Selasa, Mei 14, 2024
24.5 C
Palangkaraya

Pertalite di Kota Masih Langka

Pikap Isi Pakai Jeriken, Gatis Sebut Bukan untuk Dijual

PALANGKA RAYA-Bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite di Kota Palangka Raya sepertinya masih langka. Kemarin (5/6) masih terjadi antrian di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (BBM). Rata-rata stasiun menanti pasokan yang masih dalam perjalanan. “Mohon maaf, pertalite sedang dalam perjalanan,” demikian bunyi plang pengumuman di stasiun Pahandut Seberang.

Sulitnya mendapatkan pertalite ini dikeluhkan warga, sebagian yang tidak ingin mengantre di SPBU terpaksa membeli BBM di pengecer di pinggir jalan.

“Agak susah sekarang (mencari BBM). Apalagi seperti saya yang kerja dengan gaji tak menentu ini kalau beli di pinggiran terus bisa bangkrut saya,” kata Fajar kepada Kalteng Pos saat mampir di warung di Pahandut Seberang, Minggu (5/6/).

Dirinya meminta kepada pemerintah agar memikirkan nasib masyarakat sepertinya. Apalagi kondisi saat ini menjelang Idul Adha segala kebutuhan harganya naik. “Semoga ada solusi ke depannya,” kata Fajar.

Hal senada juga disampaikan Bambang, ia mengatakan persoalan BBM langka ini sebenarnya masalah klasik, namun tak ada juga solusinya.

Oktaviandi salah satu mahasiswa ini sering mengantre mengeluhkan keadaan ini. Menurutnya akibatnya ingin mengisi BBM ini sering terhambat aktivitasnya sehari-hari.

Bergeser ke SPBU Jalan Rajawali, antrian juga terjadi. Pengawas SPBU Marianto mengatakan bahwa sejak pemberlakuan pertalite bersubsidi, maka sering terjadi antrean warga saat pengisian.

Baca Juga :  BPK Mulai Audit Proyek Jambu Kristal

“Jatah pertalite untuk SPBU Rajawali diajukan setiap hari dengan jumlah 30 ribu liter. Namun yang diantar hanya sebanyak 16 ribu liter setiap hari,” katanya kepada Kalteng Pos saat itu, Minggu (5/6).

“Perbedaan saat belum bersubsidi dengan setelah diberlakukan subsidi, tentu terlihat dari harga yang berbeda. Selain itu harga Pertamax menjadi bertambah, sehingga warga memutuskan untuk pindah dari jenis BBM Pertamax ke pertalite karena harga yang lebih murah,”terangnya.

Antrean juga tetap terjadi selama ini karena permintaan masyarakat untuk BBM pertalite terus bertambah. Kalau ada minyaknya maka pukul 06.00 WIB sudah buka dan tutup pada pukul 21.00 WIB. Harga BBM jenis petalite saat ini senilai Rp 7.650 dan Pertamax Rp 12.750.

“Memang sejak adanya kenaikan harga Pertamax, user yang biasa menggunakan  pertamax pada pindah semua jadi menggunakan pertalite,” demikian terang Eliyasa salah seorang petugas di SPBU di Jalan Seth Adji.

“Pertamax ini sebenarnya khusus untuk kalangan masyarakat mampu jadi memang gak di subsidi  tapi di kota Palangkaraya ini kan , kalangan yang mampu nya masih sedikit dan yang ada juga banyak yang memilih pakai pertalite sekarang,” ujarnya.  

Gatis: Bukan Pikap Pelangsir

Sementara itu, Ketua Umum LSR-LPMT Kalteng Agatisansyah memberikan penjelasan sekaligus klarifikasi terkait foto petugas di SPBU  sedang mengisi BBM pertalite ke dalam jeriken yang berada di dalam  sebuah mobil Pickup  yang terbit di halaman depan surat kabar  Kalteng Pos edisi Minggu 5 Juni 2022.

Baca Juga :  Tragis! Karyawan Indomaret Tewas Bersimbah Darah

Pria yang akrab dipanggil Gatis ini menjelaskan bahwa kendaraan mobil pikap yang terlihat mengantre BBM pertalite di SPBU tersebut bukanlah  kendaraan milik pelangsir dan BBM itu juga bukan untuk dijual. “Itu kemarin yang ada di foto itu, saya ini yang beli minyak pertalite  itu,” terang Gatis, kemarin.  

Gatis menjelaskan bahwa dirinya memang meminta bantuan kepada seorang warga yang juga anggota ormas LSR yang bernama Ilham untuk mengambil minyak yang sudah  dibelinya tersebut di SPBU di Jalan Ahmad Yani. Pertalite digunakan untuk bahan bakar mesin dari mesin perahu speed boat dan juga mesin listrik yang ada di kapal susur sungai yang digunakan oleh ormas LSR-LPMT Kalteng untuk berbagai  kegiatan sosial dan kemanusiaan.

Gatis mengatakan bahwa dirinya perlu meluruskan hal yang sebenarnya terjadi di dalam foto tersebut karena dirinya tidak ingin terjadi pemahaman yang keliru di masyarakat kota terkait isi foto tersebut.

