PALANGKA RAYA-Belum menggeliatnya perdagangan usai lebaran disinyalir dapat memicu laju inflasi di Kalteng. Inflasi bisa saja terjadi jika masih banyak pedagang yang belum berjualan, sementara permintaan akan sejumlah barang atau komoditas meningkat. Ketika permintaan masyarakat tidak sebanding dengan ketersediaan barang atau komoditas, maka ada potensi terjadi kenaikan harga barang.
Statistisi Ahli Madya Badan Pusat Statistik (BPS) Kalteng Akhmad Tantowi mengatakan, intervensi pasar tidak bisa hanya dilakukan sebelum dan saat lebaran, tapi juga pascalebaran. Hal ini dapat dilakukan untuk mengantisipasi potensi inflasi, yang mana dapat menyebabkan sejumlah komoditas mengalami kenaikan.
“Ketika permintaan konsumen tinggi, sementara kebanyakan pedagang yang berjualan pulang kampung, maka itu bisa menjadi masalah, bisa menyebabkan kenaikan sejumlah barang karena mereka (pedagang, red) tidak ada, bukan hanya pedagang, kadang petani sebagai produsennya juga enggak ada, jadi ini juga harus jadi perhatian,” kata Tantowi kepada Kalteng Pos, Jumat (27/4).
Menurutnya peran pemerintah sangat penting untuk mengatasi masalah ini. Namun ia tidak menampik bahwa sistem kerja pemerintah sebagai pegawai negeri juga tidak lepas dari masa cuti. Sementara untuk mencegah kenaikan barang, dalam hal ini menjaga stabilitas inflasi di Kalteng, dibutuhkan upaya berkelanjutan dan intervensi pasar yang terus-menerus. Peran tersebut bisa dilakukan dan dimaksimalkan jika Kalteng memiliki Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang bergerak di sektor pangan.
“Mengingat kita masih bergantung dengan suplai dari daerah lain, Kalteng seyogianya memiliki semacam BUMD yang khusus mengurusi pangan daerah, kalau yang namanya pegawai kan waktu libur maka libur, begitupun kalau mau secara intens memantau dan mengintervensi pasar demi menjaga stabilitas harga, BUMD pangan bisa menjadi solusi, BUMD pangan yang akan secara intens menangani pasar dan lain-lain,” tandasnya.
Sementara itu, pemerhati ekonomi Dr Fitria Husnatarina SE MSi mengatakan, kondisi inflasi di Indonesia secara global maupun di kota-kota besar di Indonesia cukup terkendali sebelum hari raya. Fitria menyebut, secara keseluruhan kondisi inflasi di Kalteng khususnya Palangka Raya dan kota-kota lain di Kalteng masih cukup aman. Meski demikian, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Palangka Raya itu meminta agar pemerintah terus menjaga jalur distribusi barang sehingga tetap lancar dan stabil.
“Setelah hari raya, inflasi masih terkendali, artinya bahwa ketersediaan bahan-bahan tertentu yang menjadi pemicu inflasi masih mencukupi permintaan, terlihat jelas dari kondisi Kalteng saat ini,” ungkap Fitria kepada Kalteng Pos, Kamis (27/4).
Meski demikian, Fitria menyebut hal yang perlu menjadi perhatian pemerintah adalah terus memantau rantai pasok atau jalur distribusi ke daerah-daerah lain di Kalteng sehingga tetap stabil dan lancar. Begitu pun dengan infrastruktur yang menghubungkan jalur distribusi.
“Kita juga perlu melihat bahwa bahan-bahan pokok yang didatangkan dari luar Kalteng masih dalam jalur aman, ini yang harus menjadi perhatian bersama, sehingga sebelum, saat, maupun setelah hari raya kondisi laju inflasi di Kalteng tetap terkendali,” terangnya.
Ia menekankan soal perhatian terhadap jalur distribusi, agar pasokan barang atau komoditas kebutuhan pokok masyarakat tetap lancar dan terkendali. Menurutnya, dengan adanya pemberian sejumlah dana yang bertujuan meningkatkan kapasitas penguatan finansial seseorang, seperti tunjangan hari raya (THR), zakat, infaq, sedekah, dan lainnya dapat memperkuat daya beli masyarakat.
“Itu juga dapat menjadi salah satu indikator stabilnya daya beli masyarakat setelah hari raya, kemudian dengan stok yang cukup, bisa dikatakan bahwa inflasi di Kalteng cukup terkendali,” tandasnya. (dan/ce/ala)