Selasa, Mei 14, 2024
24.5 C
Palangkaraya

Kelancaran Jalur Distribusi Jadi Solusi Menekan Inflasi di Kalteng

PALANGKA RAYA-Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) merilis Kota Palangka Raya terjadi inflasi sebesar 0,63 persen pada Oktober 2023. Perkembangan harga pelbagai komoditas secara umum naik.

Ada beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga dan memberikan andil inflasi. Antara lain, beras, cabai rawit, ikan nila, daging ayam ras, angkutan udara, kacang panjang, ikan baung, ikan gabus, dan pepaya. Per Oktober 2023, persentase inflasi di Palangka Raya menjadi tertinggi se-Kalimantan.

Penyebab utama tingginya inflasi di Kota Cantik disinyalir karena jalur distribusi barang yang masih terkendala. Bertepatan dengan momentum Natal dan tahun baru (nataru), pemerintah perlu mewaspadai potensi kenaikan signifikan harga barang tertentu.

Pengamat Ekonomi Dr Fitria Husnatarina berpendapat, inflasi yang terjadi di Palangka Raya berangkat dari kondisi perekonomian daerah yang masih bergantung pada pasokan dari luar daerah. Palangka Raya merupakan daerah yang secara umum masih berstatus kota yang bergantung pasokan dari luar daerah.

“Palangka Raya masih mendatangkan barang-barang dan kebutuhan pokok dari luar daerah, tidak ada sentra produksi skala besar berkenaan dengan pemenuhan pasokan kebutuhan pokok,” ungkap Fitria kepada wartawan, Kamis (2/11).

Sejauh ini, ketersediaan pangan dan kebutuhan pokok masih bergantung dari daerah lain. Barang-barang yang dipasok itu notabene menjadi penentu dari kapasitas inflasi daerah.

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Palangka Raya ini menyebut, sejauh produk-produk penentu inflasi itu masih didatangkan dari luar daerah, maka rawan terjadi kenaikan ketika jalur distribusi barang dari wilayah pemasok terganggu.

Baca Juga :  Cegah Stunting, Wali Kota Launching Rumah Dataku dan Kampung KB di Kelurahan Marang

“Kemarin jalur distribusi barang sempat terganggu karena kemacetan lalu lintas di wilayah Tumbang Nusa, itu tentu sangat berpengaruh terhadap harga barang di Palangka Raya,” ucapnya.

Ketika akses distribusi barang terganggu, mekanisme pasar pun terdampak. Barang-barang menjadi langka atau kapasitas suplai barang menjadi rendah karena rantai pasok yang terganggu, sementara permintaan akan barang-barang tertentu menjadi tinggi. Hal itu, lanjut Fitria, menyebabkan permintaan dan penawaran barang menjadi tidak seimbang.

“Indikator lain yang menyebabkan harga barang-barang mengalami lonjakan adalah karena proses produksi yang juga terganggu. Bisa saja karena harga bahan baku untuk proses produksinya mahal,” tambah Fitria.

Menurutnya, faktor terbesar yang menjadi penyebab inflasi di Palangka Raya adalah karena masih bergantung dengan suplai barang dari luar. Sebab, harga-harga barang pokok penting di Palangka Raya akan sangat terpengaruh ketika jalur distribusi barang tidak normal.

“Banyak faktor penyebab inflasi. Mungkin pembenahan jalur distribusi atau rantai pasok barang bisa menjadi solusi menekan lonjakan harga barang,” ujarnya.

Staf Ahli (Sahli) Gubernur Kalteng Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan, Yuas Elko menyebut, pada tahun 2024 nanti sampel inflasi untuk Provinsi Kalteng bertambah menjadi empat wilayah. Mencakup Palangka Raya, Kotawaringin Timur, Sukamara, dan Kapuas.

Perluasan sampel inflasi dimaksudkan lebih efektif memantau dan mengatasi fluktuasi harga di berbagai sektor. “Ini adalah upaya untuk melindungi kepentingan masyarakat dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” ucapnya.

Menjelang momen nataru, potensi kenaikan sejumlah komoditas pangan perlu diwaspadai, karena bisa menjadi penyumbang inflasi di Kalteng. Ada sejumlah komoditas pangan yang berpotensi mengalami kenaikan tiap nataru, berkaca dari fenomena yang terjadi tiap tahun.

