Sabtu, November 2, 2024
23.9 C
Palangkaraya

Evidence Based Practice “Knowledge Management” Dalam Praktik Klinis

Oleh : Arizal SIPust MIKom

Mutu pelayanan Kesehatan di Puskesmas dan dirumah sakit tidak hanya dipengaruhi oleh kualitas sarapa fisik, jumlah tenaga yang tersedia, alat dan obat-obatan. Namun juga proses pemberian layanan yang berkualitas yang bersumber pada sumber daya manusia yang mampu memberikan pelayanan yang profesional agar menghasilkaan pelayanan Kesehatan yang berkualitas, bermutu dan dapat dinikmati oleh lapisan masyarakat.

Salah satu upaya meningkatkan mutu pelayanan Kesehatan, keputusan medis harus didasarkan pada bukti empiris yang kuat. Untuk mendapatkan bukti empiris yang kuat serta pendekatan yang berfokus pada bukti ilmiah dalam mengambil sebuah keputusan maka perlu adanya kemampuan tenaga Kesehatan dalam menelusuri dan mengkaji literatur ilmiah yang relevan dan berkualitas diantaranya hasil-hasil riset penelitian yang bersumber pada jurnal, buku, dan database ilmiah.

Praktik klinis yang efektif yang berpusat pada pasien sangatlah bergantung pada literatur ilmiah. Artikel ilmiah dapat memberikan bukti terbaru yang akan membantu tenaga kesehatan dalam pengambilan keputusan klinis, meningkatkan kualitas layanan, dan memaksimalkan hasil kesehatan pasien.

Konsep Evidence-Based Medicine pertama kali dikemukakan oleh Evidence-Based Medicine Working Group yang diterbitkan pada  Journal of American Medical Association. EBM merupakan metode dalam praktik kedokteran yang didefinisikan sebagai ” conscientious and judicious use of current best evidence in the healthcare of individuals and populations (Sackett et al., 1996b).

EBM dianggap sebagai sebuah paradigma baru dalam praktik kedokteran, yang berfokus pada penggunaan bukti dari penelitian ilmiah daripada mengandalkan intuisi, pengalaman klinis yang tidak sistematis, atau asumsi berdasarkan teori patofisiologi. Untuk menerapkan EBM, para dokter dituntut untuk menguasai keterampilan baru, seperti pencarian literatur yang efisien serta penerapan aturan penilaian bukti ilmiah secara formal (Evidence-Based Medicine Working Group [EBMWG], 1992).

Begitu juga pada profesi perawat dan bidan, World Health Organization merekomendasikan bahwa asuhan keperawatan yang aman bisa diberikan pada pasien, maka upaya penelitian dan penerapan hasil penelitian terdahulu perlu dilakukan. Upaya penerapan hasil-hasil penelitian ini dikenal dengan asuhan keperawatan berbasis Evidence Based Practice. Seorang bidan memiliki peran penting dalam memberikan asuhan kebidanan yang berkualitas kepada ibu dan bayi. Asuhan kebidanan yang baik akan membantu meningkatkan kesehatan ibu dan bayi, serta menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Evidence-based practice (EBP) merupakan pendekatan yang berfokus pada penggunaan bukti ilmiah terbaik untuk pengambilan keputusan dalam praktik kebidanan.

Baca Juga :  Kasian! Banyak Perempuan di Kalteng Belum Ter-Cover Jaminan Kesehatan

Ada beberapa Langkah utama dalam Evidence Based Practice diantaranya:

