Sabtu, Mei 18, 2024
29.7 C
Palangkaraya

Sakula.id, Start-Up Bertemakan Pendidikan dari Bumi Tambun Bungai

Komitmen Sediakan Materi Pembelajaran Gratis

Sakula.id merupakan platform pendidikan berbasis digital yang bisa diakses semua orang. Menyediakan fitur akademik, kursus skill praktis, dan berbelanja kebutuhan pendidikan. Unit bisnis start-up bertema pendidikan ini ingin turut berkontribusi memajukan sumber daya manusia (SDM) di Bumi Tambun Bungai.

AKHMAD DHANI, Palangka Raya

START-UP merupakan bisnis rintisan yang pengoperasiannya berbasis teknologi digital dewasa ini. Lazim dilihat dalam kancah nasional, sekelompok orang dengan ide segar yang memadukan ide bisnis dari sektor tertentu dengan perkembangan teknologi digital.

Dari sektor pendidikan misalnya, menjamur aplikasi kursus yang bisa diakses semua orang lewat telepon genggam, bisa berupa website atau aplikasi. Ada lagi dari sektor ekonomi, seperti berbelanja kebutuhan rumah tangga hanya dengan mengeklik layar ponsel pintar.

Pada era modern ini, aktivitas manusia tak bisa dipisahkan dari penggunaan teknologi. Pengembangan bisnis berbasis digital sudah merupakan keniscayaan. Atas hal itu, dapat dilihat bahwa bisnis start-up menyediakan prospek yang menjanjikan.

Perkembangan bisnis start-up pun cukup menggeliat pada beberapa daerah di Indonesia. Tidak hanya di kota-kota besar, tapi juga di Kalimantan Tengah pun mulai bermunculan berbagai unit bisnis start-up yang merambah segala bidang. Salah satunya pendidikan.

Sakula.id adalah contohnya. Platform ini menyediakan layanan belajar materi sekolah, kursus skill tertentu, dan belanja kebutuhan-kebutuhan pendidikan. Mengusung tujuan menyediakan akses pendidikan berbasis digital yang merata kepada masyarakat, Sakula.id berkomitmen untuk turut serta memajukan SDM di Bumi Tambun Bungai.

Meski baru eksis kurang lebih tiga bulan, tapi unit bisnis start-up berbasis website ini sudah mulai berjalan. Dukungan pun datang dari banyak pihak. Maklum, munculnya ide bisnis ini dari cita-cita yang sangat mulia, yakni minciptakan aplikasi berbasis teknologi yang memuat konten-konten pendidikan yang dapat diakses semua orang.

Mentor start-up Sakula.id, Beta Centauri menjelaskan bahwa ide pembuatan Sakula.id muncul dari keinginan untuk mengikuti kompetisi bisnis start-up akhir tahun 2022 lalu. Ia selaku dosen program studi teknologi pendidikan Universitas Palangka Raya (UPR) mengajak beberapa mahasiswa untuk berkompetisi dalam lomba bisnis start-up. Ide pembuatan start-up itu muncul saat obrolan santai dengan sekelompok mahasiswa.

“Kami juga dibantu oleh perusahaan teknologi bernama CV Borneo Teknopren. Gayung bersambut, kami dan mereka diskusi untuk coba membuat aplikasi Sakula.id, karena basisnya pada pendidikan, maka output-nya yakni menyediakan pekerjaan bagi mahasiswa untuk menjadi guru dan mentor,” beber Beta saat berbincang-bincang dengan Kalteng Pos, Minggu (26/2).

Bermula dari keinginan mengikuti kompetisi, mentor dan tim pun terbentuk. Terdiri dari tiga orang mahasiswa selaku tim pengelola dan satu orang mentor yang langsung diambil alih olehnya. Tim pengelola ini merupakan mahasiswa program studi teknologi pendidikan UPR. Mereka adalah Fransiska Wening, Shaumi Rani, dan Muhammad Rafliansyah.

Beta menyebut ada tiga fitur yang disediakan dalam sistem website pendidikan yang mereka rancang menjadi bisnis start-up. Nama aplikasi Sakula berasal dari singkatan bermacam-macam layanan yang disediakan. Nama Sakula juga punya arti sekolah dalam bahasa Dayak Ngaju.

Baca Juga :  Inovasi Teknologi Pengukuran Kadar Antibodi Covid-19 Karya BPPT

“Sakula itu singkatan dari layanan yang kami sediakan, yakni sistem akademik, kursus, dan belanja (Sakula), kami menyediakan materi-materi belajar pada sistem akademik, kursus hard skill dan soft skill seperti coding, public speaking, dan edit video dalam layanan kursus, serta berbelanja kebutuhan sekolah seperti seragam sekolah melalui layanan belanja,” jelasnya.

