Minggu, Mei 19, 2024
33 C
Palangkaraya

Lebih Dekat dengan Wilna Hertina, Pelukis Perempuan Palangka Raya (5/selesai)

Melukis Bisa Menghilangkan Penat setelah Bekerja

BAGI Wilna Hertina, memiliki jiwa seni sangat banyak manfaatnya. Apalagi bagi dirinya yang sehari-hari disibukkan dengan aktivitas menjadi seorang tenaga kesehatan. Saban hari harus bertatap muka dengan pasien dengan berbagai macam karakter dan keluhan. Melukis, menjadi jurus jitunya menghilangkan penat setelah bekerja.

Perempuan yang biasa disapa Wilna ini sudah menggeluti dunia lukis sejak 30 tahun lalu. Saat itu, ia masih berusia 20-an tahun. Secara autodidak, jari jemarinya memainkan pensil untuk menggambar. Terus diasah. Kini, melukis sudah menjadi hobinya. Meski di tengah kesibukan sebagai seorang ibu rumah tangga dan petugas kesehatan di Puskesmas Marina, Kelurahan Langkai, Kecamatan Pahandut, Kota Palangka Raya, Wilna sesekali melemaskan jari-jemarinya dengan melukis, sekaligus me-refresh otak.

“Sebetulnya sudah sekitar 30-an tahun saya menggeluti dunia lukis, tetapi karena kesibukan, makanya jarang mengikuti event-event, sesekali untuk menghilangkan stres usai bekerja, saya me-refresh otak dengan cara melukis,” kata perempuan asal Kabupaten Pulang Pisau (Pulpis) ini.

Meski hobi melukis yang dimilikinya berawal dari upaya autodidak, tetapi ia memang memiliki garis keturunan keluarga seniman. Akan tetapi keluarganya lebih fokus ke seni pahat. Hanya Wilna yang tertarik dengan seni lukis. Kini ia melanjutkan darah seniman keluarga kepada anaknya.

“Saya tularkan jiwa seni kepada anak saya. Apalagi anak saya dahulu sekolahnya ambil profesi dokter. Bagi seseorang yang tengah menempuh pendidikan dokter, menggambar itu penting. Karena dalam pendidikan dokter akan diajarkan untuk memahami anatomi tubuh dengan menggambar dan beberapa pelajaran lain yang memerlukan skill menggambar,” beber perempuan yang lahir pada 31 Agustus 1974 ini.

Baca Juga :  Satpol PP Tertibkan Pedagang Buah Dadakan

Meski hanya sekadar hobi, karya-karya Wilna banyak diminati pencinta seni. Tak sedikit hasil karyanya yang dibeli. Harga tertingginya Rp5 juta. Namun bagi Wilna, tujuan utamanya melukis bukan untuk dikomersialkan. Semata untuk menyalurkan hobi.

“Tujuan utama saya melukis bukan untuk dijual, karena saya hanya hobi melukis, makanya saya salurkan hobi itu, jika ada yang tertarik untuk beli karya saya, maka dengan senang hati saya akan melepaskannya dengan harga yang sudah ditawarkan pembeli,” ucapnya kepada Kalteng Pos saat dibincangi di sela-sela pameran seni dan fotografi yang digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kalteng dalam rangka peringatan hari ulang tahun (HUT) ke-66 Provinsi Kalteng, belum lama ini.

Harapan terbesar Wilna, ke depannya ia bisa memiliki galeri seni pribadi untuk memajang karya-karyanya. Selama ini, karya tangnanya belum pernah dibukukan secara baik, lantaran tidak digeluti dengan fokus. Sekadar melukis untuk kesenangan. Karena itu, jika kelak memasuki masa purnatugas sebagai abdi negara, ia punya keinginan untuk fokus mengembangkan hobinya.

Baca Juga :  Dibangun Saudagar Asal Kotim saat Berdagang ke Lamandau Tahun 1926

“Nanti setelah saya sudah purnatugas akan fokus pada hobi saya ini, terlebih keluarga saya dan anak-anak saya juga orang seni, semoga nanti dapat terwujud galeri pribadi,” tegasnya.

Wilna ingin konsep galerinya lebih fokus pada anak-anak muda. Ia ingin memberikan edukasi kepada anak-anak muda bahwa kesenian dan kebudayaan Bumi Tambun Bungai sangat melimpah. Harapannya dapat membantu melestarikan kebudayaan Kalteng melalui peran anak muda.

“Bahkan perlu mengedukasi anak-anak sejak dini untuk mencintai seni, karena melalui seni kita dapat melihat dunia yang lebih luas, seni apa pun itu,” ucap perempuan berusia 50 tahun ini.

Wilna tidak membatasi media lukis yang ia gunakan. Ia dapat melukis di berbagai media. Namun ia lebih suka melukis pada media berbahan daur ulang, memanfaatkan barang bekas untuk mengurangi kadar sampah.

“Media lukisnya apa saja, terutama bahan daur ulang, bisa dari bekas papan tulis yang tidak digunakan lagi, kertas yang sudah tidak digunakan, biasanya kertas di belakangnya masih kosong, itu sering saya manfaatkan untuk melukis,” tuturnya.