  1. Mulailah mengidentifikasi pertanyaan atau masalah yang anda ingin jawab, diantaranya dengan mengidentifikasi beberapa kata kunci (keywords) penelitian. Ini merupakan Langkah penting Ketika seorang tenaga Kesehatan mencari berbagai materi atau referensi.
  2. Carilah bukti ilmiah yang relevan atas pertanyaan adan dengan menggunakan kata kunci (keywords). Tenaga Kesehatan dapan menggunakan perpustakaan dalam mencari katalog referensi seperti jurnal dan buku. Namun demikian kebanyakan juga perpustakaan saat ini sudah banyak memiliki database Tenaga Kesehatan dapat berfokus pada referensi yang relevan dengan masalah atau topik penelitian.
  3. Adapun rekomendasi database open acces untuk para peneliti diantaranya : https://www.neliti.com/id/, https://garuda.kemdikbud.go.id/, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/, https://doaj.org/, https://sinta.kemdikbud.go.id/, https://www.scopus.com/home.uri dan database lainnya.
  4. Bacalah sepintas sekumpulan artikel tersebut atau bab dalam buku apakah berkaitan dengan topik atau masalah yang diinginkan. Pastikan artikel tersebut akan cukup memberi kontribusi yang memadai untuk menjawab masalah atau penetian yang akan dilaksanakan.
  5. Apabila referensi tersebut sudah relevan dengan topik yang diinginkan, maka terapkanlah bukti terbaik tersebut untuk membantu menjawab permasalahan klinis pada situasi tertentu.

Tidak semua literatur ilmiah memiliki kualitas yang sama. Tenaga kesehatan perlu mempelajari kriteria penilaian kualitas literatur ilmiah, terutama untuk artikel yang diterbitkan di jurnal bereputasi seperti SINTA dan SCOPUS. SINTA terindeks nasional, memiliki tingkatan indeks rendah maupun menengah. Penelitian yang masuk kriteria SINTA sangatlah ketat namun tidak seselektif SCOPUS. SCOPUS terindeksasi Internasional dan memiliki kriteria sangat selektif.

Baca Juga :  People Power

Kemampuan Seorang tenaga Kesehatan dalam mengelola literatur ilmiah atau mempublikasikan hasil penelitian juga harus menguasai kemampuan “Knowledge Management”.  Knowledge Management adalah proses sistematis dalam mengelola, mengumpulkan, menyimpan, membagikan, dan menggunakan pengetahuan dalam suatu organisasi agar dapat dimanfaatkan secara efektif. Dalam konteks tenaga kesehatan, Knowledge Management berperan penting untuk memastikan bahwa informasi medis, penelitian, dan pengetahuan klinis dapat diakses dan diterapkan dengan baik untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

Ada beberapa aplikasi penunjang “Knowledge Management” yang harus diketahui oleh tenaga Kesehatan dan peneliti diantaranya “ZOTERO”.  Aplikasi Zotero adalah aplikasi gratis dan terbuka yang membantu tenaga kesehatan mengelola literatur ilmiah, termasuk pengumpulan, penyortiran, dan penyusunan referensi. Zotero dapat digunakan untuk mengunduh artikel ilmiah dari berbagai basis data. Zotero memungkinkan tenaga kesehatan untuk mengkategorikan artikel berdasarkan topik, tahun publikasi, atau penulis. Zotero membantu dalam penyusunan daftar pustaka dan kutipan dalam format yang benar.

Evidence based sangatlah berperan penting dalam penibgkatan mutu dalam pelayanan Kesehatan. Dalam mengambil keputusan klinis, para tenaga Kesehatan sebaiknya dapat mengumpulkan data data dan informasi serta bukti ilmiah dalam pelayanan dan Tindakan yang dilakukan. Misalnya dengan meingkatkan pengetahuan tentang sumber informasi ilmiah diantaranya dengan mengikuti pelatihan tentang “Knowledge Management” untuk membudayakan “Evidence Based Practice” pada lingkungan kerja. (*)

Penulis adalah Kepala UPT Perpustakaan Poltekkes Kemenkes Palangka Raya, sekaligus Pustakawan dan Pengajar Materi Evidence Based Practice, Metodologi Penelitian dan Pengembangan Proposal Penelitian.