Wanita jebolan magister manajemen sistem informasi Universitas Bina Nusantara (Binus) tahun 2016 itu mengakui bahwa saat ini aplikasi yang digagas pihaknya masih dalam proses pengembangan. Beberapa konten masih perlu ditambah, khususnya pada fitur belanja seragam sekolah. Aplikasi tersebut juga masih belum menghasilkan keuntungan, karena baru dikembangkan beberapa bulan.

“Kami masih perlu menyusun kurikulumnya, pengajar, dan mentor-mentornya, mengenai itu kami sudah berkolaborasi dan komunikasi dengan pihak terkait, tinggal bagaimana mengajak orang untuk ikut kursus, keuntungannya itu dari kursus dan belanja sih, kalau akademik digratiskan, kami menyediakan video-video pembelajaran gratis untuk anak-anak sekolah,” bebernya.

Pengembangan yang masih digarap di antaranya tahap produksi konten seperti kebutuhan sarana studio dan pemasaran jasa kursus, agar orang-orang bersedia mengikuti kursus yang disediakan pihaknya melalui website.

“Kalau fasilitas belanjanya, kami kan punya rencana berkolaborasi dengan toko-toko offline, tapi ini masih melihat situasi karena masih jalin komunikasi dengan toko-toko offline, intinya masih dalam tahap pengembangan, belum skala besar,” bebernya.

Beta menyebut ide bisnis Sakula.id yang digagas itu mendapat penghargaan dari berbagai ajang lomba bisnis start-up. Salah satunya yakni juara satu ajang Founders Live 99 Second Pitching Battle Palangka Raya pada lomba Pitching Battle 99 Detik yang diselenggarakan Founderslive Palangka Raya berupa presentasi rencana bisnis. Penghargaan diberikan atas ide segar yang diusung, yakni menyediakan platform belajar gratis kepada pelajar dan kursus berbayar untuk umum.

Kendati baru berjalan, penghargaan dan apresiasi dari segenap pihak atas aplikasi start-up yang pihaknya gagas cukup banyak. Dukungan datang berupa hadiah dan uang tunai. Salah satunya melalui penyelenggara lomba Founders Live 99 Second Pitching Battle Palangka Raya. “Kami punya kerja sama dengan Founderslive, itu dari USA, ikut membantu untuk hadiah lomba start-up, juga Google Credit,” bebernya.

Lulusan sarjana teknik informatika UPR tahun 2014 itu menuturkan, saat ini pihaknya membutuhkan modal agar perusahaan yang dikembangkan dapat dikelola lebih baik dari sisi SDM maupun keuangan. Ia berharap adanya dukungan dari pemerintah melalui dinas terkait serta pihak swasta. Sejauh ini pengurusan izin perusahaan masih dalam tahap proses.

“Kami juga berharap dukungan dari masyarakat, seperti keterbukaan mereka dengan adanya bisnis teknologi, utamanya untuk mendukung berkembangnya start-up di Palangka Raya dan Kalteng secara luas,” tuturnya.

Menurut Fransiska Wening, salah seorang anggota tim pengelola Sakula.id, membangun dan mengelola start-up ini tidaklah mudah. Banyak tantangan yang dihadapi tim dalam mengelola start-up ini. Salah satunya yakni persaingan global dengan start-up lainnya.

Baca Juga :  Pernikahan Dini Picu Banyak Masalah, Mesti Dicegah!

“Bukan hanya itu, kami juga perlu melakukan promosi yang konsisten agar masyarakat makin tertarik dan yakin dengan Sakula.id,” ungkap Fransiska kepada Kalteng Pos, beberapa hari lalu.

Tak dimungkiri, persaingan dalam industri start-up dan technopreneur sangat ketat. Dibutuhkan konsistensi dan dedikasi yang tinggi agar layanan yang disediakan mampu bersaing dengan puluhan bahkan ratusan start-up lainnya. Apalagi start-up dalam bidang pendidikan seperti platform pembelajaran tengah menjamur di Indonesia.

Berkilas balik, ketika awal proses pencarian ide, wanita yang sedang menempuh semester enam program studi teknologi pendidikan di UPR itu, bersama dengan dua temannya dari satu program studi dan Beta Centauri selaku mentor, punya keinginan yang sama untuk menyediakan aplikasi yang dapat mengembangkan soft skill masyarakat Kalteng, khususnya Kota Palangka Raya. Maka tercetuslah Sakula.id.

