Kamis, Mei 16, 2024
32.8 C
Palangkaraya

Wali Kota Fairid Naparin Menemui Warga Terdampak Ablasi Tepian Kahayan

 Mayoritas Warga Flamboyan Bawah Setuju Direlokasi ke Tempat Aman

Satu minggu telah berlalu, tapi kondisi pengikisan tanah di daerah tepian sungai Kahayan atau ablasi tempo hari terus bertambah. Ablasi semakin memakan rumah warga yang berada persis di pinggir sungai. Wali Kota Palangka Raya Fairid Naparin langsung sigap, turun langsung menemui warganya duduk bersama mencari solusi terbaik.  

AKHMAD DHANI-RIDANI, Palangka Raya

BERDASARKAN hasil berbincang-bincang dengan warga. Wali kota Palangka Raya Fairid Naparin mengatakan langkah yang diambil nantinya adalah dengan merelokasi warga ke tempat yang lebih aman. Kebanyakan masyarakat, berdasarkan hasil diskusi pihaknya dan warga di posko yang notabene terdampak ablasi, setuju dengan rencana relokasi tersebut.

“Memang kata kuncinya adalah pemindahan, karena di sini selain longsor juga banjir, sedikit banyak sudah terjadi kesepakatan antara pemerintah dan warga untuk relokasi,” ujar Fairid usai melakukan tinjauan dan diskusi bersama masyarakat di Posko Bencana Longsor Flamboyan Bawah, Sabtu malam (7/1/2023).

Fairid mengatakan keputusan relokasi tersebut perlu digodok terlebih dahulu agar langkah-langkah yang diambil pemerintah dapat sesuai dengan aturan dan hukum yang berlaku. “Itu juga harus kita upayakan biar tidak salah langkah. Tentu harapan dan keinginan mereka apa, pada saat ini kami sudah mematangkan zona resiko tinggi, rendah, dan sedang,” katanya.

Tidak lupa Fairid, menyambangi warga yang masih bertahan di rumah, katanya pasti akan sama-sama diperhatikan. Selain itu, Pemerintah Kota (Pemko) juga menyalurkan bantuan, ada sembako, dan dapur umum. “Yang pasti di sini dapur umum tetap berjalan, kebutuhan sembako, kebutuhan pangan, itu tetap berjalan,”katanya.

Fairid menambahkan, tidak ada salahnya bagi seluruh masyarakat Kota Palangka Raya yang mau menyumbangkan sedikit rezeki  kepada saudara-saudara di Flamboyan Bawah yang terkena ablasi, Pemko tetap ada perhatian. Berkenaan penetapan status masih dipelajari.

“Ini kejadian yang tidak terduga apakah bisa kedaruratan atau kebencanaan yang lain. Inikan bukan keseluruhan hanya di Flamboyan dan ada di dua RT saja, jadikan ini perlu digodok dulu biar langkah-langkah yang diambil pemerintah sesuai dengan harapan dan hukum biar tidak salah kata-kata,”bebernya.

Terkait rencana pemindahan atau relokasi itu, salah seorang warga bernama Nina mengaku bahagia dan menyambut baik rencana itu. “Karena dari kami memang itu yang diharapkan,” ujarnya kepada wartawan saat dijumpai di pengungsian, Sabtu (7/1/2023).

Baca Juga :  Parit Bumi Palangka II Dibenahi, Warga Berterima Kasih dengan Wali Kota

Nina mengaku ia siap jika nantinya memang akan dipindahkan. Telah dua tahun ia bermukim di bantaran sungai dengan terus membayar sewa Rp400 ribu per bulan, pada akhirnya ia harus menerima kenyataan bahwa rumah yang disewanya hancur akibat ablasi. Habis. Tak bisa lagi ditinggali.

“Kalau mau dipindahkan ya pindah saja, soalnya kan di sini nyewa juga, sudah dua tahun saya di sini, membayar sewa 400 ribu per bulan, tapi akhirnya rusak, juga akibat ablasi, hancur, habis, sudah tidak bisa ditinggali, ada sebagian perabotan yang berhasil diselamatkan,” ungkapnya.

Atas hal itu ia berharap agar nantinya pada lokasi yang baru bisa mendapatkan rumah lebih layak dan dengan biaya yang dapat disubsidi atau sekalian ditanggung langsung oleh pemerintah.

