Minggu, Mei 5, 2024
23.8 C
Palangkaraya

Berdakwah Sejak Zaman Kerajaan Kutaringin

Nama Kiai Gede tentu sudah tak asing lagi bagi masyarakat Kalimantan Tengah (Kalteng), khususnya warga Kotawaringin Barat. Sosok ulama ini dikenal sebagai tokoh yang paling berjasa dalam sejarah keberadaan umat muslim di Kalteng, karena diyakini sebagai penyebar pertama ajaran Islam di wilayah Kotawaringin yang saat itu mencakup hampir setengah dari wilayah Kalteng saat ini. Lantas, siapakah sosok Kiai Gede? Kalteng Pos akan mengulas sosok dan kiprah ulama kharismatik ini dalam syiar Islam di Bumi Tambun Bungai.

RUSLAN, Pangkalan Bun

MAKAM Kiai Gede yang berada di Jalan Danau RT 01, Kelurahan Kotawaringin Hulu, Kecamatan Ko-tawaringin Lama (Kolam) tidak pernah sepi dari peziarah dari berbagai daerah. Makamnya memiliki panjang sekitar 4 meter dan lebar sekitar 1 meter. Sayangnya, hingga kini belum ada biografi sejarah tentang sosok Kiai Gede ini. Padahal jejak perjuangannya dalam menyebarkan agama Islam terbukti dengan bangunan kokoh Masjid Kiai Gede.

Kalteng Pos pun mencoba mencari beberapa referensi untuk mengawali kisah mengenai Kiai Gede dalam menyebarkan dakwah Islam di Bumi Tambun Bungai ini. Dikutip dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, Kiai Gede adalah seorang ulama asal Jawa yang diutus oleh Kesultanan Demak untuk menyebarkan agama Islam di Pulau Kalimantan.

Baca Juga :  Pererat Persaudaraan, Hormati Adat Istiadat

Kemudian mulai masuk ke wilayah Kutawaringin (Kotawaringin) pada tahun 1595. Beberapa sumber juga menyebut bahwa Kiai Gede memiliki nama asli Abdul Qadir Assegaf. Kala itu Kiai Gede menjalankan titah Sultan Banjar untuk menyebarkan agama Islam di wilayah Kutaringin. Seperti diketahui, Kerajaan Kutaringin awalnya berinduk di Kesultanan Banjar.

Kerajaan itu terbentuk setelah Sultan Banjar IV, Sultan Mustainubillah (1650-1678) mencari wilayah kerajaan baru untuk memberikan peran kepada putranya sebagai pemimpin. Sebagai seorang raja, tidak serta-merta langsung menunjuk suatu tempat, tetapi Sultan Mustainubillah memilih mempersiapkan tempat untuk membuka sebuah kerajaan baru.

Untuk persiapan itu, maka dipilihlah Kiai Gede untuk melaksanakan titah sang raja. Beliau adalah seorang ulama asal Demak yang berniat menyebarkan agama Islam. Selama berada di Kesultanan Banjar, kemampuan Kiai Gede bukan saja terlihat dalam masalah agama, tetapi juga soal perang dan strategi sangat dikuasainya. Akhirnya Kyai Gede-lah yang ditugaskan ke wilayah kerajaan baru yang akan dibangun, sekaligus sebagai penyebar agama Islam.

Baca Juga :  Nekat Bertahan dari Kepungan Banjir, Terjebak Tiga Hari di Rumah

Diperkirakan sekitar tahun 1655 M adalah tahun awal Kiai Gede menjalankan tugas ke wilayah yang menjadi kerajaan yang nantinya dikenal dengan nama Kerajaan Kutaringin. Sesuai yang ditugaskan oleh Sultan Mustainbillah, yang dilakukan Kiai Gede setelah menemukan wilayah baru tersebut adalah menyebarkan agama Islam. Dengan waktu cukup lama menyusuri Sungai Lamandau ke arah hulu sampai ke tempat yang sudah ada penghuninya lebih dahulu (suku Dayak), kemudian mendirikan Kesultanan Kotawaringin atau Kutaringin di wilayah itu, dengan sultan pertama yaitu Pangeran Dipati Anta Kesuma. 