“Jadi kami tuh pengen ngembangin soft skill masyarakat Kalteng, terkhusus Palangka Raya. Selama ini kan di bidang akademik banyak pembelajaran online, tapi jarang ada yang gratis, maka ini bisa menjadi peluang kami bikin start-up yang memberikan fasilitas berupa materi belajar gratis untuk masyarakat, khususnya pelajar,” bebernya.

Sebagai anak muda yang tengah menempuh kuliah bidang ilmu pedagogi, perempuan kelahiran 2001 itu menuturkan, ide membuat start-up muncul dari permasalahan yang ditemui pihaknya di Palangka Raya, bahwa jarang ada bisnis rintisan bertema teknologi yang menyelipkan visi edukasi.

“Kami amati di Palangka Raya ini belum ada aplikasi yang dapat mengakses video pembelajaran secara gratis, selain itu untuk kursus juga belum ada yang menyediakan kursus public speaking, bootcamp coding, dan video editing, jadi kami melihat peluang ada di situ,” bebernya.

Anak kedua dari tiga bersaudara itu mengakui ada banyak video pembelajaran di platform seperti YouTube. Namun ia bersama tim berniat untuk mengkhususkan konten di aplikasi yang diciptakan dan dirintis itu. “Kami ingin mengkhususkan konten-kontennya, agar masyarakat tinggal buka aplikasi dan semua materi yang dibutuhkan tersedia di situ,” bebernya.

Wanita kelahiran Sampit itu menambahkan, aplikasi yang digagas pihaknya ini harus diketahui oleh masyarakat, karena ada banyak materi yang disediakan dalam platform ini. Khususnya materi-materi kursus yang sangat berguna dalam rangka peningkatan skill untuk bersaing di era industri digital dewasa ini.

Sebagian besar start-up di Indonesia saat ini digagas oleh kaum muda. Karena itu, ia mengajak masyarakat khususnya kaum muda, agar melirik peluang usaha di bidang start-up dan mau berkarya di bisnis start-up, sehingga dapat berkontribusi bagi kemajuan industri digital di Bumi Tambun Bungai.

“Kita bisa melihat permasalahan sebagai awal dari bisnis start-up, anak-anak muda bisa melihat peluang di bidang ini, kan start-up bisa menjadi bisnis, sebagian juga bisa membantu masyarakat dari solusi yang kita terapkan berdasarkan identifikasi atas permasalahan di tengah masyarakat,” tandasnya. (ce/ram)

Sakula.id merupakan platform pendidikan berbasis digital yang bisa diakses semua orang. Menyediakan fitur akademik, kursus skill praktis, dan berbelanja kebutuhan pendidikan. Unit bisnis start-up bertema pendidikan ini ingin turut berkontribusi memajukan sumber daya manusia (SDM) di Bumi Tambun Bungai.

AKHMAD DHANI, Palangka Raya

START-UP merupakan bisnis rintisan yang pengoperasiannya berbasis teknologi digital dewasa ini. Lazim dilihat dalam kancah nasional, sekelompok orang dengan ide segar yang memadukan ide bisnis dari sektor tertentu dengan perkembangan teknologi digital.

Dari sektor pendidikan misalnya, menjamur aplikasi kursus yang bisa diakses semua orang lewat telepon genggam, bisa berupa website atau aplikasi. Ada lagi dari sektor ekonomi, seperti berbelanja kebutuhan rumah tangga hanya dengan mengeklik layar ponsel pintar.

Pada era modern ini, aktivitas manusia tak bisa dipisahkan dari penggunaan teknologi. Pengembangan bisnis berbasis digital sudah merupakan keniscayaan. Atas hal itu, dapat dilihat bahwa bisnis start-up menyediakan prospek yang menjanjikan.

Perkembangan bisnis start-up pun cukup menggeliat pada beberapa daerah di Indonesia. Tidak hanya di kota-kota besar, tapi juga di Kalimantan Tengah pun mulai bermunculan berbagai unit bisnis start-up yang merambah segala bidang. Salah satunya pendidikan.

Sakula.id adalah contohnya. Platform ini menyediakan layanan belajar materi sekolah, kursus skill tertentu, dan belanja kebutuhan-kebutuhan pendidikan. Mengusung tujuan menyediakan akses pendidikan berbasis digital yang merata kepada masyarakat, Sakula.id berkomitmen untuk turut serta memajukan SDM di Bumi Tambun Bungai.

Meski baru eksis kurang lebih tiga bulan, tapi unit bisnis start-up berbasis website ini sudah mulai berjalan. Dukungan pun datang dari banyak pihak. Maklum, munculnya ide bisnis ini dari cita-cita yang sangat mulia, yakni minciptakan aplikasi berbasis teknologi yang memuat konten-konten pendidikan yang dapat diakses semua orang.

