Jumat, November 22, 2024
31.2 C
Palangkaraya

Gurami yang Ini Tidak untuk Digoreng

Sejak lama gurami jamak dikenal sebagai ikan konsumsi. Di Indonesia, ikan tersebut jadi favorit bahan olahan berbagai menu kuliner lezat. Tapi, jenis yang satu ini lebih layak dicemplungkan di akuarium ketimbang masuk wajan dengan minyak panas. Ia adalah gurami Sabah atau Red tail giant gourami.

DARI namanya, ikan tersebut memiliki ciri khas yang jadi pembeda dari gurami lainnya. Yap, red tail atau ekor merah. Warna merah menghias ekor belakang, sirip bawah, dorsal atas, dan dasi panjangnya. ”Beda dan unik kan? Ini banyak yang mengira bukan gurami loh,’’ kata Kean Shihab Is’ad Hakim saat disambangi di rumahnya di kawasan Jati, Sidoarjo, Kamis lalu (5/8). Warna tubuhnya yang hitam keabu-abuan, ditambah putih di bagian belakang, menjadi kombinasi yang kontras dan menarik.

Jika diperhatikan secara saksama, mulut gurami Sabah sedikit lebih besar daripada gurami pada umumnya. Bentuk rahang dan mulut yang besar itu merupakan ciri khas gurami Sabah sebagai omnivora. Di alam liar, panjang ikan tersebut bisa mencapai 50 sentimeter. ’’Saya ini dapat ukuran antara 25–30 sentimeter. Di kepalanya juga ada jenongnya kan,’’ ungkapnya.

Baca Juga :  Syngonium, Tanaman Hias yang Tidak Manja dan Cepat Tumbuh

Nama Sabah yang disematkan pada gurami jenis itu didasarkan pada wilayah sebaran ikan tersebut yang berada di Asia Tenggara. Namun, memang endemiknya di kawasan Borneo. Di Malaysia ikan itu dapat ditemui di perairan Sabah. Di Kalimantan mayoritas berada di Kalimantan Timur.

Red tail giant gourami mendiami perairan rawa-rawa dan kanal-kanal dengan vegetasi yang lebat. Mereka juga ditemukan di danau yang arusnya lambat, sungai, dan hutan tadah. Menurut beberapa sumber penelitian, gurami ekor merah memiliki organ labirin unik yang memungkinkan mereka bertahan hidup di perairan yang kekurangan oksigen. Nah, organ itu dapat membuat ikan menyerap oksigen secara langsung dari permukaan air. ”Iya kalau napas tuh langsung naik ke permukaan,” ucapnya.

Soal pakan, bagi pria 21 tahun itu, bukan masalah. Pasalnya, Red tail giant gourami termasuk ikan omnivora. Di alam liar ia dapat memangsa ganggang air, ikan kecil, krustasea, katak, cacing, hingga daging mentah. Di penangkaran, umumnya gurami tersebut akan melahap semua jenis makanan. Untuk menjaga keseimbangan makanan, bisa ditawarkan pelet berkualitas tinggi.

Baca Juga :  Beda Gejala Awal Covid-19, Usia Muda Hilang Penciuman, Lansia Diare

Red tail tidak termasuk ikan pilih-pilih. Bahkan termasuk ikan yang rakus. Hampir semua makanan umum di akuarium air tawar dilahap jika dilatih sejak dini. ’’Kalau saya diselingi pake maggot kering,’’ ungkapnya, lantas terbahak.

Untuk kondisi tank, Kean menyatakan sebisanya harus dibuat mirip dengan habitat aslinya. Yakni, dengan mengisi air ber-pH 6,2–8,0. Suhu sekitar 20–30 Celsius. Menurut dia, pergantian air tetap perlu dilakukan secara reguler. Paling tidak 25–50 persen dari total volume tank. Selain itu, ikan tersebut cenderung diam dan bukan kategori perenang aktif. Jadi, disarankan menambah ikan lain yang termasuk perenang aktif agar suasana akuarium tidak monoton. ’’Tankmate-nya, misalnya, ikan kaviar atau lainnya yang sejenis. Asyik aja lihatnya,’’ paparnya.(jpg)

Sejak lama gurami jamak dikenal sebagai ikan konsumsi. Di Indonesia, ikan tersebut jadi favorit bahan olahan berbagai menu kuliner lezat. Tapi, jenis yang satu ini lebih layak dicemplungkan di akuarium ketimbang masuk wajan dengan minyak panas. Ia adalah gurami Sabah atau Red tail giant gourami.

