Rabu, Juni 18, 2025
24.5 C
Palangkaraya

Layanan Mobil Es Krim Keliling RSJ Kalawa Atei Ajak Warga Peduli Kesehatan Jiwa

DI bawah rindangnya pohon-pohon besar di tepi Jalan Garuda Induk, ada sebuah mobil tampak terparkir tenang. Mobil tersebut diberi nama Mobil Es Krim, Edukasi dan Screening Mental. Bukan kendaraan penjual makanan manis seperti yang dibayangkan anak-anak, melainkan satu bentuk inovasi pelayanan dari Rumah Sakit Jiwa Kalawa Atei untuk menjangkau jiwa-jiwa yang ingin didengar, tanpa harus merasa dihakimi.

Pagi itu, udara Palangka Raya masih sejuk saat satu per satu warga mulai berdatangan. Seorang wanita muda duduk di bangku yang disediakan. Ia sibuk memindai barcode di depan meja pendaftaran dengan ponselnya.

Di balik meja kecil yang difungsikan sebagai meja registrasi, Dewi Agustiana dari Promkes RSJ Kalawa Atei dengan ramah menyambut siapa pun yang datang.

“Mau coba screening dulu mba? Gampang kok, nanti tinggal scan saja,” ujarnya sambil tersenyum.

Suasananya tak tegang, bahkan terasa seperti pos pelayanan keliling biasa. Hanya saja, yang disediakan di sini bukan obat batuk atau vitamin, melainkan tempat untuk berbagi, mendengarkan, dan mengenal diri sendiri lebih dalam.

Di dalam mobil, yang telah dimodifikasi menjadi ruang konsultasi kecil, Dewi Hasanah, M.Psi., Psikolog dari RSJ Kalawa Atei, sedang mendampingi seorang pengunjung.

Baca Juga :  Muncul Virus HMPV di Indonesia, Anak-Anak Harus Waspada

Dewi menjelaskan bahwa sebagian besar pengunjung datang dengan keluhan stres, gangguan tidur, atau merasa “tidak baik-baik saja” tanpa tahu harus mulai dari mana.

“Dan itu wajar. Kita semua bisa mengalami itu, dan datang ke psikolog bukan tanda kelemahan, tapi keberanian,” ucapnya, Rabu (4/6).

Di luar mobil, ada beberapa yang juga telah menunggu. Mereka tak hanya datang untuk ikut screening, tapi juga karena rasa ingin tahu.

Program ini bukan tanpa alasan dinamakan Es Krim. Selain merupakan singkatan dari Edukasi dan Screening Mental, nama ini juga dipilih agar terdengar lebih ramah dan tidak menakutkan.

“Kesehatan jiwa itu masih jadi hal yang tabu. Nama es krim ini membantu mengikis rasa takut itu sedikit demi sedikit,” jelas Dewi Agustiana.

Mobil ini rutin beroperasi tiga kali seminggu, setiap Selasa, Rabu, dan Kamis dengan titik layanan yang berpindah-pindah di wilayah Palangka Raya. Dari kampus, sekolah, hingga lokasi-lokasi umum seperti Jalan Garuda Induk. Setiap harinya, mobil ini melayani sekitar 10 orang. Tidak banyak, tapi cukup untuk mulai membuka percakapan penting yang selama ini terlalu sering ditunda.

Baca Juga :  Berdakwah Sejak Zaman Kerajaan Kutaringin

Tak hanya kalangan muda, layanan ini juga pernah menerima pengunjung lansia. Bahkan, menurut Dewi Hasanah, ada seorang nenek berusia 75 tahun yang datang bersama anaknya dan melakukan sesi konseling secara mandiri.

Petugas melayani warga yang datang di Mobil Es Krim keliling dari RSJ Kalawa Atei di Jalan Garuda, Palangka Raya.

“Itu momen yang menyentuh. Bahwa tidak ada kata terlambat untuk mulai peduli pada kesehatan mental,” ucapnya.

Di sisi lain, masih ada tantangan. Misalnya, masih ada siswa SMA yang enggan datang karena malu. Maka dari itu, lokasi seperti di bawah pohon di Jalan Garuda Induk, tempat yang tenang tapi mudah diakses, dipilih agar masyarakat merasa lebih nyaman.

Mendekati siang, mobil Es Krim masih banyak dilirik pengguna jalan. Seakan penasaran, mobil apa itu?

“Harapan kami sederhana, masyarakat jadi lebih terbuka. Tidak malu atau takut lagi bicara tentang kesehatan mental. Jangan tunggu sampai terlambat. Kadang kita merasa baik-baik saja, tapi ternyata tidak,” tambah Dewi.

Program ini gratis. Tanpa syarat rumit. Hanya datang, duduk, dan bercerita. Selebihnya, biarkan para profesional membantu menemukan jalan.