 

Oleh : Arizal SIPust MIKom

Mutu pelayanan Kesehatan di Puskesmas dan dirumah sakit tidak hanya dipengaruhi oleh kualitas sarapa fisik, jumlah tenaga yang tersedia, alat dan obat-obatan. Namun juga proses pemberian layanan yang berkualitas yang bersumber pada sumber daya manusia yang mampu memberikan pelayanan yang profesional agar menghasilkaan pelayanan Kesehatan yang berkualitas, bermutu dan dapat dinikmati oleh lapisan masyarakat.

Salah satu upaya meningkatkan mutu pelayanan Kesehatan, keputusan medis harus didasarkan pada bukti empiris yang kuat. Untuk mendapatkan bukti empiris yang kuat serta pendekatan yang berfokus pada bukti ilmiah dalam mengambil sebuah keputusan maka perlu adanya kemampuan tenaga Kesehatan dalam menelusuri dan mengkaji literatur ilmiah yang relevan dan berkualitas diantaranya hasil-hasil riset penelitian yang bersumber pada jurnal, buku, dan database ilmiah.

Praktik klinis yang efektif yang berpusat pada pasien sangatlah bergantung pada literatur ilmiah. Artikel ilmiah dapat memberikan bukti terbaru yang akan membantu tenaga kesehatan dalam pengambilan keputusan klinis, meningkatkan kualitas layanan, dan memaksimalkan hasil kesehatan pasien.

Konsep Evidence-Based Medicine pertama kali dikemukakan oleh Evidence-Based Medicine Working Group yang diterbitkan pada  Journal of American Medical Association. EBM merupakan metode dalam praktik kedokteran yang didefinisikan sebagai ” conscientious and judicious use of current best evidence in the healthcare of individuals and populations (Sackett et al., 1996b).

EBM dianggap sebagai sebuah paradigma baru dalam praktik kedokteran, yang berfokus pada penggunaan bukti dari penelitian ilmiah daripada mengandalkan intuisi, pengalaman klinis yang tidak sistematis, atau asumsi berdasarkan teori patofisiologi. Untuk menerapkan EBM, para dokter dituntut untuk menguasai keterampilan baru, seperti pencarian literatur yang efisien serta penerapan aturan penilaian bukti ilmiah secara formal (Evidence-Based Medicine Working Group [EBMWG], 1992).

Begitu juga pada profesi perawat dan bidan, World Health Organization merekomendasikan bahwa asuhan keperawatan yang aman bisa diberikan pada pasien, maka upaya penelitian dan penerapan hasil penelitian terdahulu perlu dilakukan. Upaya penerapan hasil-hasil penelitian ini dikenal dengan asuhan keperawatan berbasis Evidence Based Practice. Seorang bidan memiliki peran penting dalam memberikan asuhan kebidanan yang berkualitas kepada ibu dan bayi. Asuhan kebidanan yang baik akan membantu meningkatkan kesehatan ibu dan bayi, serta menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Evidence-based practice (EBP) merupakan pendekatan yang berfokus pada penggunaan bukti ilmiah terbaik untuk pengambilan keputusan dalam praktik kebidanan.

Baca Juga :  Kasian! Banyak Perempuan di Kalteng Belum Ter-Cover Jaminan Kesehatan

Ada beberapa Langkah utama dalam Evidence Based Practice diantaranya:

