Senin, Mei 20, 2024
24.1 C
Palangkaraya

Kasus Bullying di SD Unggulan, Kasek Sebut Hanya Pertengkaran Biasa

PALANGKA RAYA-Kasus bullying atau perundungan yang terjadi di sekolah dasar (SD) unggulan sedang bergulir di Polresta Palangka Raya. Empat hari setelah adanya laporan kepolisian, pihak sekolah akhirnya angkat bicara. Secara tegas membantah pernah terjadi peristiwa bullying di sekolah yang berlokasi di Jalan Damang Leman itu.

Pihak sekolah menyebut peristiwa yang terjadi sebenarnya adalah pertengkaran biasa antarmurid. Bahkan, permasalahan ini telah diselesaikan oleh pihak sekolah. Sebagaimana diungkapkan Kepala Sekolah (Kasek) Mulyati SPd melalui keterangan tertulis yang disampaikan kepada Kalteng Pos, Kamis (23/3).

Mulyati mengatakan, selama delapan tahun ia memimpin sekolah itu, tidak pernah ada kejadian bullying. “Yang ada hanya pertengkaran biasa, namanya juga anak-anak, setelahnya sudah bercanda tawa lagi,” terang Mulyati.

Ia juga membantah informasi yang menyebut bahwa murid korban bullying tersebut pernah mengalami pengeroyokan hingga berdarah. Dikatakannya, peristiwa sebenarnya yang terjadi adalah murid tersebut berdarah akibat kecelakan karena didorong oleh murid lainnya yang ingin bercanda dengan korban. Peristiwa itu terjadi saat jam istirahat.

“Kejadian itu bulan Agustus tahun lalu, sampai anak itu berdarah, memang kecelakaan murni, karena ada anak perempuan lain kelas yang mendorong, dia hanya ingin bercanda, tidak tahu kalau akibatnya sampai jatuh dan natap pot beton depan sekolah, waktu itu jam istirahat, anak-anak pada bermain, bercanda, kejar-kejaran, lari ke sana kemari,” ujarnya.

Mulyati membenarkan bahwa kecelakaan itu mengakibatkan korban mengalami luka. Pihak sekolah pun segera memberi pertolongan pertama melalui pengobatan di ruang UKS. Pihak sekolah juga langsung melaporkan kejadian itu ke orang tua korban, yang kemudian datang ke sekolah.

Baca Juga :  Harga Pangan Belum Stabil, Cabai Makin Mahal

Kasek mengakui bahwa setelah kejadian itu pihak sekolah tidak mengantar korban ke rumah sakit, karena menurut guru yang memberikan pengobatan, luka yang dialami korban hanyalah luka kecil dan pendarahan sudah bisa dihentikan.

“Waktu itu langsung diangkat ke ruang UKS dan diberi pertolongan sehingga pendarahan bisa berhenti, jadi kami tidak bawa ke rumah sakit, meski saat itu saya sempat suruh untuk dibawa ke RS,” jelas Mulyati lagi.

Ia menerangkan, saat orang tua korban datang ke sekolah, pihaknya sudah menceritakan kronologi kejadian sekaligus memberi saran kepada orang tua korban untuk segera membawa anaknya ke rumah sakit untuk penanganan medis lebih lanjut.

Namun, saat itu orang tua korban justru sibuk mencari tahu kebenaran peristiwa kecelakaan yang dialami anaknya.

“Itu lumayan agak lama, baru anaknya dibawa ke RS, itu mungkin yang dibilang dokter lambat,” terang Mulyati.

Lebih lanjut dikatakannya, setelah kejadian kecelakaan itu, pihak sekolah sempat menghubungi keluarga korban saat korban masih dirawat di rumah sakit. Saat itu orang tua korban sempat menyampaikan keterangan dari pihak dokter perihal keterlambatan membawa korban ke rumah sakit untuk ditangani.

Saat itu juga Mulyati meminta maaf kepada pihak orang tua korban. “Saya bilang, ya kami mohon maaf kalau itu keteledoran kami, orang tua (murid) yang mendorong juga sudah dihubungi dan langsung mendatangi rumah korban untuk minta maaf dan mengganti uang biaya perawatan,” terangnya.