“Itu memang sama sekali bukan untuk melangsir. Intinya pertalite itu memang murni memang kita beli dan digunakan untuk keperluan kemanusiaan, bukan untuk hal yang lain,” pungkasnya. (*rky/*irj/nue/sja/ala/ko)

Pikap Isi Pakai Jeriken, Gatis Sebut Bukan untuk Dijual

PALANGKA RAYA-Bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite di Kota Palangka Raya sepertinya masih langka. Kemarin (5/6) masih terjadi antrian di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (BBM). Rata-rata stasiun menanti pasokan yang masih dalam perjalanan. “Mohon maaf, pertalite sedang dalam perjalanan,” demikian bunyi plang pengumuman di stasiun Pahandut Seberang.

Sulitnya mendapatkan pertalite ini dikeluhkan warga, sebagian yang tidak ingin mengantre di SPBU terpaksa membeli BBM di pengecer di pinggir jalan.

“Agak susah sekarang (mencari BBM). Apalagi seperti saya yang kerja dengan gaji tak menentu ini kalau beli di pinggiran terus bisa bangkrut saya,” kata Fajar kepada Kalteng Pos saat mampir di warung di Pahandut Seberang, Minggu (5/6/).

Dirinya meminta kepada pemerintah agar memikirkan nasib masyarakat sepertinya. Apalagi kondisi saat ini menjelang Idul Adha segala kebutuhan harganya naik. “Semoga ada solusi ke depannya,” kata Fajar.

Hal senada juga disampaikan Bambang, ia mengatakan persoalan BBM langka ini sebenarnya masalah klasik, namun tak ada juga solusinya.

Oktaviandi salah satu mahasiswa ini sering mengantre mengeluhkan keadaan ini. Menurutnya akibatnya ingin mengisi BBM ini sering terhambat aktivitasnya sehari-hari.

Bergeser ke SPBU Jalan Rajawali, antrian juga terjadi. Pengawas SPBU Marianto mengatakan bahwa sejak pemberlakuan pertalite bersubsidi, maka sering terjadi antrean warga saat pengisian.

Baca Juga :  BPK Mulai Audit Proyek Jambu Kristal

“Jatah pertalite untuk SPBU Rajawali diajukan setiap hari dengan jumlah 30 ribu liter. Namun yang diantar hanya sebanyak 16 ribu liter setiap hari,” katanya kepada Kalteng Pos saat itu, Minggu (5/6).

“Perbedaan saat belum bersubsidi dengan setelah diberlakukan subsidi, tentu terlihat dari harga yang berbeda. Selain itu harga Pertamax menjadi bertambah, sehingga warga memutuskan untuk pindah dari jenis BBM Pertamax ke pertalite karena harga yang lebih murah,”terangnya.

Antrean juga tetap terjadi selama ini karena permintaan masyarakat untuk BBM pertalite terus bertambah. Kalau ada minyaknya maka pukul 06.00 WIB sudah buka dan tutup pada pukul 21.00 WIB. Harga BBM jenis petalite saat ini senilai Rp 7.650 dan Pertamax Rp 12.750.

“Memang sejak adanya kenaikan harga Pertamax, user yang biasa menggunakan  pertamax pada pindah semua jadi menggunakan pertalite,” demikian terang Eliyasa salah seorang petugas di SPBU di Jalan Seth Adji.

“Pertamax ini sebenarnya khusus untuk kalangan masyarakat mampu jadi memang gak di subsidi  tapi di kota Palangkaraya ini kan , kalangan yang mampu nya masih sedikit dan yang ada juga banyak yang memilih pakai pertalite sekarang,” ujarnya.  

Gatis: Bukan Pikap Pelangsir

Sementara itu, Ketua Umum LSR-LPMT Kalteng Agatisansyah memberikan penjelasan sekaligus klarifikasi terkait foto petugas di SPBU  sedang mengisi BBM pertalite ke dalam jeriken yang berada di dalam  sebuah mobil Pickup  yang terbit di halaman depan surat kabar  Kalteng Pos edisi Minggu 5 Juni 2022.

Baca Juga :  Tragis! Karyawan Indomaret Tewas Bersimbah Darah

Pria yang akrab dipanggil Gatis ini menjelaskan bahwa kendaraan mobil pikap yang terlihat mengantre BBM pertalite di SPBU tersebut bukanlah  kendaraan milik pelangsir dan BBM itu juga bukan untuk dijual. “Itu kemarin yang ada di foto itu, saya ini yang beli minyak pertalite  itu,” terang Gatis, kemarin.  

Gatis menjelaskan bahwa dirinya memang meminta bantuan kepada seorang warga yang juga anggota ormas LSR yang bernama Ilham untuk mengambil minyak yang sudah  dibelinya tersebut di SPBU di Jalan Ahmad Yani. Pertalite digunakan untuk bahan bakar mesin dari mesin perahu speed boat dan juga mesin listrik yang ada di kapal susur sungai yang digunakan oleh ormas LSR-LPMT Kalteng untuk berbagai  kegiatan sosial dan kemanusiaan.

Gatis mengatakan bahwa dirinya perlu meluruskan hal yang sebenarnya terjadi di dalam foto tersebut karena dirinya tidak ingin terjadi pemahaman yang keliru di masyarakat kota terkait isi foto tersebut.

“Itu memang sama sekali bukan untuk melangsir. Intinya pertalite itu memang murni memang kita beli dan digunakan untuk keperluan kemanusiaan, bukan untuk hal yang lain,” pungkasnya. (*rky/*irj/nue/sja/ala/ko)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/