Rabu, Mei 15, 2024
23.8 C
Palangkaraya

Karhutla di Kalteng Meningkat, Kualitas Udara Sudah Tak Sehat

PALANGKA RAYA-Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) kian meningkat di Kalteng. Keadaan ini menyebabkan sebagian wilayah di Kalteng mulai diselimuti kabut asap tipis. Kondisi ini berdampak buruk terhadap kualitas udara dan tidak sehat untuk dihirup seperti yang terjadi di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim).

Karhutla di Kotim menunjukkan peningkatkan, cuaca panas ditambah dengan angin yang kencang membuat si jago merah makin tak terkendali. Bahkan, api mulai merembet ke fasilitas umum dan rumah warga. Petugas gabungan yang terus berjibaku mengendalikan api mulai kewalahan. Api terus menyebar, membuat para petugas harus mengeluarkan tenaga ekstra hingga larut malam. Kejadian tersebut terjadi di Jalan Pramuka, Senin (4/9).

Dengan seluruh kekuatan, tim gabungan tersebut menghadapi si jago merah hingga hampir 12 jam lamanya. Dengan dibantu oleh helikopter waterbombing, api baru mulai bisa dikendalikan saat pukul 00.20 dini hari, Selasa (5/9).

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotim, Multazam K. Anwar, mengatakan petugas gabungan terkendala sumber air yang kurang tersedia di lokasi titik api tersebut. Selain itu api yang begitu besar membuat para petugas kelelahan hingga kekurangan personel saat berusaha menjinakkan api.

“Senin kita cukup kewalahan memadamkan api. Hampir 12 jam kita berjibaku dengan api sampai petugas gabungan kelelahan. Kendala yang kita hadapi adalah lokasi ini sulit untuk mendapatkan air, ditambah personel kami terbatas akibat kelelahan,” kata Multazam, Selasa (5/9).

Dirinya menambahkan, karhutla juga mengepung fasilitas pendidikan seperti Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 11 yang terletak di Jalan Metropolitan Muara 2 Ceria, Kelurahan Baamang Barat, Kecamatan Baamang dikepung asap. Akibatnya siswa yang masuk sekolah harus dipulangkan lebih awal.

“Kebakaran juga mulai merambah ke fasilitas pendidikan dan perumahan. Salah satunya adalah laporan dari SMP Negeri 11. Asap mengepung sekolah tersebut hingga para siswa dipulangkan lima jam lebih awal dari biasanya,”kata Multazam.

Baca Juga :  Sudah Memenuhi Syarat, Kalteng Belum Tanggap Darurat Karhutla

Dia juga mengatakan, Sejauh ini tim gabungan terus melakukan pemadaman yang dibantu dengan helikopter waterbombing dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Melihat titik api yang semakin meluas, BPBD Kotim berencana meminta penambahan armada helikopter water boombing. Hal itu karena Kota Sampit tidak hanya mengatasi karhutla di wilayah Kotim saja. Akan tetapi juga mencakup kabupaten lain di sekitarnya.

“Kami akan mengajukan permohonan untuk menambah unit helicopter water boombing. Karena daerah lokasi titik api sudah sulit dijangkau melalui darat. Selain itu, Kota Sampit ini tidak hanya menjangkau Kabupaten Kotim saja, akan tetapi Kabupaten lain disekitar kita,” ucap Multazam.

Hingga saat ini, sudah ada 500 hektare lahan yang terbakar dan telah ditangani oleh tim BPBD Kabupaten Kotim. Angka itu bisa saja bertambah akibat titik api yang tidak bisa dijangkau melalui jalur darat. Di beberapa lokasi bahkan titik api berada 10 kilometer dari jalan raya utama. Titik tersebut sulit untuk dijangkau karena tidak ada akses jalan yang dapat dilalui.

Akibat karhutla yang kian marak, polusi udara di Sampit pun ikut terdampak. Berdasarkan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU), tingkat kualitas udara di Kotim pada Selasa (5/9) menyentuh angka 125. Angka itu berarti kualitas udara yang dihirup sudah tidak sehat.

Kabut asap terlihat di beberapa titik saat pagi hari. Warga harus menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah. Kondisi ini telah melanda Kota Sampit sejak pertengahan bulan Agustus lalu. sejauh ini, kualitas udara paling parah terjadi pada Minggu (3/9) lalu.

“Kualitas udara menyentuh angka 261 yang menandakan udara sudah sangat tidak sehat untuk dihirup. Hal itu membuat Kota Sampit menjadi kota dengan pencemaran udara tertinggi di Indonesia selama satu hari itu,” ucapnya.

Berbeda dengan di Kotim, di Kotawaringin Barat (Kobar) dari data menunjukkan bahwa kualitas udara di dua wilayah tersebut masih dalam kategori normal. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Daops (Kadaops) Manggala Agni Kalimantan III/ Pangkalan Bun Binsar Oktavianus Togatorop.