Dikatakan Mulyati, permintaan maaf dari pihak sekolah disampaikan lagi ketika orang tua korban datang ke sekolah beberapa hari setelah kejadian itu. Setelah melalui pembicaraan secara kekeluargaan, akhirnya peristiwa ini dianggap selesai. Orang tua korban menerima permintaan maaf dari pihak sekolah. “Saya atas nama sekolah sudah meminta maaf, mereka pun sudah menerima,” ujarnya.

Baca Juga :  Korban Keracunan Terus Bertambah

Mengenai kejadian perundungan yang baru, yakni pengeroyokan yang dialami korban baru-baru ini, Mulyati menyebut pihak sekolah masih mencari tahu kebenaran informasi terkait kejadian itu. Pihak sekolah berencana mengumpulkan para murid yang disebut sebagai pelaku pengeroyokan untuk dimintai keterangan.

“Untuk kejelasannya, kami menunggu anak-anak masuk sekolah, biarkan semua ketemu untuk saling bercerita, tanpa kehadiran orang tua, kalau ceritanya tidak benar, kan bisa saling membantah, nanti akan kami dengarkan semua,” ujarnya.

Dikatakan Mulyati, selama ini pihaknya telah berupaya mencegah terjadinya bullying di lingkungan sekolah. Salah satu caranya dengan terus-menerus memberikan nasihat dan  mengingatkan para murid untuk tidak saling mengejek atau menghina.

“Nasihat untuk tidak saling mem-bully itu disampaikan setiap kali upacara bendera dan juga oleh guru saat mengajat di kelas,” katanya sembari menyebut bahwa sekolah juga memasang slogan anti-bullying di lingkungan sekolah.

Mulyati mengakui upaya yang dilakukan pihaknya untuk mengatasi bullying masih belum maksimal. Salah satu penyebabnya karena pihak sekolah cukup kewalahan untuk mengawasi gerak-gerik para murid yang berjumlah sekitar 700 orang.

“Di dalam kelas saja, ketika guru memeriksa atau sedang membantu teman lain, masih sempat saja mereka berkelahi, gara-gara pinjam barang, terus dibilang mencuri dan lain sebagainya,” bebernya.

PALANGKA RAYA-Kasus bullying atau perundungan yang terjadi di sekolah dasar (SD) unggulan sedang bergulir di Polresta Palangka Raya. Empat hari setelah adanya laporan kepolisian, pihak sekolah akhirnya angkat bicara. Secara tegas membantah pernah terjadi peristiwa bullying di sekolah yang berlokasi di Jalan Damang Leman itu.

Pihak sekolah menyebut peristiwa yang terjadi sebenarnya adalah pertengkaran biasa antarmurid. Bahkan, permasalahan ini telah diselesaikan oleh pihak sekolah. Sebagaimana diungkapkan Kepala Sekolah (Kasek) Mulyati SPd melalui keterangan tertulis yang disampaikan kepada Kalteng Pos, Kamis (23/3).

Mulyati mengatakan, selama delapan tahun ia memimpin sekolah itu, tidak pernah ada kejadian bullying. “Yang ada hanya pertengkaran biasa, namanya juga anak-anak, setelahnya sudah bercanda tawa lagi,” terang Mulyati.

Ia juga membantah informasi yang menyebut bahwa murid korban bullying tersebut pernah mengalami pengeroyokan hingga berdarah. Dikatakannya, peristiwa sebenarnya yang terjadi adalah murid tersebut berdarah akibat kecelakan karena didorong oleh murid lainnya yang ingin bercanda dengan korban. Peristiwa itu terjadi saat jam istirahat.

“Kejadian itu bulan Agustus tahun lalu, sampai anak itu berdarah, memang kecelakaan murni, karena ada anak perempuan lain kelas yang mendorong, dia hanya ingin bercanda, tidak tahu kalau akibatnya sampai jatuh dan natap pot beton depan sekolah, waktu itu jam istirahat, anak-anak pada bermain, bercanda, kejar-kejaran, lari ke sana kemari,” ujarnya.

