Minggu, April 27, 2025
31.3 C
Palangkaraya

Makna Kebangkitan dalam Warna: Lomba Hias Telur Paskah di IAKN Palangka Raya

PALANGKA RAYA – Hari itu, suasana di kampus Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) berbeda dari biasanya. Di salah satu ruangan sederhana, tawa kecil dan percikan warna warni cat air menyatu dalam harmoni. Bukan sekadar kegiatan seni, tetapi suatu perenungan.

Melalui sebutir telur, para mahasiswa mencoba menggambarkan kembali makna kebangkitan Kristus, dengan kuas di tangan dan hati yang penuh pengharapan. Ya, Kamis (17/4/2025) sore, para mahasiswa sedang berlomba menghias telur Paskah. Bagi umat Kristen, Paskah bukan sekadar perayaan tahunan.

Paskah adalah inti iman. Momen ketika Kristus bangkit dari kematian, membawa janji keselamatan bagi umat manusia. Dalam peristiwa ini, kasih, pengorbanan, dan kemenangan hidup atas maut, berpadu menjadi pesan yang menembus ruang dan waktu. Salah satu simbol yang melekat erat pada Paskah adalah telur.

Dalam tradisi Kristen, telur melambangkan kehidupan baru, awal yang segar, serta kebangkitan. Kulit telur yang keras menggambarkan makam Yesus yang tertutup rapat. Sementara, retakan atau pecahan pada telur menandai terbukanya kubur, simbol kebangkitan.

Bahkan, warna merah yang kadang digunakan untuk menghias telur, dianggap sebagai representasi darah Kristus yang tercurahkan pada kayu salib. Dalam suasana itu, Nick Carter, mahasiswa semester enam, menyalurkan bakat seninya untuk merefleksikan kisah iman.

Baca Juga :  Catur Beregu Kalteng Lolos PON

Ia mengangkat tema Perjalanan Yesus, mulai dari kelahiran di Betlehem, penyambutan di Yerusalem yang diwarnai daun palma, penyaliban, hingga kebangkitan yang digambarkan melalui gua terbuka. “Saya ingin tiap elemen dalam karya ini bercerita.

Bukan sekadar hiasan, tetapi ajakan untuk merenung,” kata Nick, yang menyelesaikan karyanya dengan menggunakan cat air, salib, mahkota duri, dan sentuhan lampu kecil sebagai simbol cahaya kebangkitan. Sementara itu, Angelina dan Nadya Vega, dua peserta lain dalam lomba ini, juga tidak sekadar menggambar.

Mereka menyisipkan nilai-nilai spiritual dalam tiap goresan. Angelina menghadirkan sosok anak domba, Yesus sebagai penebus dosa, mengacu pada makna pengorbanan yang penuh kasih. Nadya memilih tema Malaikat, terinspirasi dari perumpamaan dalam Injil Matius, yang menekankan kesiapan menyambut kedatangan Tuhan.

“Lewat telur ini, kami ingin menyuarakan pesan iman dan rasa syukur kami sebagai anak-anak Tuhan,” kata mereka. Ketua BEM IAKN Palangka Raya, Johnson Wadani, yang juga merupakan penanggung jawab kegiatan, menyebut kegiatan ini lebih dari sekadar kompetisi.

“Kami ingin mahasiswa menghidupi nilai-nilai Paskah, tidak hanya dalam ibadah, tetapi juga dalam cara mereka mengekspresikan iman secara kreatif. Ini tentang menyatukan seni dan spiritualitas,” ucapnya.

Baca Juga :  Diisi Berbagai Kegiatan Positif, Malam Paskah di Dusun Hilir Berjalan Kondusif

Di tempat yang sama, Isa Andreyanku Lana selaku ketua panitia, menjelaskan bahwa, tradisi menghias telur tiap tahun menjadi momentum menanamkan kembali pemahaman akan makna Paskah. Telur-telur ini direbus, dikeringkan, lalu dihias dengan gambar salib, pelita, bunga kehidupan, hingga ayat-ayat Alkitab.

“Tiap simbol punya pesan. Kita sedang mengajar generasi muda untuk memahami iman, bukan lewat teori semata, tetapi juga melalui karya nyata,” jelas Isa. Di tengah dunia yang terus berubah dan serbainstan, kegiatan seperti ini menjadi ruang tenang untuk merenung. Di sela cat yang mengering dan telur yang disusun rapi, terselip doa-doa, harapan baru, dan kesadaran akan kasih Allah yang tak terbatas.

Paskah bukan hanya tradisi mengenang peristiwa dua ribu tahun lalu. Ini adalah ajakan untuk bangkit dari keterpurukan, dari dosa, dari keputusasaan, dan melangkah dalam terang kehidupan yang baru bersama Kristus. Makna ini tak hanya dibacakan dari mimbar, tetapi juga diwujudkan lewat tangan-tangan muda, yang percaya bahwa iman bisa diungkapkan dalam bentuk paling sederhana, walau hanya sebutir telur. (ovi/ce/ram)

PALANGKA RAYA – Hari itu, suasana di kampus Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) berbeda dari biasanya. Di salah satu ruangan sederhana, tawa kecil dan percikan warna warni cat air menyatu dalam harmoni. Bukan sekadar kegiatan seni, tetapi suatu perenungan.

