dirasakan oleh para perempuan.

Sebagian besar wanita mengalami gejala emosional sebelum dan selama masa menstruasi. Gejala ini dikenal dengan istilah Premenstrual Syndrome (PMS), yang mencakup perubahan suasana hati, mudah marah, cemas, hingga rasa sedih yang datang tiba-tiba.

Pada kasus yang lebih berat, kondisi ini dapat berkembang menjadi Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD), yang bisa mengganggu aktivitas sehari-hari secara signifikan.

Menurut psikolog klinis, perubahan kadar hormon seperti estrogen dan progesteron selama siklus menstruasi berpengaruh langsung terhadap sistem saraf pusat, khususnya pada zat kimia otak seperti serotonin yang berperan dalam mengatur emosi dan suasana hati.

Baca Juga :  Dosen Polkesraya Pengabdian Masyarakat di Bukit Rawi

“Fluktuasi hormon menjelang dan saat menstruasi bisa membuat emosi wanita menjadi lebih sensitif. Ini bukan karena mereka ‘lebay’, tapi karena memang tubuh dan otaknya sedang mengalami perubahan yang nyata,” jelas Dr. Ratih, seorang psikolog di Jakarta.

Sayangnya, tidak semua wanita mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitar. Masih banyak anggapan yang menganggap perubahan emosi ini sebagai bentuk kelemahan atau alasan untuk bermalas-malasan. Padahal, pemahaman dan empati sangat dibutuhkan agar wanita bisa melewati masa ini dengan lebih nyaman.

 

Fakta ini menunjukkan pentingnya edukasi seputar kesehatan mental dan siklus menstruasi, tidak hanya untuk perempuan, tapi juga bagi pria agar dapat menjadi support system yang lebih baik. Kesadaran ini juga penting di lingkungan kerja, pendidikan, dan keluarga.

Baca Juga :  Tahu Enggak? Berikut Cemilan Sehat Menurut Ahli Gizi

Menstruasi adalah proses alami, dan dampak psikologis yang menyertainya bukan sesuatu yang harus dipendam atau dianggap remeh. Memberikan ruang bagi wanita untuk memahami dan mengekspresikan emosinya selama masa ini adalah langkah kecil, namun sangat berarti.(ram)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/