Mentor start-up Sakula.id, Beta Centauri menjelaskan bahwa ide pembuatan Sakula.id muncul dari keinginan untuk mengikuti kompetisi bisnis start-up akhir tahun 2022 lalu. Ia selaku dosen program studi teknologi pendidikan Universitas Palangka Raya (UPR) mengajak beberapa mahasiswa untuk berkompetisi dalam lomba bisnis start-up. Ide pembuatan start-up itu muncul saat obrolan santai dengan sekelompok mahasiswa.

“Kami juga dibantu oleh perusahaan teknologi bernama CV Borneo Teknopren. Gayung bersambut, kami dan mereka diskusi untuk coba membuat aplikasi Sakula.id, karena basisnya pada pendidikan, maka output-nya yakni menyediakan pekerjaan bagi mahasiswa untuk menjadi guru dan mentor,” beber Beta saat berbincang-bincang dengan Kalteng Pos, Minggu (26/2).

Bermula dari keinginan mengikuti kompetisi, mentor dan tim pun terbentuk. Terdiri dari tiga orang mahasiswa selaku tim pengelola dan satu orang mentor yang langsung diambil alih olehnya. Tim pengelola ini merupakan mahasiswa program studi teknologi pendidikan UPR. Mereka adalah Fransiska Wening, Shaumi Rani, dan Muhammad Rafliansyah.

Beta menyebut ada tiga fitur yang disediakan dalam sistem website pendidikan yang mereka rancang menjadi bisnis start-up. Nama aplikasi Sakula berasal dari singkatan bermacam-macam layanan yang disediakan. Nama Sakula juga punya arti sekolah dalam bahasa Dayak Ngaju.

Baca Juga :  Inovasi Teknologi Pengukuran Kadar Antibodi Covid-19 Karya BPPT

“Sakula itu singkatan dari layanan yang kami sediakan, yakni sistem akademik, kursus, dan belanja (Sakula), kami menyediakan materi-materi belajar pada sistem akademik, kursus hard skill dan soft skill seperti coding, public speaking, dan edit video dalam layanan kursus, serta berbelanja kebutuhan sekolah seperti seragam sekolah melalui layanan belanja,” jelasnya.

Wanita jebolan magister manajemen sistem informasi Universitas Bina Nusantara (Binus) tahun 2016 itu mengakui bahwa saat ini aplikasi yang digagas pihaknya masih dalam proses pengembangan. Beberapa konten masih perlu ditambah, khususnya pada fitur belanja seragam sekolah. Aplikasi tersebut juga masih belum menghasilkan keuntungan, karena baru dikembangkan beberapa bulan.

“Kami masih perlu menyusun kurikulumnya, pengajar, dan mentor-mentornya, mengenai itu kami sudah berkolaborasi dan komunikasi dengan pihak terkait, tinggal bagaimana mengajak orang untuk ikut kursus, keuntungannya itu dari kursus dan belanja sih, kalau akademik digratiskan, kami menyediakan video-video pembelajaran gratis untuk anak-anak sekolah,” bebernya.

Pengembangan yang masih digarap di antaranya tahap produksi konten seperti kebutuhan sarana studio dan pemasaran jasa kursus, agar orang-orang bersedia mengikuti kursus yang disediakan pihaknya melalui website.

“Kalau fasilitas belanjanya, kami kan punya rencana berkolaborasi dengan toko-toko offline, tapi ini masih melihat situasi karena masih jalin komunikasi dengan toko-toko offline, intinya masih dalam tahap pengembangan, belum skala besar,” bebernya.

Beta menyebut ide bisnis Sakula.id yang digagas itu mendapat penghargaan dari berbagai ajang lomba bisnis start-up. Salah satunya yakni juara satu ajang Founders Live 99 Second Pitching Battle Palangka Raya pada lomba Pitching Battle 99 Detik yang diselenggarakan Founderslive Palangka Raya berupa presentasi rencana bisnis. Penghargaan diberikan atas ide segar yang diusung, yakni menyediakan platform belajar gratis kepada pelajar dan kursus berbayar untuk umum.

Kendati baru berjalan, penghargaan dan apresiasi dari segenap pihak atas aplikasi start-up yang pihaknya gagas cukup banyak. Dukungan datang berupa hadiah dan uang tunai. Salah satunya melalui penyelenggara lomba Founders Live 99 Second Pitching Battle Palangka Raya. “Kami punya kerja sama dengan Founderslive, itu dari USA, ikut membantu untuk hadiah lomba start-up, juga Google Credit,” bebernya.

