Senin, November 25, 2024
31.8 C
Palangkaraya

13 Hari Mengikuti Perjalanan Rohani Bersama PT Flo Go (2)

Menapak Jejak Keluarga Kudus dan Markus di Mesir

Perjalanan rohani ke holyland dimulai dari Mesir. Ada kisah Yusuf dan Musa. Juga tempat keluarga kudus pernah tinggal. Dilanjutkan ke Israel, tempat Yesus lahir, memulai pelayanan, disalibkan, mati, dikuburkan, bangkit, hingga naik ke surga. Pengalaman yang luar biasa ini juga diperkuat ketika mengunjungi Nebo, Yordania. Tempat Musa melihat Kanaan, tanah yang dijanjikan Tuhan.

AZUBA, Kairo

TERIK mentari tak menyurutkan semangat rombongan perjalanan rohan PT Flo Go untuk menapaki jejak keluarga kudus Yusuf, Maria, dan bayi Yesus di Mesir. Sebelum memasuki Virgin Mary Church, saya (penulis) bersama rombongan terlebih dulu diajak masuk ke Gereja Gantung yang dipersembahkan untuk perawan Maria.

KEBERSAMAAN : Peserta perjalanan rohani PT Flo Go ketika foto di halaman Gereja Santo Markus tempat Markus menulis injil di Mesir, Senin (19/9).

“Kenapa disebut Gereja Gantung?” tanya Rami kepada rombongan menggunakan bahasa Indonesia dengan cukup fasih.

“Karena Gereja Gantung dibangun di atas bekas benteng Romawi bernama Babilonia. Artinya, penyangga gereja ini adalah bangunan benteng Babilonia yang kurang lebih tingginya 18 meter,” jelasnya.

Baca Juga :  Penuh Sukacita saat Tapak Tilas Jalan Salib

Dalam Gereja Ortodok Koptik yang dibangun oleh Kaisar Costantine dari Romawi pada abad IV itu terdapat mimbar yang ditunjang 13 pilar, mewakili Yesus dan 12 murid-Nya. Di sana, Benteng Babilonia juga bisa dilihat dari beberapa bagian bawah bangunan gereja yang sudah dilapis kaca.

Dari tempat itu, rombongan Flo Go diajak mengunjungi Virgin Mary Church. Jarak Gereja Gantung dengan Virgin Mary Church tidak terlalu jauh. Kurang lebih 5 menit berjalan kaki.

Virgin Mary Church merupakan tempat keluarga kudus pernah tinggal selama berada di Mesir, menghindari kejaran Raja Herodes yang kala itu menghendaki kematian bayi Yesus. Bahkan di dalam gereja tersebut masih terdapat sumur yang pernah digunakan keluarga kudus untuk mendapatkan air. Bahkan masih ada airnya sampai sekarang. Kami pun sempat minum air dari sumur itu.

Hari itu, rombongan Flo Go mendapat kesempatan melihat peradaban Mesir kuno. Namanya National Museum of Egyptian Civilizantion. Untuk masuk ke tempat ini, kami tidak perlu mengeluarkan biaya lagi karena sudah sepaket. Di dalam museum ini, kami juga bisa melihat mumi Firaun. Namun tidak dibolehkan untuk mengambil gambar. Rencananya museum ini akan diisi dengan 17 ribu harta Firaun. Sejauh ini baru terisi 30 persen.

Baca Juga :   Mayoritas Warga Flamboyan Bawah Setuju Direlokasi ke Tempat Aman

Setelah dari museum, kami diajak untuk beribadah di Gereja Mukjizat (Churh Simon the Tanneratau) atau yang dikenal dengan Gereja Sampah. Disebut Gereja Mukjizat karena gereja yang terletak di sebelah tenggara Kairo ini merupakan bukti mukjizat yang pernah terjadi di masa lampau. Ceritanya, ada sebuah pegunungan bernama Gunung Mokatam berpindah tempat sejauh 3 kilometer. Sementara sebutan Gereja Sampah dikarenakan lokasinya berada di Bukit Muqattam yang dijadikan tempat penimbunan sampah Kota Kairo. Penduduk yang ditinggal di bukit itu bertahan hidup dari hasil mengolah sampah.

