Senin, Mei 6, 2024
25.3 C
Palangkaraya

Menapaktilasi Jejak Perjuangan Tokoh Islam di Tanah Barito (24/selesai)

Panglima Batur Diusulkan sebagai Pahlawan Nasional

Tidak terasa, catatan Kalteng Pos menapaktilasi jejak perjuangan tokoh Islam di tanah Barito memasuki edisi terakhir. Diawali dengan syiar Islam ulama Ya’far Siddik di Kampung Santalar, dan ditutup dengan ulasan terkait proses pengusulan Panglima Batur sebagai pahlawan nasional.

ROBY CAHYADI, Muara Teweh

PROSES pengusulan Panglima Batur sebagai pejuang kemerdekaan melawan Belanda sudah hampir selesai. Kini proses bergulir di tangan Dewan Gelar Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan, untuk selanjutnya diteruskan ke Presiden RI.

Pengusulan Panglima Batur sebagai pahlawan nasional tinggal selangkah lagi. Semua prosedur pengusulan telah ditempuh Pemerintah Kabupaten Barito Utara (Pemkab Batara) bersama Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalteng.

Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DinsosPMD) Barito Utara, Suparmi A Aspian menjelaskan, seluruh proses pengusulan Panglima Batur sebagai pahlawan nasional, hingga terakhir digelar seminar nasional pada 11 April 2016 di Palangka Raya, semuanya dilakukan secara hierarki. Termasuk surat gubernur terkait pengusulan gelar pahlawan nasional bagi Panglima Batur pada pertengahan 2013 silam.

“Bahan-bahan yang diminta Kemensos sudah kami lengkapi,” kata Suparmi, Rabu (19/4). Pemkab Barito Utara memang gencar mendukung pengusulan itu dengan memastikan semua persyaratan yang diminta dipenuhi. Seperti surat pernyataan Bupati Batara terkait nama Panglima Batur yang telah diabadikan masyarakat menjadi nama jalan dan tempat.

Bahkan setidaknya diadakan empat kali seminar untuk menguji pengusulan Panglima Batur, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten. Memang pengusulan Panglima Batur menjadi pahlawan nasional melalui proses yang panjang.

Baca Juga :  Ratu Zaleha, Memimpin Perempuan Dayak Berperang Melawan Belanda

Selama tujuh tahun terakhir, Pemkab Batara terus berupaya maksimal untuk menuntaskan semua persyaratan yang diperlukan untuk pengusulan tersebut. Dukungan yang selalu mengalir dari semua pihak makin memotivasi pemerintah setempat untuk tidak berhenti di tengah jalan.

Bagi masyarakat Bumi Iya Mulik Bengkan Turan, nama Panglima Batur sudah sangat familiar. Apalagi beberapa buku terkait Panglima Batur telah diterbitkan. TP2GD Provinsi Kalteng bahkan sudah menyatakan bahwa Panglima Batur layak diusulkan sebagai pahlawan nasional. Jika ini terwujud, maka kabupaten yang berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito itu akan memiliki sosok pahlawan yang patut dibanggakan.

Paling tidak ada empat kriteria umum agar seorang tokoh bisa ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Hal itu berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2010. Keempat kriteria itu yakni kebanggaan dan integritas moral, kepahlawanan dan kepatriotan, semangat juang, serta keteladanan.

Bupati Batara H Nadalsyah kepada Kalteng Pos mengatakan bahwa dari cerita sejarah bisa diketahui kancah perjuangan Panglima Batur di DAS Barito. Batur dianggap Belanda sebagai biang kekacauan, sumber ketidakamanan dan ketidakadilan, sehingga banyak kerugian yang diderita Belanda. Itulah yang membuat serdadu Belanda marah dan menyerang habis-habisan pertahanan Panglima Batur.

Pria yang akrab disapa H Koyem ini memaparkan, Panglima Batur merupakan tokoh panutan yang disegani kawan maupun lawan. “Perjalanan sejarah perjuangan rakyat Barito di akhir abad XIX telah menempatkan Panglima Batur sejajar dengan tokoh pejuang lainnya, karena sepak terjang perlawanannya terhadap penjajah kala itu,” tandas orang nomor satu di Bumi Iya Mulik Bengkan Turan.

Baca Juga :  Melalui Lensa Kamera, Generasi Muda Diajak Melestarikan Budaya

Nadalsyah menjelaskan, berdasarkan fakta sejarah dan cerita masyarakat masa lalu secara turun-temurun, sosok Panglima Batur merupakan salah satu pejuang yang pantas mendapat pengakuan dari pemerintah sebagai pahlawan nasional. Karena itu perjuangan untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional perlu didukung seluruh elemen, sehingga lebih mudah untuk mendapat pengakuan dari pemerintah pusat.

Kisah sejarah masa lalu mengenai perjuangan Panglima Batur akan memberikan makna yang berarti bagi pengetahuan historis masyarakat DAS Barito, khususnya di Kabupaten Batara. Di antaranya sebagai warisan sejarah perjuangan bagi generasi muda masa kini. Peristiwa yang terjadi pada masa lalu itu, bukan identik dengan kekunoan, tetapi mewariskan suatu pelajaran yang sangat penting bagi masyarakat dewasa ini, khususnya generasi muda selaku penerus bangsa.