Baca Juga :  Fairid: Pemko Makin Berakselerasi

“Berdasarkan data ISPU melalui aplikasi ISPUNet pada Senin (4/9) di Kobar menunjukkan masuk dalam kategori baik dan Kotim berada dalam kondisi sedang,” kata Kadaops Manggala Agni Kalimantan III, Binsar Oktavianus Togatorop, Senin (5/9).

Sementara itu, untuk menyikapi eskalasi karhutla yang meningkat secara signifikan dalam beberapa waktu terakhir, Manggala Agni Daerah Operasi (Daops) Kalimantan III/ Pangkalan Bun memastikan akan bersiaga  24 jam. Meningkatnya karhutla seiring dengan musim kemarau yang memasuki puncaknya yang berpotensi menimbulkan Karhutla yang semakin masif yang mengakibatkan kabut asap.

“Upaya pemadaman terus kami lakukan di tiga dari lima kabupaten pada wilayah kerja kami, di antaranya Kobar, Kotim dan Sukamara. Pemadaman darat dilakukan oleh Manggala Agni bersama instansi terkait serta dukungan dari satgas udara juga terus di lakukan melalui water bombing untuk memadamkan di lokasi yang tidak terjangkau oleh tim darat,” ungkapnya.

Binsar Melanjutkan Selama kurun waktu dari Juni – Agustus pihaknya telah melakukan pemadaman karhutla sebanyak 107 titik dan mendeteksi  4.803 pantauan titik panas di lima kabupaten wilayah kerja manggala agni daops kalimantan III/ pangkalan bun.

Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat (BPBD) Pahrul Laji menyampaikan, sebaiknya masyarakat menggunakan masker apabila mencium aroma bau dari asap karhutla, meski saat ini wilayah kita bebas dari asap.

“Tanpa kita sadari kita menghirup polusi udara berbahaya ini saat beraktivitas dalam sehari-hari, Salah satu partikel udara yang kita hirup disebut PM 10 dan PM 2,5. Polusi PM 2,5 bisa meningkat karena udara panas, karhutla, dan polusi lingkungan yang dihasilkan dari gas emisi kendaraan. Jika dihirup, partikel udara ini bisa berbahaya bagi tubuh, terutama paru-paru dan jantung,”pungkasnya.(lan/dan/bah/zia/ala)

 

PALANGKA RAYA-Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) kian meningkat di Kalteng. Keadaan ini menyebabkan sebagian wilayah di Kalteng mulai diselimuti kabut asap tipis. Kondisi ini berdampak buruk terhadap kualitas udara dan tidak sehat untuk dihirup seperti yang terjadi di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim).

Karhutla di Kotim menunjukkan peningkatkan, cuaca panas ditambah dengan angin yang kencang membuat si jago merah makin tak terkendali. Bahkan, api mulai merembet ke fasilitas umum dan rumah warga. Petugas gabungan yang terus berjibaku mengendalikan api mulai kewalahan. Api terus menyebar, membuat para petugas harus mengeluarkan tenaga ekstra hingga larut malam. Kejadian tersebut terjadi di Jalan Pramuka, Senin (4/9).

Dengan seluruh kekuatan, tim gabungan tersebut menghadapi si jago merah hingga hampir 12 jam lamanya. Dengan dibantu oleh helikopter waterbombing, api baru mulai bisa dikendalikan saat pukul 00.20 dini hari, Selasa (5/9).

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotim, Multazam K. Anwar, mengatakan petugas gabungan terkendala sumber air yang kurang tersedia di lokasi titik api tersebut. Selain itu api yang begitu besar membuat para petugas kelelahan hingga kekurangan personel saat berusaha menjinakkan api.

“Senin kita cukup kewalahan memadamkan api. Hampir 12 jam kita berjibaku dengan api sampai petugas gabungan kelelahan. Kendala yang kita hadapi adalah lokasi ini sulit untuk mendapatkan air, ditambah personel kami terbatas akibat kelelahan,” kata Multazam, Selasa (5/9).

Dirinya menambahkan, karhutla juga mengepung fasilitas pendidikan seperti Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 11 yang terletak di Jalan Metropolitan Muara 2 Ceria, Kelurahan Baamang Barat, Kecamatan Baamang dikepung asap. Akibatnya siswa yang masuk sekolah harus dipulangkan lebih awal.

“Kebakaran juga mulai merambah ke fasilitas pendidikan dan perumahan. Salah satunya adalah laporan dari SMP Negeri 11. Asap mengepung sekolah tersebut hingga para siswa dipulangkan lima jam lebih awal dari biasanya,”kata Multazam.