Dan hari itu, di bawah pohon-pohon rindang Jalan Garuda Induk, cerita-cerita yang selama ini disimpan sendiri mulai mendapat tempat untuk pulang. (*/ala)

DI bawah rindangnya pohon-pohon besar di tepi Jalan Garuda Induk, ada sebuah mobil tampak terparkir tenang. Mobil tersebut diberi nama Mobil Es Krim, Edukasi dan Screening Mental. Bukan kendaraan penjual makanan manis seperti yang dibayangkan anak-anak, melainkan satu bentuk inovasi pelayanan dari Rumah Sakit Jiwa Kalawa Atei untuk menjangkau jiwa-jiwa yang ingin didengar, tanpa harus merasa dihakimi.

Pagi itu, udara Palangka Raya masih sejuk saat satu per satu warga mulai berdatangan. Seorang wanita muda duduk di bangku yang disediakan. Ia sibuk memindai barcode di depan meja pendaftaran dengan ponselnya.

Di balik meja kecil yang difungsikan sebagai meja registrasi, Dewi Agustiana dari Promkes RSJ Kalawa Atei dengan ramah menyambut siapa pun yang datang.

“Mau coba screening dulu mba? Gampang kok, nanti tinggal scan saja,” ujarnya sambil tersenyum.

Suasananya tak tegang, bahkan terasa seperti pos pelayanan keliling biasa. Hanya saja, yang disediakan di sini bukan obat batuk atau vitamin, melainkan tempat untuk berbagi, mendengarkan, dan mengenal diri sendiri lebih dalam.

Di dalam mobil, yang telah dimodifikasi menjadi ruang konsultasi kecil, Dewi Hasanah, M.Psi., Psikolog dari RSJ Kalawa Atei, sedang mendampingi seorang pengunjung.

Baca Juga :  Muncul Virus HMPV di Indonesia, Anak-Anak Harus Waspada

Dewi menjelaskan bahwa sebagian besar pengunjung datang dengan keluhan stres, gangguan tidur, atau merasa “tidak baik-baik saja” tanpa tahu harus mulai dari mana.

“Dan itu wajar. Kita semua bisa mengalami itu, dan datang ke psikolog bukan tanda kelemahan, tapi keberanian,” ucapnya, Rabu (4/6).

Di luar mobil, ada beberapa yang juga telah menunggu. Mereka tak hanya datang untuk ikut screening, tapi juga karena rasa ingin tahu.

Program ini bukan tanpa alasan dinamakan Es Krim. Selain merupakan singkatan dari Edukasi dan Screening Mental, nama ini juga dipilih agar terdengar lebih ramah dan tidak menakutkan.

“Kesehatan jiwa itu masih jadi hal yang tabu. Nama es krim ini membantu mengikis rasa takut itu sedikit demi sedikit,” jelas Dewi Agustiana.

Mobil ini rutin beroperasi tiga kali seminggu, setiap Selasa, Rabu, dan Kamis dengan titik layanan yang berpindah-pindah di wilayah Palangka Raya. Dari kampus, sekolah, hingga lokasi-lokasi umum seperti Jalan Garuda Induk. Setiap harinya, mobil ini melayani sekitar 10 orang. Tidak banyak, tapi cukup untuk mulai membuka percakapan penting yang selama ini terlalu sering ditunda.

Baca Juga :  Berdakwah Sejak Zaman Kerajaan Kutaringin

Tak hanya kalangan muda, layanan ini juga pernah menerima pengunjung lansia. Bahkan, menurut Dewi Hasanah, ada seorang nenek berusia 75 tahun yang datang bersama anaknya dan melakukan sesi konseling secara mandiri.

Petugas melayani warga yang datang di Mobil Es Krim keliling dari RSJ Kalawa Atei di Jalan Garuda, Palangka Raya.

“Itu momen yang menyentuh. Bahwa tidak ada kata terlambat untuk mulai peduli pada kesehatan mental,” ucapnya.

Di sisi lain, masih ada tantangan. Misalnya, masih ada siswa SMA yang enggan datang karena malu. Maka dari itu, lokasi seperti di bawah pohon di Jalan Garuda Induk, tempat yang tenang tapi mudah diakses, dipilih agar masyarakat merasa lebih nyaman.

Mendekati siang, mobil Es Krim masih banyak dilirik pengguna jalan. Seakan penasaran, mobil apa itu?

“Harapan kami sederhana, masyarakat jadi lebih terbuka. Tidak malu atau takut lagi bicara tentang kesehatan mental. Jangan tunggu sampai terlambat. Kadang kita merasa baik-baik saja, tapi ternyata tidak,” tambah Dewi.

Program ini gratis. Tanpa syarat rumit. Hanya datang, duduk, dan bercerita. Selebihnya, biarkan para profesional membantu menemukan jalan.

Dan hari itu, di bawah pohon-pohon rindang Jalan Garuda Induk, cerita-cerita yang selama ini disimpan sendiri mulai mendapat tempat untuk pulang. (*/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/