  1. Mulailah mengidentifikasi pertanyaan atau masalah yang anda ingin jawab, diantaranya dengan mengidentifikasi beberapa kata kunci (keywords) penelitian. Ini merupakan Langkah penting Ketika seorang tenaga Kesehatan mencari berbagai materi atau referensi.
  2. Carilah bukti ilmiah yang relevan atas pertanyaan adan dengan menggunakan kata kunci (keywords). Tenaga Kesehatan dapan menggunakan perpustakaan dalam mencari katalog referensi seperti jurnal dan buku. Namun demikian kebanyakan juga perpustakaan saat ini sudah banyak memiliki database Tenaga Kesehatan dapat berfokus pada referensi yang relevan dengan masalah atau topik penelitian.
  3. Adapun rekomendasi database open acces untuk para peneliti diantaranya : https://www.neliti.com/id/, https://garuda.kemdikbud.go.id/, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/, https://doaj.org/, https://sinta.kemdikbud.go.id/, https://www.scopus.com/home.uri dan database lainnya.
  4. Bacalah sepintas sekumpulan artikel tersebut atau bab dalam buku apakah berkaitan dengan topik atau masalah yang diinginkan. Pastikan artikel tersebut akan cukup memberi kontribusi yang memadai untuk menjawab masalah atau penetian yang akan dilaksanakan.
  5. Apabila referensi tersebut sudah relevan dengan topik yang diinginkan, maka terapkanlah bukti terbaik tersebut untuk membantu menjawab permasalahan klinis pada situasi tertentu.

Tidak semua literatur ilmiah memiliki kualitas yang sama. Tenaga kesehatan perlu mempelajari kriteria penilaian kualitas literatur ilmiah, terutama untuk artikel yang diterbitkan di jurnal bereputasi seperti SINTA dan SCOPUS. SINTA terindeks nasional, memiliki tingkatan indeks rendah maupun menengah. Penelitian yang masuk kriteria SINTA sangatlah ketat namun tidak seselektif SCOPUS. SCOPUS terindeksasi Internasional dan memiliki kriteria sangat selektif.

Baca Juga :  People Power

Kemampuan Seorang tenaga Kesehatan dalam mengelola literatur ilmiah atau mempublikasikan hasil penelitian juga harus menguasai kemampuan “Knowledge Management”.  Knowledge Management adalah proses sistematis dalam mengelola, mengumpulkan, menyimpan, membagikan, dan menggunakan pengetahuan dalam suatu organisasi agar dapat dimanfaatkan secara efektif. Dalam konteks tenaga kesehatan, Knowledge Management berperan penting untuk memastikan bahwa informasi medis, penelitian, dan pengetahuan klinis dapat diakses dan diterapkan dengan baik untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

Ada beberapa aplikasi penunjang “Knowledge Management” yang harus diketahui oleh tenaga Kesehatan dan peneliti diantaranya “ZOTERO”.  Aplikasi Zotero adalah aplikasi gratis dan terbuka yang membantu tenaga kesehatan mengelola literatur ilmiah, termasuk pengumpulan, penyortiran, dan penyusunan referensi. Zotero dapat digunakan untuk mengunduh artikel ilmiah dari berbagai basis data. Zotero memungkinkan tenaga kesehatan untuk mengkategorikan artikel berdasarkan topik, tahun publikasi, atau penulis. Zotero membantu dalam penyusunan daftar pustaka dan kutipan dalam format yang benar.

Evidence based sangatlah berperan penting dalam penibgkatan mutu dalam pelayanan Kesehatan. Dalam mengambil keputusan klinis, para tenaga Kesehatan sebaiknya dapat mengumpulkan data data dan informasi serta bukti ilmiah dalam pelayanan dan Tindakan yang dilakukan. Misalnya dengan meingkatkan pengetahuan tentang sumber informasi ilmiah diantaranya dengan mengikuti pelatihan tentang “Knowledge Management” untuk membudayakan “Evidence Based Practice” pada lingkungan kerja. (*)

Penulis adalah Kepala UPT Perpustakaan Poltekkes Kemenkes Palangka Raya, sekaligus Pustakawan dan Pengajar Materi Evidence Based Practice, Metodologi Penelitian dan Pengembangan Proposal Penelitian.

 

Artikel Terkait

Bukan Bakso Mas Bejo

Adab Anak Punk

Kota Cantik Tak Baik-Baik Saja

Parade Umbar Janji

 Gerobak Mahal

Terpopuler

Artikel Terbaru

/