Baca Juga :  Di Acara Gernas BBI, Jokowi: Belanja Produk Lokal Dukung Perekonomian

Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdaperin) Provinsi Kalteng, Aster Bonawaty menjelaskan, barang-barang yang biasanya mengalami kenaikan tiap menjelang nataru adalah barang-barang kebutuhan pokok.

“Minyak goreng, beras, gula, cabai, bawang merah, bawang putih, telur, daging ayam, sudah pasti itu akan naik turun di momen nataru,” beber Aster kepada awak media.

Terkait kondisi harga di pasar saat ini, Aster menyebut harga beras perlahan mulai mengalami kenaikan. Namun ada beberapa bahan pokok yang mengalami penurunan harga, seperti cabai dan bawang merah.

“Ada di beberapa tempat mengalami kenaikan, sementara di tempat lain turun. Masih terus kami koordinasikan dengan kabupaten/kota,” sebutnya.

Aster menambahkan, pihaknya telah menyiapkan sejumlah upaya untuk mencegah kenaikan harga pangan menjelang peringatan nataru. Seperti mengadakan operasi pasar murah, pasar penyeimbang, dan inspeksi mendadak (sidak) pasar.

“Operasi pasar tentu akan dilakukan menghadapi hari-hari besar keagamaan, salah satunya nataru. Sudah kami siapkan bahan-bahan untuk operasi pasar itu,” ungkapnya.

Disdagperin melakukan sidak pasar untuk melakukan monitoring bersama instansi terkait. Pada pertengahan November nanti, sidak pasar akan digelar kembali. “Kami memang menargetkan sidak pasar dilakukan sekali dalam sebulan,” tambahnya.

Menyikapi potensi kenaikan harga bahan pokok menjelang nataru, Aster mengimbau masyarakat Kalteng agar tidak berbelanja berlebihan hingga terjadi fenomena panic buying.

“Belanja saja secukupnya, pemerintah terus menjamin stok barang-barang kebutuhan pokok tetap ada menjelang nataru,” tandasnya.(dan/zia/ce/ram)

PALANGKA RAYA-Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) merilis Kota Palangka Raya terjadi inflasi sebesar 0,63 persen pada Oktober 2023. Perkembangan harga pelbagai komoditas secara umum naik.

Ada beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga dan memberikan andil inflasi. Antara lain, beras, cabai rawit, ikan nila, daging ayam ras, angkutan udara, kacang panjang, ikan baung, ikan gabus, dan pepaya. Per Oktober 2023, persentase inflasi di Palangka Raya menjadi tertinggi se-Kalimantan.

Penyebab utama tingginya inflasi di Kota Cantik disinyalir karena jalur distribusi barang yang masih terkendala. Bertepatan dengan momentum Natal dan tahun baru (nataru), pemerintah perlu mewaspadai potensi kenaikan signifikan harga barang tertentu.

Pengamat Ekonomi Dr Fitria Husnatarina berpendapat, inflasi yang terjadi di Palangka Raya berangkat dari kondisi perekonomian daerah yang masih bergantung pada pasokan dari luar daerah. Palangka Raya merupakan daerah yang secara umum masih berstatus kota yang bergantung pasokan dari luar daerah.

“Palangka Raya masih mendatangkan barang-barang dan kebutuhan pokok dari luar daerah, tidak ada sentra produksi skala besar berkenaan dengan pemenuhan pasokan kebutuhan pokok,” ungkap Fitria kepada wartawan, Kamis (2/11).

Sejauh ini, ketersediaan pangan dan kebutuhan pokok masih bergantung dari daerah lain. Barang-barang yang dipasok itu notabene menjadi penentu dari kapasitas inflasi daerah.

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Palangka Raya ini menyebut, sejauh produk-produk penentu inflasi itu masih didatangkan dari luar daerah, maka rawan terjadi kenaikan ketika jalur distribusi barang dari wilayah pemasok terganggu.