“Masyarakat DAS Barito dan Kalteng merasa bangga karena identitas Panglima Batur telah tergali dari masa lalu, layak untuk mendapat pengakuan dan penghargaan sejajar dengan pahlawan nasional lainnya,” tegas bupati. (*/ce/ala)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak terasa, catatan Kalteng Pos menapaktilasi jejak perjuangan tokoh Islam di tanah Barito memasuki edisi terakhir. Diawali dengan syiar Islam ulama Ya’far Siddik di Kampung Santalar, dan ditutup dengan ulasan terkait proses pengusulan Panglima Batur sebagai pahlawan nasional.

ROBY CAHYADI, Muara Teweh

PROSES pengusulan Panglima Batur sebagai pejuang kemerdekaan melawan Belanda sudah hampir selesai. Kini proses bergulir di tangan Dewan Gelar Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan, untuk selanjutnya diteruskan ke Presiden RI.

Pengusulan Panglima Batur sebagai pahlawan nasional tinggal selangkah lagi. Semua prosedur pengusulan telah ditempuh Pemerintah Kabupaten Barito Utara (Pemkab Batara) bersama Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalteng.

Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DinsosPMD) Barito Utara, Suparmi A Aspian menjelaskan, seluruh proses pengusulan Panglima Batur sebagai pahlawan nasional, hingga terakhir digelar seminar nasional pada 11 April 2016 di Palangka Raya, semuanya dilakukan secara hierarki. Termasuk surat gubernur terkait pengusulan gelar pahlawan nasional bagi Panglima Batur pada pertengahan 2013 silam.

“Bahan-bahan yang diminta Kemensos sudah kami lengkapi,” kata Suparmi, Rabu (19/4). Pemkab Barito Utara memang gencar mendukung pengusulan itu dengan memastikan semua persyaratan yang diminta dipenuhi. Seperti surat pernyataan Bupati Batara terkait nama Panglima Batur yang telah diabadikan masyarakat menjadi nama jalan dan tempat.

Bahkan setidaknya diadakan empat kali seminar untuk menguji pengusulan Panglima Batur, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten. Memang pengusulan Panglima Batur menjadi pahlawan nasional melalui proses yang panjang.

Baca Juga :  Ratu Zaleha, Memimpin Perempuan Dayak Berperang Melawan Belanda

Selama tujuh tahun terakhir, Pemkab Batara terus berupaya maksimal untuk menuntaskan semua persyaratan yang diperlukan untuk pengusulan tersebut. Dukungan yang selalu mengalir dari semua pihak makin memotivasi pemerintah setempat untuk tidak berhenti di tengah jalan.

Bagi masyarakat Bumi Iya Mulik Bengkan Turan, nama Panglima Batur sudah sangat familiar. Apalagi beberapa buku terkait Panglima Batur telah diterbitkan. TP2GD Provinsi Kalteng bahkan sudah menyatakan bahwa Panglima Batur layak diusulkan sebagai pahlawan nasional. Jika ini terwujud, maka kabupaten yang berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito itu akan memiliki sosok pahlawan yang patut dibanggakan.

Paling tidak ada empat kriteria umum agar seorang tokoh bisa ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Hal itu berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2010. Keempat kriteria itu yakni kebanggaan dan integritas moral, kepahlawanan dan kepatriotan, semangat juang, serta keteladanan.

Bupati Batara H Nadalsyah kepada Kalteng Pos mengatakan bahwa dari cerita sejarah bisa diketahui kancah perjuangan Panglima Batur di DAS Barito. Batur dianggap Belanda sebagai biang kekacauan, sumber ketidakamanan dan ketidakadilan, sehingga banyak kerugian yang diderita Belanda. Itulah yang membuat serdadu Belanda marah dan menyerang habis-habisan pertahanan Panglima Batur.

Pria yang akrab disapa H Koyem ini memaparkan, Panglima Batur merupakan tokoh panutan yang disegani kawan maupun lawan. “Perjalanan sejarah perjuangan rakyat Barito di akhir abad XIX telah menempatkan Panglima Batur sejajar dengan tokoh pejuang lainnya, karena sepak terjang perlawanannya terhadap penjajah kala itu,” tandas orang nomor satu di Bumi Iya Mulik Bengkan Turan.

Baca Juga :  Melalui Lensa Kamera, Generasi Muda Diajak Melestarikan Budaya

Nadalsyah menjelaskan, berdasarkan fakta sejarah dan cerita masyarakat masa lalu secara turun-temurun, sosok Panglima Batur merupakan salah satu pejuang yang pantas mendapat pengakuan dari pemerintah sebagai pahlawan nasional. Karena itu perjuangan untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional perlu didukung seluruh elemen, sehingga lebih mudah untuk mendapat pengakuan dari pemerintah pusat.

Kisah sejarah masa lalu mengenai perjuangan Panglima Batur akan memberikan makna yang berarti bagi pengetahuan historis masyarakat DAS Barito, khususnya di Kabupaten Batara. Di antaranya sebagai warisan sejarah perjuangan bagi generasi muda masa kini. Peristiwa yang terjadi pada masa lalu itu, bukan identik dengan kekunoan, tetapi mewariskan suatu pelajaran yang sangat penting bagi masyarakat dewasa ini, khususnya generasi muda selaku penerus bangsa.

“Masyarakat DAS Barito dan Kalteng merasa bangga karena identitas Panglima Batur telah tergali dari masa lalu, layak untuk mendapat pengakuan dan penghargaan sejajar dengan pahlawan nasional lainnya,” tegas bupati. (*/ce/ala)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/