DARI namanya, ikan tersebut memiliki ciri khas yang jadi pembeda dari gurami lainnya. Yap, red tail atau ekor merah. Warna merah menghias ekor belakang, sirip bawah, dorsal atas, dan dasi panjangnya. ”Beda dan unik kan? Ini banyak yang mengira bukan gurami loh,’’ kata Kean Shihab Is’ad Hakim saat disambangi di rumahnya di kawasan Jati, Sidoarjo, Kamis lalu (5/8). Warna tubuhnya yang hitam keabu-abuan, ditambah putih di bagian belakang, menjadi kombinasi yang kontras dan menarik.

Jika diperhatikan secara saksama, mulut gurami Sabah sedikit lebih besar daripada gurami pada umumnya. Bentuk rahang dan mulut yang besar itu merupakan ciri khas gurami Sabah sebagai omnivora. Di alam liar, panjang ikan tersebut bisa mencapai 50 sentimeter. ’’Saya ini dapat ukuran antara 25–30 sentimeter. Di kepalanya juga ada jenongnya kan,’’ ungkapnya.

Baca Juga :  Syngonium, Tanaman Hias yang Tidak Manja dan Cepat Tumbuh

Nama Sabah yang disematkan pada gurami jenis itu didasarkan pada wilayah sebaran ikan tersebut yang berada di Asia Tenggara. Namun, memang endemiknya di kawasan Borneo. Di Malaysia ikan itu dapat ditemui di perairan Sabah. Di Kalimantan mayoritas berada di Kalimantan Timur.

Red tail giant gourami mendiami perairan rawa-rawa dan kanal-kanal dengan vegetasi yang lebat. Mereka juga ditemukan di danau yang arusnya lambat, sungai, dan hutan tadah. Menurut beberapa sumber penelitian, gurami ekor merah memiliki organ labirin unik yang memungkinkan mereka bertahan hidup di perairan yang kekurangan oksigen. Nah, organ itu dapat membuat ikan menyerap oksigen secara langsung dari permukaan air. ”Iya kalau napas tuh langsung naik ke permukaan,” ucapnya.

Soal pakan, bagi pria 21 tahun itu, bukan masalah. Pasalnya, Red tail giant gourami termasuk ikan omnivora. Di alam liar ia dapat memangsa ganggang air, ikan kecil, krustasea, katak, cacing, hingga daging mentah. Di penangkaran, umumnya gurami tersebut akan melahap semua jenis makanan. Untuk menjaga keseimbangan makanan, bisa ditawarkan pelet berkualitas tinggi.

Baca Juga :  Beda Gejala Awal Covid-19, Usia Muda Hilang Penciuman, Lansia Diare

Red tail tidak termasuk ikan pilih-pilih. Bahkan termasuk ikan yang rakus. Hampir semua makanan umum di akuarium air tawar dilahap jika dilatih sejak dini. ’’Kalau saya diselingi pake maggot kering,’’ ungkapnya, lantas terbahak.

Untuk kondisi tank, Kean menyatakan sebisanya harus dibuat mirip dengan habitat aslinya. Yakni, dengan mengisi air ber-pH 6,2–8,0. Suhu sekitar 20–30 Celsius. Menurut dia, pergantian air tetap perlu dilakukan secara reguler. Paling tidak 25–50 persen dari total volume tank. Selain itu, ikan tersebut cenderung diam dan bukan kategori perenang aktif. Jadi, disarankan menambah ikan lain yang termasuk perenang aktif agar suasana akuarium tidak monoton. ’’Tankmate-nya, misalnya, ikan kaviar atau lainnya yang sejenis. Asyik aja lihatnya,’’ paparnya.(jpg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/