Bukan Hanya Seks Tapi Kenyamanan
Meskipun sebagian besar perselingkuhan melibatkan seks, jarang yang melakukan hanya tentang seks itu sendiri. Sebagian besar peserta merasakan kenyamanan dan adanya keterikatan emosional dengan pasangan selingkuhan. Itu karena mereka merasa diabaikan atau kurangnya cinta dalam hubungan utama mereka.
Sekitar dua pertiga partisipan (62,8 persen) mengaku mengungkapkan adanya rasa nyaman dan sayang terhadap pasangan baru mereka. Dan dengan proporsi yang hampir sama (61,2 persen) terlibat dalam dialog eksplisit secara seksual. Sekitar 4 dari 10 (37,6 persen) melakukan percakapan intim, sementara 1 dari 10 (11,1 persen) sudah terlanjur cinta.
Sebagian besar aktivitas seksual terbatas pada berciuman (86,7 persen) dan berpelukan (72,9 persen). Faktanya, penelitian tersebut menemukan bahwa hanya separuh dari para pelaku selingkuh yang dilaporkan tidur dengan selingkuhannya.
Pada akhirnya, hanya sepertiga peserta yang akhirnya mengakui perselingkuhan tersebut kepada pasangan utama mereka. Perempuan lebih cenderung mengaku daripada pria.
Jadi, apakah perselingkuhan benar-benar merupakan perusak hubungan? Selingkuh lebih mungkin untuk mengakhiri suatu hubungan ketika itu muncul dari kemarahan, kurangnya cinta, komitmen rendah atau pengabaian. Anehnya, hanya satu dari lima (20,4 persen) hubungan yang berakhir karena perselingkuhan. (jawapos.com)