Melalui sebutir telur, para mahasiswa mencoba menggambarkan kembali makna kebangkitan Kristus, dengan kuas di tangan dan hati yang penuh pengharapan. Ya, Kamis (17/4/2025) sore, para mahasiswa sedang berlomba menghias telur Paskah. Bagi umat Kristen, Paskah bukan sekadar perayaan tahunan.

Paskah adalah inti iman. Momen ketika Kristus bangkit dari kematian, membawa janji keselamatan bagi umat manusia. Dalam peristiwa ini, kasih, pengorbanan, dan kemenangan hidup atas maut, berpadu menjadi pesan yang menembus ruang dan waktu. Salah satu simbol yang melekat erat pada Paskah adalah telur.

Dalam tradisi Kristen, telur melambangkan kehidupan baru, awal yang segar, serta kebangkitan. Kulit telur yang keras menggambarkan makam Yesus yang tertutup rapat. Sementara, retakan atau pecahan pada telur menandai terbukanya kubur, simbol kebangkitan.

Bahkan, warna merah yang kadang digunakan untuk menghias telur, dianggap sebagai representasi darah Kristus yang tercurahkan pada kayu salib. Dalam suasana itu, Nick Carter, mahasiswa semester enam, menyalurkan bakat seninya untuk merefleksikan kisah iman.

Baca Juga :  Catur Beregu Kalteng Lolos PON

Ia mengangkat tema Perjalanan Yesus, mulai dari kelahiran di Betlehem, penyambutan di Yerusalem yang diwarnai daun palma, penyaliban, hingga kebangkitan yang digambarkan melalui gua terbuka. “Saya ingin tiap elemen dalam karya ini bercerita.

Bukan sekadar hiasan, tetapi ajakan untuk merenung,” kata Nick, yang menyelesaikan karyanya dengan menggunakan cat air, salib, mahkota duri, dan sentuhan lampu kecil sebagai simbol cahaya kebangkitan. Sementara itu, Angelina dan Nadya Vega, dua peserta lain dalam lomba ini, juga tidak sekadar menggambar.

Mereka menyisipkan nilai-nilai spiritual dalam tiap goresan. Angelina menghadirkan sosok anak domba, Yesus sebagai penebus dosa, mengacu pada makna pengorbanan yang penuh kasih. Nadya memilih tema Malaikat, terinspirasi dari perumpamaan dalam Injil Matius, yang menekankan kesiapan menyambut kedatangan Tuhan.

“Lewat telur ini, kami ingin menyuarakan pesan iman dan rasa syukur kami sebagai anak-anak Tuhan,” kata mereka. Ketua BEM IAKN Palangka Raya, Johnson Wadani, yang juga merupakan penanggung jawab kegiatan, menyebut kegiatan ini lebih dari sekadar kompetisi.

“Kami ingin mahasiswa menghidupi nilai-nilai Paskah, tidak hanya dalam ibadah, tetapi juga dalam cara mereka mengekspresikan iman secara kreatif. Ini tentang menyatukan seni dan spiritualitas,” ucapnya.

Baca Juga :  Diisi Berbagai Kegiatan Positif, Malam Paskah di Dusun Hilir Berjalan Kondusif

Di tempat yang sama, Isa Andreyanku Lana selaku ketua panitia, menjelaskan bahwa, tradisi menghias telur tiap tahun menjadi momentum menanamkan kembali pemahaman akan makna Paskah. Telur-telur ini direbus, dikeringkan, lalu dihias dengan gambar salib, pelita, bunga kehidupan, hingga ayat-ayat Alkitab.

“Tiap simbol punya pesan. Kita sedang mengajar generasi muda untuk memahami iman, bukan lewat teori semata, tetapi juga melalui karya nyata,” jelas Isa. Di tengah dunia yang terus berubah dan serbainstan, kegiatan seperti ini menjadi ruang tenang untuk merenung. Di sela cat yang mengering dan telur yang disusun rapi, terselip doa-doa, harapan baru, dan kesadaran akan kasih Allah yang tak terbatas.

Paskah bukan hanya tradisi mengenang peristiwa dua ribu tahun lalu. Ini adalah ajakan untuk bangkit dari keterpurukan, dari dosa, dari keputusasaan, dan melangkah dalam terang kehidupan yang baru bersama Kristus. Makna ini tak hanya dibacakan dari mimbar, tetapi juga diwujudkan lewat tangan-tangan muda, yang percaya bahwa iman bisa diungkapkan dalam bentuk paling sederhana, walau hanya sebutir telur. (ovi/ce/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/