Baca Juga :  Sudah Memenuhi Syarat, Kalteng Belum Tanggap Darurat Karhutla

Dia juga mengatakan, Sejauh ini tim gabungan terus melakukan pemadaman yang dibantu dengan helikopter waterbombing dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Melihat titik api yang semakin meluas, BPBD Kotim berencana meminta penambahan armada helikopter water boombing. Hal itu karena Kota Sampit tidak hanya mengatasi karhutla di wilayah Kotim saja. Akan tetapi juga mencakup kabupaten lain di sekitarnya.

“Kami akan mengajukan permohonan untuk menambah unit helicopter water boombing. Karena daerah lokasi titik api sudah sulit dijangkau melalui darat. Selain itu, Kota Sampit ini tidak hanya menjangkau Kabupaten Kotim saja, akan tetapi Kabupaten lain disekitar kita,” ucap Multazam.

Hingga saat ini, sudah ada 500 hektare lahan yang terbakar dan telah ditangani oleh tim BPBD Kabupaten Kotim. Angka itu bisa saja bertambah akibat titik api yang tidak bisa dijangkau melalui jalur darat. Di beberapa lokasi bahkan titik api berada 10 kilometer dari jalan raya utama. Titik tersebut sulit untuk dijangkau karena tidak ada akses jalan yang dapat dilalui.

Akibat karhutla yang kian marak, polusi udara di Sampit pun ikut terdampak. Berdasarkan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU), tingkat kualitas udara di Kotim pada Selasa (5/9) menyentuh angka 125. Angka itu berarti kualitas udara yang dihirup sudah tidak sehat.

Kabut asap terlihat di beberapa titik saat pagi hari. Warga harus menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah. Kondisi ini telah melanda Kota Sampit sejak pertengahan bulan Agustus lalu. sejauh ini, kualitas udara paling parah terjadi pada Minggu (3/9) lalu.

“Kualitas udara menyentuh angka 261 yang menandakan udara sudah sangat tidak sehat untuk dihirup. Hal itu membuat Kota Sampit menjadi kota dengan pencemaran udara tertinggi di Indonesia selama satu hari itu,” ucapnya.

Berbeda dengan di Kotim, di Kotawaringin Barat (Kobar) dari data menunjukkan bahwa kualitas udara di dua wilayah tersebut masih dalam kategori normal. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Daops (Kadaops) Manggala Agni Kalimantan III/ Pangkalan Bun Binsar Oktavianus Togatorop.

Baca Juga :  Fairid: Pemko Makin Berakselerasi

“Berdasarkan data ISPU melalui aplikasi ISPUNet pada Senin (4/9) di Kobar menunjukkan masuk dalam kategori baik dan Kotim berada dalam kondisi sedang,” kata Kadaops Manggala Agni Kalimantan III, Binsar Oktavianus Togatorop, Senin (5/9).

Sementara itu, untuk menyikapi eskalasi karhutla yang meningkat secara signifikan dalam beberapa waktu terakhir, Manggala Agni Daerah Operasi (Daops) Kalimantan III/ Pangkalan Bun memastikan akan bersiaga  24 jam. Meningkatnya karhutla seiring dengan musim kemarau yang memasuki puncaknya yang berpotensi menimbulkan Karhutla yang semakin masif yang mengakibatkan kabut asap.

“Upaya pemadaman terus kami lakukan di tiga dari lima kabupaten pada wilayah kerja kami, di antaranya Kobar, Kotim dan Sukamara. Pemadaman darat dilakukan oleh Manggala Agni bersama instansi terkait serta dukungan dari satgas udara juga terus di lakukan melalui water bombing untuk memadamkan di lokasi yang tidak terjangkau oleh tim darat,” ungkapnya.

Binsar Melanjutkan Selama kurun waktu dari Juni – Agustus pihaknya telah melakukan pemadaman karhutla sebanyak 107 titik dan mendeteksi  4.803 pantauan titik panas di lima kabupaten wilayah kerja manggala agni daops kalimantan III/ pangkalan bun.

Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat (BPBD) Pahrul Laji menyampaikan, sebaiknya masyarakat menggunakan masker apabila mencium aroma bau dari asap karhutla, meski saat ini wilayah kita bebas dari asap.

“Tanpa kita sadari kita menghirup polusi udara berbahaya ini saat beraktivitas dalam sehari-hari, Salah satu partikel udara yang kita hirup disebut PM 10 dan PM 2,5. Polusi PM 2,5 bisa meningkat karena udara panas, karhutla, dan polusi lingkungan yang dihasilkan dari gas emisi kendaraan. Jika dihirup, partikel udara ini bisa berbahaya bagi tubuh, terutama paru-paru dan jantung,”pungkasnya.(lan/dan/bah/zia/ala)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/