Pekerjaan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh ternyata tidak akan menghianati hasil. Seperti yang dilakukan oleh Edi. Selama pandemi Covid-19 melanda, warga Kelurahan Kereng Bangkirai ini tetap mampu mendapatkan pundi-pundi rupiah dari usaha budidaya lebah madu kelulut.
PATHUR RAHMAN, Palangka Raya
AKHIR pekan lalu, Sabtu (11/12) saya (penulis) mengunjungi tempat budi daya lebah madu kelulut milik warga di Jalan G Obos XXVI, Kelurahan Kereng Bangkirai, Kecamatan Sebangau, Palangka Raya. Pembudi daya lebah madu kelulut tersebut bernama Edi. Berawal dari satu log atau tempat budi daya lebah madu, kini sudah berkembang mencapai 40 tempat. Madu yang dihasilkan pun terbilang cukup banyak.
Ketika saya tiba di lokasi budi daya, langsung bertemu Edi. Pria berusia 40 tahun tersebut sedang bersiap-siap memanen madu. Saya pun diajak untuk melihat proses panen madu lebah kelulut. Alat yang digunakan untuk memanen terlihat sangat sederhana. Yakni berupa alat pompa/sedot. Tangan Edi terlihat cekatan dan terlatih. Mengarahkan slang kecil ke kantung-kantung madu di setiap log atau kotak sarang lebah kelulut.
Pria yang akrab disapa Bapak Edoy ini mengakui, awal mula terjun ke dunia budi daya lebah madu kelulut karena iseng-iseng saja. Namun, lama-lama ia makin tertarik untuk serius menggelutinya. Sejak dua bulan terakhir mulai efektif membudidaya madu kelulut.
“Ketika itu saya ditawari saudara untuk meminum madu kelulut. Saya rasa ada reaksi berbeda dalam tubuh. Selain mengurangi rasa lelah, juga membuat tubuh lebih segar,” ungkap Bapak Edoy.
Melihat adanya efek tersebut, ia pun mencoba membeli satu log atau tempat budi daya lebah madu kelulut seharga Rp350 ribu. Bibit kelulut diambil dari daerah Kabupaten Katingan. Sebagai pemula, Bapak Edoy merasa membudidayakan madu kelulut ini cukup gampang. Asal sering-sering memperhatikan kondisi log dan menyemprot racun serangga agar log tidak didatangi semut.
Seiring berjalannya waktu, jumlah tempat budi daya lebah madu kelulut miliknya terus bertambah. Saat ini Bapak Edoy sudah memiliki 40 log yang ditaruh di halaman rumahnya. Panen terbaru menghasilkan sebanyak 10 liter madu kelulut.
“Dari awal membeli log hingga panen, saya hitung memakan waktu sekitar satu bulan. Hasil panen dari tiap log-nya terbilang cukup lumayan dan variatif, mulai dari 400 mililiter hingga 1 liter,” terangnya.
Saat ini panen bisa dilakukan sekali dalam seminggu. Madu kelulut dijual seharga Rp100 ribu untuk botol berukuran 250 mililiter.
Ditanya soal pemasaran, Edoy lebih memilih menawarkan kepada teman-temannya yang berada di perusahaan, seperti perusahaan sawit dan tambang, yang memerlukan stamina atau kondisi tubuh prima untuk bekerja. Karena karyawan perusahaan umumnya beraktivitas berat. Karena itu, mengonsumsi madu kelulut dinilai sangatlah tepat.