Lulusan sarjana teknik informatika UPR tahun 2014 itu menuturkan, saat ini pihaknya membutuhkan modal agar perusahaan yang dikembangkan dapat dikelola lebih baik dari sisi SDM maupun keuangan. Ia berharap adanya dukungan dari pemerintah melalui dinas terkait serta pihak swasta. Sejauh ini pengurusan izin perusahaan masih dalam tahap proses.

“Kami juga berharap dukungan dari masyarakat, seperti keterbukaan mereka dengan adanya bisnis teknologi, utamanya untuk mendukung berkembangnya start-up di Palangka Raya dan Kalteng secara luas,” tuturnya.

Menurut Fransiska Wening, salah seorang anggota tim pengelola Sakula.id, membangun dan mengelola start-up ini tidaklah mudah. Banyak tantangan yang dihadapi tim dalam mengelola start-up ini. Salah satunya yakni persaingan global dengan start-up lainnya.

Baca Juga :  Pernikahan Dini Picu Banyak Masalah, Mesti Dicegah!

“Bukan hanya itu, kami juga perlu melakukan promosi yang konsisten agar masyarakat makin tertarik dan yakin dengan Sakula.id,” ungkap Fransiska kepada Kalteng Pos, beberapa hari lalu.

Tak dimungkiri, persaingan dalam industri start-up dan technopreneur sangat ketat. Dibutuhkan konsistensi dan dedikasi yang tinggi agar layanan yang disediakan mampu bersaing dengan puluhan bahkan ratusan start-up lainnya. Apalagi start-up dalam bidang pendidikan seperti platform pembelajaran tengah menjamur di Indonesia.

Berkilas balik, ketika awal proses pencarian ide, wanita yang sedang menempuh semester enam program studi teknologi pendidikan di UPR itu, bersama dengan dua temannya dari satu program studi dan Beta Centauri selaku mentor, punya keinginan yang sama untuk menyediakan aplikasi yang dapat mengembangkan soft skill masyarakat Kalteng, khususnya Kota Palangka Raya. Maka tercetuslah Sakula.id.

“Jadi kami tuh pengen ngembangin soft skill masyarakat Kalteng, terkhusus Palangka Raya. Selama ini kan di bidang akademik banyak pembelajaran online, tapi jarang ada yang gratis, maka ini bisa menjadi peluang kami bikin start-up yang memberikan fasilitas berupa materi belajar gratis untuk masyarakat, khususnya pelajar,” bebernya.

Sebagai anak muda yang tengah menempuh kuliah bidang ilmu pedagogi, perempuan kelahiran 2001 itu menuturkan, ide membuat start-up muncul dari permasalahan yang ditemui pihaknya di Palangka Raya, bahwa jarang ada bisnis rintisan bertema teknologi yang menyelipkan visi edukasi.

“Kami amati di Palangka Raya ini belum ada aplikasi yang dapat mengakses video pembelajaran secara gratis, selain itu untuk kursus juga belum ada yang menyediakan kursus public speaking, bootcamp coding, dan video editing, jadi kami melihat peluang ada di situ,” bebernya.

Anak kedua dari tiga bersaudara itu mengakui ada banyak video pembelajaran di platform seperti YouTube. Namun ia bersama tim berniat untuk mengkhususkan konten di aplikasi yang diciptakan dan dirintis itu. “Kami ingin mengkhususkan konten-kontennya, agar masyarakat tinggal buka aplikasi dan semua materi yang dibutuhkan tersedia di situ,” bebernya.

Wanita kelahiran Sampit itu menambahkan, aplikasi yang digagas pihaknya ini harus diketahui oleh masyarakat, karena ada banyak materi yang disediakan dalam platform ini. Khususnya materi-materi kursus yang sangat berguna dalam rangka peningkatan skill untuk bersaing di era industri digital dewasa ini.

Sebagian besar start-up di Indonesia saat ini digagas oleh kaum muda. Karena itu, ia mengajak masyarakat khususnya kaum muda, agar melirik peluang usaha di bidang start-up dan mau berkarya di bisnis start-up, sehingga dapat berkontribusi bagi kemajuan industri digital di Bumi Tambun Bungai.

“Kita bisa melihat permasalahan sebagai awal dari bisnis start-up, anak-anak muda bisa melihat peluang di bidang ini, kan start-up bisa menjadi bisnis, sebagian juga bisa membantu masyarakat dari solusi yang kita terapkan berdasarkan identifikasi atas permasalahan di tengah masyarakat,” tandasnya. (ce/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/