“Tadi kan sempat bincang-bincang dengan walikota, dia nanya berapa biaya sewa per bulan, mungkin dia yang mau bayar,” pungkasnya sambil tersenyum kecil.

Menyambung harapan warga, Lurah Langkai Sri Wanti yang secara intens mengunjungi pengungsian dan bercengkrama dengan warga terdampak ablasi menyebut warga di pengungsian memang berharap sekali akan adanya relokasi gratis dari pemko Palangka Raya.

“Mereka bersedia relokasi. Tapi karena mereka tidak punya pekerjaan yang tetap sehingga memang mereka akan kesulitan kalau harus membangun dan membeli tanah sendiri, jadi mereka masih sangat mengharapkan bantuan dari pemerintah,” tandasnya.

 Berdasarkan pantauan intens dari kelurahan setempat, Lurah Langkai Sri Wanti mengatakan pada hari Jumat terjadi penambahan ablasi yang signifikan. Pengikisan tanah terjadi berada dekat dengan rumah yang menjadi titik awal ablasi.

“Jadi sampai dengan hari ini sudah ada empat rumah yang ambruk ke sungai,” beber Sri Wanti kepada wartawan, Sabtu (7/1/2023).

Sudah ada puluhan jiwa yang mengungsi ke lokasi pengungsian. Beberapa di antaranya ada juga yang menumpang di rumah milik keluarga masing-masing. Terhitung sejak Minggu (1/1/2023) tanggal pertama kejadian sampai dengan saat ini posko masih aktif menampung warga yang rumahnya terdampak ablasi.

Namun jumlah warga tidak terjadi penambahan. Masih sama seperti sejak pertama ablasi. Bahkan ada warga yang enggan meninggalkan rumah kendati bagian belakang rumahnya telah runtuh akibat ablasi.

Baca Juga :  Siapkan Konsep Menata Tepian Kahayan, Ada Skema Relokasi ke Tempat Baru

“Ada 14 kartu keluarga dengan 57 jiwa yang terdiri dari 7 lansia, 40 dewasa, dan 10 anak-anak,” bebernya.

Sampai saat ini pergerakan tanah terus terjadi. Utamanya di daerah-daerah rawan yang bersentuhan langsung dengan bibir sungai. Kepala BPBD Kota Palangka Raya Emi Abriyani menyebut daerah yang tadi terkena ablasi dikategorikan menjadi tiga jenis berdasarkan tingkat kerawanannya.

“Pertama yang tingkat kerawanannya sangat darurat, yang kedua sedang, dan yang ketiga itu yang ringan. Semakin jauh dari bibir sungai semakin ringan tingkat kerawanannya,” jelas Emi kepada wartawan, Sabtu (7/1/2023).

Emi mengatakan daerah yang sangat rawan terjadi ablasi berada di pinggir sungai. Persisnya 100 meter dari permukaan sungai. Perputaran air memperparah ablasi yang terjadi di lokasi itu.

“Di bawah ini kan sungai yang tanahnya lembek ya, jadi awalnya banjir terus, setelah banjir kering, akhirnya terjadi keretakan, lalu terjadilah ablasi,” jelasnya.

Berdasarkan fenomena ablasi yang terjadi di permukiman Flamboyan Bawah tersebut, Emi mengatakan pihaknya akan menggencarkan lagi sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat bahwa lokasi 100 meter pinggir sungai sudah sebaiknya steril dari rumah-rumah penduduk.

“Dalam aturan kan sudah tertulis 100 meter di pinggir sungai harus tidak ada rumah penduduk, tapi yang jadi kendala kita kan mereka ini sudah menempatkan diri duluan dan ketergantungan dengan lokasi pinggir sungai di sini,” tuturnya.

Emi menyebut bahwa nantinya pihaknya akan berusaha untuk melakukan relokasi. Rencana relokasi akan dimulai dari daerah yang betul-betul rawan tingkat dengan bahayanya tinggi, akan terlebih dahulu dilakukan relokasi.

“Jadi bertahap, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada beberapa daerah yang sedang kami pantau kelayakannya. Jadi nanti akan ada penilaian-penilaian, baik dari BPBD sendiri, Perkimtan, PU, dan BAPPEDA, jadi harus dengan pertimbangan yang matang dahulu,” bebernya.