Bagi Wilna, inspirasi melukis bisa datang kapan pun dan di mana pun. Saat sedang duduk santai, lalu melihat sesuatu ataupun terpikirkan sesuatu yang menginspirasi, otomatis jemarinya akan mudah tergerak untuk mulai melukis. (*/ce/ala)

BAGI Wilna Hertina, memiliki jiwa seni sangat banyak manfaatnya. Apalagi bagi dirinya yang sehari-hari disibukkan dengan aktivitas menjadi seorang tenaga kesehatan. Saban hari harus bertatap muka dengan pasien dengan berbagai macam karakter dan keluhan. Melukis, menjadi jurus jitunya menghilangkan penat setelah bekerja.

Perempuan yang biasa disapa Wilna ini sudah menggeluti dunia lukis sejak 30 tahun lalu. Saat itu, ia masih berusia 20-an tahun. Secara autodidak, jari jemarinya memainkan pensil untuk menggambar. Terus diasah. Kini, melukis sudah menjadi hobinya. Meski di tengah kesibukan sebagai seorang ibu rumah tangga dan petugas kesehatan di Puskesmas Marina, Kelurahan Langkai, Kecamatan Pahandut, Kota Palangka Raya, Wilna sesekali melemaskan jari-jemarinya dengan melukis, sekaligus me-refresh otak.

“Sebetulnya sudah sekitar 30-an tahun saya menggeluti dunia lukis, tetapi karena kesibukan, makanya jarang mengikuti event-event, sesekali untuk menghilangkan stres usai bekerja, saya me-refresh otak dengan cara melukis,” kata perempuan asal Kabupaten Pulang Pisau (Pulpis) ini.

Meski hobi melukis yang dimilikinya berawal dari upaya autodidak, tetapi ia memang memiliki garis keturunan keluarga seniman. Akan tetapi keluarganya lebih fokus ke seni pahat. Hanya Wilna yang tertarik dengan seni lukis. Kini ia melanjutkan darah seniman keluarga kepada anaknya.

“Saya tularkan jiwa seni kepada anak saya. Apalagi anak saya dahulu sekolahnya ambil profesi dokter. Bagi seseorang yang tengah menempuh pendidikan dokter, menggambar itu penting. Karena dalam pendidikan dokter akan diajarkan untuk memahami anatomi tubuh dengan menggambar dan beberapa pelajaran lain yang memerlukan skill menggambar,” beber perempuan yang lahir pada 31 Agustus 1974 ini.

Baca Juga :  Satpol PP Tertibkan Pedagang Buah Dadakan

Meski hanya sekadar hobi, karya-karya Wilna banyak diminati pencinta seni. Tak sedikit hasil karyanya yang dibeli. Harga tertingginya Rp5 juta. Namun bagi Wilna, tujuan utamanya melukis bukan untuk dikomersialkan. Semata untuk menyalurkan hobi.

“Tujuan utama saya melukis bukan untuk dijual, karena saya hanya hobi melukis, makanya saya salurkan hobi itu, jika ada yang tertarik untuk beli karya saya, maka dengan senang hati saya akan melepaskannya dengan harga yang sudah ditawarkan pembeli,” ucapnya kepada Kalteng Pos saat dibincangi di sela-sela pameran seni dan fotografi yang digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kalteng dalam rangka peringatan hari ulang tahun (HUT) ke-66 Provinsi Kalteng, belum lama ini.

Harapan terbesar Wilna, ke depannya ia bisa memiliki galeri seni pribadi untuk memajang karya-karyanya. Selama ini, karya tangnanya belum pernah dibukukan secara baik, lantaran tidak digeluti dengan fokus. Sekadar melukis untuk kesenangan. Karena itu, jika kelak memasuki masa purnatugas sebagai abdi negara, ia punya keinginan untuk fokus mengembangkan hobinya.

Baca Juga :  Dibangun Saudagar Asal Kotim saat Berdagang ke Lamandau Tahun 1926

“Nanti setelah saya sudah purnatugas akan fokus pada hobi saya ini, terlebih keluarga saya dan anak-anak saya juga orang seni, semoga nanti dapat terwujud galeri pribadi,” tegasnya.

Wilna ingin konsep galerinya lebih fokus pada anak-anak muda. Ia ingin memberikan edukasi kepada anak-anak muda bahwa kesenian dan kebudayaan Bumi Tambun Bungai sangat melimpah. Harapannya dapat membantu melestarikan kebudayaan Kalteng melalui peran anak muda.

“Bahkan perlu mengedukasi anak-anak sejak dini untuk mencintai seni, karena melalui seni kita dapat melihat dunia yang lebih luas, seni apa pun itu,” ucap perempuan berusia 50 tahun ini.

Wilna tidak membatasi media lukis yang ia gunakan. Ia dapat melukis di berbagai media. Namun ia lebih suka melukis pada media berbahan daur ulang, memanfaatkan barang bekas untuk mengurangi kadar sampah.

“Media lukisnya apa saja, terutama bahan daur ulang, bisa dari bekas papan tulis yang tidak digunakan lagi, kertas yang sudah tidak digunakan, biasanya kertas di belakangnya masih kosong, itu sering saya manfaatkan untuk melukis,” tuturnya.

Bagi Wilna, inspirasi melukis bisa datang kapan pun dan di mana pun. Saat sedang duduk santai, lalu melihat sesuatu ataupun terpikirkan sesuatu yang menginspirasi, otomatis jemarinya akan mudah tergerak untuk mulai melukis. (*/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/