Baca Juga :  Cegah Stunting, Wali Kota Launching Rumah Dataku dan Kampung KB di Kelurahan Marang

“Kemarin jalur distribusi barang sempat terganggu karena kemacetan lalu lintas di wilayah Tumbang Nusa, itu tentu sangat berpengaruh terhadap harga barang di Palangka Raya,” ucapnya.

Ketika akses distribusi barang terganggu, mekanisme pasar pun terdampak. Barang-barang menjadi langka atau kapasitas suplai barang menjadi rendah karena rantai pasok yang terganggu, sementara permintaan akan barang-barang tertentu menjadi tinggi. Hal itu, lanjut Fitria, menyebabkan permintaan dan penawaran barang menjadi tidak seimbang.

“Indikator lain yang menyebabkan harga barang-barang mengalami lonjakan adalah karena proses produksi yang juga terganggu. Bisa saja karena harga bahan baku untuk proses produksinya mahal,” tambah Fitria.

Menurutnya, faktor terbesar yang menjadi penyebab inflasi di Palangka Raya adalah karena masih bergantung dengan suplai barang dari luar. Sebab, harga-harga barang pokok penting di Palangka Raya akan sangat terpengaruh ketika jalur distribusi barang tidak normal.

“Banyak faktor penyebab inflasi. Mungkin pembenahan jalur distribusi atau rantai pasok barang bisa menjadi solusi menekan lonjakan harga barang,” ujarnya.

Staf Ahli (Sahli) Gubernur Kalteng Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan, Yuas Elko menyebut, pada tahun 2024 nanti sampel inflasi untuk Provinsi Kalteng bertambah menjadi empat wilayah. Mencakup Palangka Raya, Kotawaringin Timur, Sukamara, dan Kapuas.

Perluasan sampel inflasi dimaksudkan lebih efektif memantau dan mengatasi fluktuasi harga di berbagai sektor. “Ini adalah upaya untuk melindungi kepentingan masyarakat dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” ucapnya.

Menjelang momen nataru, potensi kenaikan sejumlah komoditas pangan perlu diwaspadai, karena bisa menjadi penyumbang inflasi di Kalteng. Ada sejumlah komoditas pangan yang berpotensi mengalami kenaikan tiap nataru, berkaca dari fenomena yang terjadi tiap tahun.

Baca Juga :  Di Acara Gernas BBI, Jokowi: Belanja Produk Lokal Dukung Perekonomian

Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdaperin) Provinsi Kalteng, Aster Bonawaty menjelaskan, barang-barang yang biasanya mengalami kenaikan tiap menjelang nataru adalah barang-barang kebutuhan pokok.

“Minyak goreng, beras, gula, cabai, bawang merah, bawang putih, telur, daging ayam, sudah pasti itu akan naik turun di momen nataru,” beber Aster kepada awak media.

Terkait kondisi harga di pasar saat ini, Aster menyebut harga beras perlahan mulai mengalami kenaikan. Namun ada beberapa bahan pokok yang mengalami penurunan harga, seperti cabai dan bawang merah.

“Ada di beberapa tempat mengalami kenaikan, sementara di tempat lain turun. Masih terus kami koordinasikan dengan kabupaten/kota,” sebutnya.

Aster menambahkan, pihaknya telah menyiapkan sejumlah upaya untuk mencegah kenaikan harga pangan menjelang peringatan nataru. Seperti mengadakan operasi pasar murah, pasar penyeimbang, dan inspeksi mendadak (sidak) pasar.

“Operasi pasar tentu akan dilakukan menghadapi hari-hari besar keagamaan, salah satunya nataru. Sudah kami siapkan bahan-bahan untuk operasi pasar itu,” ungkapnya.

Disdagperin melakukan sidak pasar untuk melakukan monitoring bersama instansi terkait. Pada pertengahan November nanti, sidak pasar akan digelar kembali. “Kami memang menargetkan sidak pasar dilakukan sekali dalam sebulan,” tambahnya.

Menyikapi potensi kenaikan harga bahan pokok menjelang nataru, Aster mengimbau masyarakat Kalteng agar tidak berbelanja berlebihan hingga terjadi fenomena panic buying.

“Belanja saja secukupnya, pemerintah terus menjamin stok barang-barang kebutuhan pokok tetap ada menjelang nataru,” tandasnya.(dan/zia/ce/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/