Saat ini pihaknya masih terus melakukan kajian-kajian bersama dengan dinas terkait agar pemindahan atau relokasi yang dilakukan dapat betul-betul aman dan tidak menimbulkan permasalahan baru. (*/ala)

Satu minggu telah berlalu, tapi kondisi pengikisan tanah di daerah tepian sungai Kahayan atau ablasi tempo hari terus bertambah. Ablasi semakin memakan rumah warga yang berada persis di pinggir sungai. Wali Kota Palangka Raya Fairid Naparin langsung sigap, turun langsung menemui warganya duduk bersama mencari solusi terbaik.  

AKHMAD DHANI-RIDANI, Palangka Raya

BERDASARKAN hasil berbincang-bincang dengan warga. Wali kota Palangka Raya Fairid Naparin mengatakan langkah yang diambil nantinya adalah dengan merelokasi warga ke tempat yang lebih aman. Kebanyakan masyarakat, berdasarkan hasil diskusi pihaknya dan warga di posko yang notabene terdampak ablasi, setuju dengan rencana relokasi tersebut.

“Memang kata kuncinya adalah pemindahan, karena di sini selain longsor juga banjir, sedikit banyak sudah terjadi kesepakatan antara pemerintah dan warga untuk relokasi,” ujar Fairid usai melakukan tinjauan dan diskusi bersama masyarakat di Posko Bencana Longsor Flamboyan Bawah, Sabtu malam (7/1/2023).

Fairid mengatakan keputusan relokasi tersebut perlu digodok terlebih dahulu agar langkah-langkah yang diambil pemerintah dapat sesuai dengan aturan dan hukum yang berlaku. “Itu juga harus kita upayakan biar tidak salah langkah. Tentu harapan dan keinginan mereka apa, pada saat ini kami sudah mematangkan zona resiko tinggi, rendah, dan sedang,” katanya.

Tidak lupa Fairid, menyambangi warga yang masih bertahan di rumah, katanya pasti akan sama-sama diperhatikan. Selain itu, Pemerintah Kota (Pemko) juga menyalurkan bantuan, ada sembako, dan dapur umum. “Yang pasti di sini dapur umum tetap berjalan, kebutuhan sembako, kebutuhan pangan, itu tetap berjalan,”katanya.

Fairid menambahkan, tidak ada salahnya bagi seluruh masyarakat Kota Palangka Raya yang mau menyumbangkan sedikit rezeki  kepada saudara-saudara di Flamboyan Bawah yang terkena ablasi, Pemko tetap ada perhatian. Berkenaan penetapan status masih dipelajari.

“Ini kejadian yang tidak terduga apakah bisa kedaruratan atau kebencanaan yang lain. Inikan bukan keseluruhan hanya di Flamboyan dan ada di dua RT saja, jadikan ini perlu digodok dulu biar langkah-langkah yang diambil pemerintah sesuai dengan harapan dan hukum biar tidak salah kata-kata,”bebernya.

Terkait rencana pemindahan atau relokasi itu, salah seorang warga bernama Nina mengaku bahagia dan menyambut baik rencana itu. “Karena dari kami memang itu yang diharapkan,” ujarnya kepada wartawan saat dijumpai di pengungsian, Sabtu (7/1/2023).

Baca Juga :  Parit Bumi Palangka II Dibenahi, Warga Berterima Kasih dengan Wali Kota

Nina mengaku ia siap jika nantinya memang akan dipindahkan. Telah dua tahun ia bermukim di bantaran sungai dengan terus membayar sewa Rp400 ribu per bulan, pada akhirnya ia harus menerima kenyataan bahwa rumah yang disewanya hancur akibat ablasi. Habis. Tak bisa lagi ditinggali.

“Kalau mau dipindahkan ya pindah saja, soalnya kan di sini nyewa juga, sudah dua tahun saya di sini, membayar sewa 400 ribu per bulan, tapi akhirnya rusak, juga akibat ablasi, hancur, habis, sudah tidak bisa ditinggali, ada sebagian perabotan yang berhasil diselamatkan,” ungkapnya.

Atas hal itu ia berharap agar nantinya pada lokasi yang baru bisa mendapatkan rumah lebih layak dan dengan biaya yang dapat disubsidi atau sekalian ditanggung langsung oleh pemerintah.

“Tadi kan sempat bincang-bincang dengan walikota, dia nanya berapa biaya sewa per bulan, mungkin dia yang mau bayar,” pungkasnya sambil tersenyum kecil.