Perjalanan rohani ke holyland dimulai dari Mesir. Ada kisah Yusuf dan Musa. Juga tempat keluarga kudus pernah tinggal. Dilanjutkan ke Israel, tempat Yesus lahir, memulai pelayanan, disalibkan, mati, dikuburkan, bangkit, hingga naik ke surga. Pengalaman yang luar biasa ini juga diperkuat ketika mengunjungi Nebo, Yordania. Tempat Musa melihat Kanaan, tanah yang dijanjikan Tuhan.

AZUBA, Kairo

TERIK mentari tak menyurutkan semangat rombongan perjalanan rohan PT Flo Go untuk menapaki jejak keluarga kudus Yusuf, Maria, dan bayi Yesus di Mesir. Sebelum memasuki Virgin Mary Church, saya (penulis) bersama rombongan terlebih dulu diajak masuk ke Gereja Gantung yang dipersembahkan untuk perawan Maria.

KEBERSAMAAN : Peserta perjalanan rohani PT Flo Go ketika foto di halaman Gereja Santo Markus tempat Markus menulis injil di Mesir, Senin (19/9).

“Kenapa disebut Gereja Gantung?” tanya Rami kepada rombongan menggunakan bahasa Indonesia dengan cukup fasih.

“Karena Gereja Gantung dibangun di atas bekas benteng Romawi bernama Babilonia. Artinya, penyangga gereja ini adalah bangunan benteng Babilonia yang kurang lebih tingginya 18 meter,” jelasnya.

Baca Juga :  Penuh Sukacita saat Tapak Tilas Jalan Salib

Dalam Gereja Ortodok Koptik yang dibangun oleh Kaisar Costantine dari Romawi pada abad IV itu terdapat mimbar yang ditunjang 13 pilar, mewakili Yesus dan 12 murid-Nya. Di sana, Benteng Babilonia juga bisa dilihat dari beberapa bagian bawah bangunan gereja yang sudah dilapis kaca.

Dari tempat itu, rombongan Flo Go diajak mengunjungi Virgin Mary Church. Jarak Gereja Gantung dengan Virgin Mary Church tidak terlalu jauh. Kurang lebih 5 menit berjalan kaki.

Virgin Mary Church merupakan tempat keluarga kudus pernah tinggal selama berada di Mesir, menghindari kejaran Raja Herodes yang kala itu menghendaki kematian bayi Yesus. Bahkan di dalam gereja tersebut masih terdapat sumur yang pernah digunakan keluarga kudus untuk mendapatkan air. Bahkan masih ada airnya sampai sekarang. Kami pun sempat minum air dari sumur itu.

Hari itu, rombongan Flo Go mendapat kesempatan melihat peradaban Mesir kuno. Namanya National Museum of Egyptian Civilizantion. Untuk masuk ke tempat ini, kami tidak perlu mengeluarkan biaya lagi karena sudah sepaket. Di dalam museum ini, kami juga bisa melihat mumi Firaun. Namun tidak dibolehkan untuk mengambil gambar. Rencananya museum ini akan diisi dengan 17 ribu harta Firaun. Sejauh ini baru terisi 30 persen.

Baca Juga :   Mayoritas Warga Flamboyan Bawah Setuju Direlokasi ke Tempat Aman

Setelah dari museum, kami diajak untuk beribadah di Gereja Mukjizat (Churh Simon the Tanneratau) atau yang dikenal dengan Gereja Sampah. Disebut Gereja Mukjizat karena gereja yang terletak di sebelah tenggara Kairo ini merupakan bukti mukjizat yang pernah terjadi di masa lampau. Ceritanya, ada sebuah pegunungan bernama Gunung Mokatam berpindah tempat sejauh 3 kilometer. Sementara sebutan Gereja Sampah dikarenakan lokasinya berada di Bukit Muqattam yang dijadikan tempat penimbunan sampah Kota Kairo. Penduduk yang ditinggal di bukit itu bertahan hidup dari hasil mengolah sampah.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/