Oleh: Agus Pramono
SAYA melihat podcast Rhoma Irama. Raja Dangdut itu mengundang Raja Komedi. Komeng. Obrolan satu jam itu membuat saya tak berhenti tertawa. Saya enggak akan mencurahkan celetukan-celetukan Komeng. Tak akan mendeskripsikan tahan tawa Rhoma Irama dalam bentuk tulisan. Pasti kepanjangan. Pasti tidak lucu.
Pengantar saya di atas juga tak ada hubungan dengan tulisan di bawah ini. Kalau dihubung-hubungkan ya enggak apa-apa.
Baru-baru ini, saya berpergian ke Kota Intan. Melewati jalan trans Kalimantan. Yang belum mulus sepanjangan. Mata disuguhi pemandangan padang ilalang. Lahan yang rawan terbakar jika kemarau. Banyak yang bilang sengaja dibakar. Buat buka lahan.
Namun pandangan sesekali terhalang. Oleh wajah-wajah yang enak dipandang. Ganteng, dan cantik. Ada yang tua. Ada yang muda. Ada yang muda, tapi, posenya memaksa jadi tua. Senyumnya tak kalah menarik. Ada yang senyum manis, senyum raja, dan senyum buaya.
Wajah-wajah itu terpampang di sepanjang jalan. Berupa spanduk atau baliho. Hampir setiap menit terlihat. Kecuali di atas Jembatan Tumbang Nusa. Jembatan yang panjangnya 10 kilometer itu. Saran saya, kasih endorse paman pentol yang sering mangkal di situ. Keren juga, kalau ditempel di gerobak. Hehehe
Momen ini tak bisa dihindari. Siklusnya lima tahun sekali. Masing-masing wajah membawa pesan. Macam-macam. Reaksi yang melihat juga beragam. Dalam pesannya, ada yang mengucapkan Selamat Idulfitri 1 Syawal 1444 hijriah. Mohon maaf lahir dan batin. Halooo, hari raya sudah empat bulan lalu! Spanduknya masih saja berdiri tegak. Tapi… saya agak menyesal. Tak bisa melihat wajah utuhnya lantaran kubas.
Ada juga pesan yang menggelitik. Sepintas isinya: ‘Pelan-Pelan Pak Sopir…’. Terima kasih, ucap saya dalam hati. Pak polisi harus berterima kasih juga sama itu orang. Karena mengingatkan pengguna jalan seperti saya untuk selalu mengutamakan keselamatan.
Ada yang lebih menggelitik. Ada spanduk berukuran kecil yang ditempelkan di batang pohon seukuran paha orang dewasa. Spanduknya sih sepertinya ringan. Tapi, visi misi politik itu lho…Berat banget. Daun-daun itu sepertinya mudah gugur saat ditiup angin. Andai pohon itu bisa bicara, pohon itu mungkin bilang; Aku ikut memikul beratnya janji manismu, sampai-sampai rontok daunku.
Oiya, kemarin, 19 Agustus, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Kalteng, kabupaten dan kota mengumumkan daftar calon sementara (DCS) bakal calon legislatif untuk pemilu 2024. Jumlahnya lebih 1.000 orang. Mungkin saja, ada tercantum wajah-wajah setia yang saya lihat sepanjang jalan. Saya punya optimisme wajah-wajah di setiap tikungan ada itu akan menjadi pelayan rakyat yang baik.
Sudah ada terlihat buktinya saat ini. Wujud nyata dari mereka. Bakal calon legislatif itu sering datang ke tempat-tempat orang kena musibah. Sering membantu warga kurang mampu. Murah hati tatkala sumbangan datang silih berganti.
Oiya lupa, wujud mereka di alat peraga menjadi tombo (obat) ngantuk saya selaku pengguna jalan. Mari kita doakan, wajah-wajah setia itu tidak gampang ngantuk saat duduk di kursi dewan. Biasanya sih begitu. Apalagi pas rapat bahas masalah rakyat. Malas datang. Ada aja alasan. Kalaupun datang, bisa ketiduran!(*)
*) Penulis adalah Redaktur Pelaksana Kalteng Pos & Pecinta Persebaya Surabaya