Menyambung harapan warga, Lurah Langkai Sri Wanti yang secara intens mengunjungi pengungsian dan bercengkrama dengan warga terdampak ablasi menyebut warga di pengungsian memang berharap sekali akan adanya relokasi gratis dari pemko Palangka Raya.

“Mereka bersedia relokasi. Tapi karena mereka tidak punya pekerjaan yang tetap sehingga memang mereka akan kesulitan kalau harus membangun dan membeli tanah sendiri, jadi mereka masih sangat mengharapkan bantuan dari pemerintah,” tandasnya.

 Berdasarkan pantauan intens dari kelurahan setempat, Lurah Langkai Sri Wanti mengatakan pada hari Jumat terjadi penambahan ablasi yang signifikan. Pengikisan tanah terjadi berada dekat dengan rumah yang menjadi titik awal ablasi.

“Jadi sampai dengan hari ini sudah ada empat rumah yang ambruk ke sungai,” beber Sri Wanti kepada wartawan, Sabtu (7/1/2023).

Sudah ada puluhan jiwa yang mengungsi ke lokasi pengungsian. Beberapa di antaranya ada juga yang menumpang di rumah milik keluarga masing-masing. Terhitung sejak Minggu (1/1/2023) tanggal pertama kejadian sampai dengan saat ini posko masih aktif menampung warga yang rumahnya terdampak ablasi.

Namun jumlah warga tidak terjadi penambahan. Masih sama seperti sejak pertama ablasi. Bahkan ada warga yang enggan meninggalkan rumah kendati bagian belakang rumahnya telah runtuh akibat ablasi.

Baca Juga :  Siapkan Konsep Menata Tepian Kahayan, Ada Skema Relokasi ke Tempat Baru

“Ada 14 kartu keluarga dengan 57 jiwa yang terdiri dari 7 lansia, 40 dewasa, dan 10 anak-anak,” bebernya.

Sampai saat ini pergerakan tanah terus terjadi. Utamanya di daerah-daerah rawan yang bersentuhan langsung dengan bibir sungai. Kepala BPBD Kota Palangka Raya Emi Abriyani menyebut daerah yang tadi terkena ablasi dikategorikan menjadi tiga jenis berdasarkan tingkat kerawanannya.

“Pertama yang tingkat kerawanannya sangat darurat, yang kedua sedang, dan yang ketiga itu yang ringan. Semakin jauh dari bibir sungai semakin ringan tingkat kerawanannya,” jelas Emi kepada wartawan, Sabtu (7/1/2023).

Emi mengatakan daerah yang sangat rawan terjadi ablasi berada di pinggir sungai. Persisnya 100 meter dari permukaan sungai. Perputaran air memperparah ablasi yang terjadi di lokasi itu.

“Di bawah ini kan sungai yang tanahnya lembek ya, jadi awalnya banjir terus, setelah banjir kering, akhirnya terjadi keretakan, lalu terjadilah ablasi,” jelasnya.

Berdasarkan fenomena ablasi yang terjadi di permukiman Flamboyan Bawah tersebut, Emi mengatakan pihaknya akan menggencarkan lagi sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat bahwa lokasi 100 meter pinggir sungai sudah sebaiknya steril dari rumah-rumah penduduk.

“Dalam aturan kan sudah tertulis 100 meter di pinggir sungai harus tidak ada rumah penduduk, tapi yang jadi kendala kita kan mereka ini sudah menempatkan diri duluan dan ketergantungan dengan lokasi pinggir sungai di sini,” tuturnya.

Emi menyebut bahwa nantinya pihaknya akan berusaha untuk melakukan relokasi. Rencana relokasi akan dimulai dari daerah yang betul-betul rawan tingkat dengan bahayanya tinggi, akan terlebih dahulu dilakukan relokasi.

“Jadi bertahap, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada beberapa daerah yang sedang kami pantau kelayakannya. Jadi nanti akan ada penilaian-penilaian, baik dari BPBD sendiri, Perkimtan, PU, dan BAPPEDA, jadi harus dengan pertimbangan yang matang dahulu,” bebernya.

Saat ini pihaknya masih terus melakukan kajian-kajian bersama dengan dinas terkait agar pemindahan atau relokasi yang dilakukan dapat betul-betul aman dan tidak menimbulkan permasalahan baru. (*/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/