KALTENG POS – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi sejumlah wilayah di Indonesia akan mulai memasuki musim kemarau pada Mei 2025. Masyarakat diimbau untuk mewaspadai cuaca panas ekstrem yang berpotensi terjadi selama periode transisi ini.
BMKG memperkirakan suhu udara akan meningkat, terutama di sebagian wilayah Sumatera, mayoritas wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Bali, serta bagian selatan Papua. Musim kemarau diprediksi berlangsung secara bertahap dari April hingga Juni 2025.
Saat ini, Indonesia masih berada dalam masa peralihan musim (pancaroba) yang ditandai dengan cuaca tidak menentu, seperti terik matahari pada siang hari dan hujan lebat di sore hingga malam hari.
BMKG mencatat suhu udara ekstrem dalam sepekan terakhir, dengan rekor tertinggi mencapai 37,9°C di wilayah Juanda, Jawa Timur. Cuaca panas ini dipicu oleh langit cerah tanpa awan, posisi semu matahari yang berada dekat dengan ekuator, serta angin yang lemah sehingga panas lebih mudah terakumulasi.
Memasuki bulan Juni 2025, musim kemarau diperkirakan akan meluas ke sebagian besar wilayah Sumatera, Jawa Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi, hingga Papua. Meski sebagian besar wilayah akan mengalami musim kemarau yang sesuai dengan pola normal, BMKG mencatat adanya keterlambatan musim kemarau di beberapa daerah seperti Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Merauke.
Menurut prakiraan BMKG, sekitar 60 persen wilayah Indonesia akan mengalami musim kemarau normal, sementara 26 persen wilayah diprediksi lebih basah dari biasanya, dan 14 persen wilayah lainnya cenderung lebih kering.
Puncak musim kemarau 2025 diprediksi terjadi antara bulan Juni hingga Agustus. Dengan kondisi fenomena global seperti El Niño, La Niña, dan Indian Ocean Dipole (IOD) yang berada dalam fase netral, musim kemarau tahun ini diperkirakan lebih stabil dibandingkan dengan tahun 2023.
Namun demikian, masyarakat tetap diminta untuk waspada terhadap potensi cuaca ekstrem dan curah hujan tinggi yang masih mungkin terjadi secara lokal, terutama selama masa transisi musim ini.
****