Seperti apa kelanjutan kisahnya? Kalteng Pos akan mengulasnya dari seorang penjaga makam Kiai Gede, Jamri. (lan/ce/ala)

Nama Kiai Gede tentu sudah tak asing lagi bagi masyarakat Kalimantan Tengah (Kalteng), khususnya warga Kotawaringin Barat. Sosok ulama ini dikenal sebagai tokoh yang paling berjasa dalam sejarah keberadaan umat muslim di Kalteng, karena diyakini sebagai penyebar pertama ajaran Islam di wilayah Kotawaringin yang saat itu mencakup hampir setengah dari wilayah Kalteng saat ini. Lantas, siapakah sosok Kiai Gede? Kalteng Pos akan mengulas sosok dan kiprah ulama kharismatik ini dalam syiar Islam di Bumi Tambun Bungai.

RUSLAN, Pangkalan Bun

MAKAM Kiai Gede yang berada di Jalan Danau RT 01, Kelurahan Kotawaringin Hulu, Kecamatan Ko-tawaringin Lama (Kolam) tidak pernah sepi dari peziarah dari berbagai daerah. Makamnya memiliki panjang sekitar 4 meter dan lebar sekitar 1 meter. Sayangnya, hingga kini belum ada biografi sejarah tentang sosok Kiai Gede ini. Padahal jejak perjuangannya dalam menyebarkan agama Islam terbukti dengan bangunan kokoh Masjid Kiai Gede.

Kalteng Pos pun mencoba mencari beberapa referensi untuk mengawali kisah mengenai Kiai Gede dalam menyebarkan dakwah Islam di Bumi Tambun Bungai ini. Dikutip dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, Kiai Gede adalah seorang ulama asal Jawa yang diutus oleh Kesultanan Demak untuk menyebarkan agama Islam di Pulau Kalimantan.

Baca Juga :  Pererat Persaudaraan, Hormati Adat Istiadat

Kemudian mulai masuk ke wilayah Kutawaringin (Kotawaringin) pada tahun 1595. Beberapa sumber juga menyebut bahwa Kiai Gede memiliki nama asli Abdul Qadir Assegaf. Kala itu Kiai Gede menjalankan titah Sultan Banjar untuk menyebarkan agama Islam di wilayah Kutaringin. Seperti diketahui, Kerajaan Kutaringin awalnya berinduk di Kesultanan Banjar.

Kerajaan itu terbentuk setelah Sultan Banjar IV, Sultan Mustainubillah (1650-1678) mencari wilayah kerajaan baru untuk memberikan peran kepada putranya sebagai pemimpin. Sebagai seorang raja, tidak serta-merta langsung menunjuk suatu tempat, tetapi Sultan Mustainubillah memilih mempersiapkan tempat untuk membuka sebuah kerajaan baru.

Untuk persiapan itu, maka dipilihlah Kiai Gede untuk melaksanakan titah sang raja. Beliau adalah seorang ulama asal Demak yang berniat menyebarkan agama Islam. Selama berada di Kesultanan Banjar, kemampuan Kiai Gede bukan saja terlihat dalam masalah agama, tetapi juga soal perang dan strategi sangat dikuasainya. Akhirnya Kyai Gede-lah yang ditugaskan ke wilayah kerajaan baru yang akan dibangun, sekaligus sebagai penyebar agama Islam.

Baca Juga :  Nekat Bertahan dari Kepungan Banjir, Terjebak Tiga Hari di Rumah

Diperkirakan sekitar tahun 1655 M adalah tahun awal Kiai Gede menjalankan tugas ke wilayah yang menjadi kerajaan yang nantinya dikenal dengan nama Kerajaan Kutaringin. Sesuai yang ditugaskan oleh Sultan Mustainbillah, yang dilakukan Kiai Gede setelah menemukan wilayah baru tersebut adalah menyebarkan agama Islam. Dengan waktu cukup lama menyusuri Sungai Lamandau ke arah hulu sampai ke tempat yang sudah ada penghuninya lebih dahulu (suku Dayak), kemudian mendirikan Kesultanan Kotawaringin atau Kutaringin di wilayah itu, dengan sultan pertama yaitu Pangeran Dipati Anta Kesuma. 

Seperti apa kelanjutan kisahnya? Kalteng Pos akan mengulasnya dari seorang penjaga makam Kiai Gede, Jamri. (lan/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/