Mulyati membenarkan bahwa kecelakaan itu mengakibatkan korban mengalami luka. Pihak sekolah pun segera memberi pertolongan pertama melalui pengobatan di ruang UKS. Pihak sekolah juga langsung melaporkan kejadian itu ke orang tua korban, yang kemudian datang ke sekolah.

Baca Juga :  Harga Pangan Belum Stabil, Cabai Makin Mahal

Kasek mengakui bahwa setelah kejadian itu pihak sekolah tidak mengantar korban ke rumah sakit, karena menurut guru yang memberikan pengobatan, luka yang dialami korban hanyalah luka kecil dan pendarahan sudah bisa dihentikan.

“Waktu itu langsung diangkat ke ruang UKS dan diberi pertolongan sehingga pendarahan bisa berhenti, jadi kami tidak bawa ke rumah sakit, meski saat itu saya sempat suruh untuk dibawa ke RS,” jelas Mulyati lagi.

Ia menerangkan, saat orang tua korban datang ke sekolah, pihaknya sudah menceritakan kronologi kejadian sekaligus memberi saran kepada orang tua korban untuk segera membawa anaknya ke rumah sakit untuk penanganan medis lebih lanjut.

Namun, saat itu orang tua korban justru sibuk mencari tahu kebenaran peristiwa kecelakaan yang dialami anaknya.

“Itu lumayan agak lama, baru anaknya dibawa ke RS, itu mungkin yang dibilang dokter lambat,” terang Mulyati.

Lebih lanjut dikatakannya, setelah kejadian kecelakaan itu, pihak sekolah sempat menghubungi keluarga korban saat korban masih dirawat di rumah sakit. Saat itu orang tua korban sempat menyampaikan keterangan dari pihak dokter perihal keterlambatan membawa korban ke rumah sakit untuk ditangani.

Saat itu juga Mulyati meminta maaf kepada pihak orang tua korban. “Saya bilang, ya kami mohon maaf kalau itu keteledoran kami, orang tua (murid) yang mendorong juga sudah dihubungi dan langsung mendatangi rumah korban untuk minta maaf dan mengganti uang biaya perawatan,” terangnya.

Dikatakan Mulyati, permintaan maaf dari pihak sekolah disampaikan lagi ketika orang tua korban datang ke sekolah beberapa hari setelah kejadian itu. Setelah melalui pembicaraan secara kekeluargaan, akhirnya peristiwa ini dianggap selesai. Orang tua korban menerima permintaan maaf dari pihak sekolah. “Saya atas nama sekolah sudah meminta maaf, mereka pun sudah menerima,” ujarnya.

Baca Juga :  Korban Keracunan Terus Bertambah

Mengenai kejadian perundungan yang baru, yakni pengeroyokan yang dialami korban baru-baru ini, Mulyati menyebut pihak sekolah masih mencari tahu kebenaran informasi terkait kejadian itu. Pihak sekolah berencana mengumpulkan para murid yang disebut sebagai pelaku pengeroyokan untuk dimintai keterangan.

“Untuk kejelasannya, kami menunggu anak-anak masuk sekolah, biarkan semua ketemu untuk saling bercerita, tanpa kehadiran orang tua, kalau ceritanya tidak benar, kan bisa saling membantah, nanti akan kami dengarkan semua,” ujarnya.

Dikatakan Mulyati, selama ini pihaknya telah berupaya mencegah terjadinya bullying di lingkungan sekolah. Salah satu caranya dengan terus-menerus memberikan nasihat dan  mengingatkan para murid untuk tidak saling mengejek atau menghina.

“Nasihat untuk tidak saling mem-bully itu disampaikan setiap kali upacara bendera dan juga oleh guru saat mengajat di kelas,” katanya sembari menyebut bahwa sekolah juga memasang slogan anti-bullying di lingkungan sekolah.

Mulyati mengakui upaya yang dilakukan pihaknya untuk mengatasi bullying masih belum maksimal. Salah satu penyebabnya karena pihak sekolah cukup kewalahan untuk mengawasi gerak-gerik para murid yang berjumlah sekitar 700 orang.

“Di dalam kelas saja, ketika guru memeriksa atau sedang membantu teman lain, masih sempat saja mereka berkelahi, gara-gara pinjam barang, terus dibilang mencuri dan lain sebagainya,” bebernya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/