Jumat, Mei 10, 2024
24.1 C
Palangkaraya

Waspada Lonjakan Harga Jelang Puasa

PALANGKA RAYA-Harga pangan diperkirakan mengalami lonjakan menjelang bulan Ramadan. Hal itu bisa terjadi seiring meningkatnya aktivitas jual beli masyarakat. Kondisi ini sering terjadi menjelang bulan puasa. Meski demikian, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalteng memastikan ketersediaan pangan di Bumi Tambun Bungai relatif aman hingga bulan Ramadan nanti.

Sekretaris Daerah (Sekda) Kalteng H Nuryakin meminta masyarakat tidak khawatir soal ketersediaan pangan. Dalam upaya menghadapi lonjakan permintaan bahan pokok penting jelang bulan puasa, sekda menyebut pihaknya akan terus memantau kondisi pasar.

“Untuk menghadapi ini, kita akan turun mengecek ke distributor, mengecek jalur distribusi, agar dapat memastikan ketersediaan pangan di pasar aman,” kata sekda kepada awak media usai menghadiri rapat evaluasi TPID atas hasil rilis BPS terkait inflasi Kalteng Februari 2023 di Ruang Rapat Bajakah, Lantai II Kantor Gubernur Kalteng, Kamis (2/3).

Tak hanya itu, Nuryakin juga menyebut bahwa pada 8 Maret nanti, pihaknya akan mengundang bupati/wali kota se-Kalteng untuk membentuk kesiapsiagaan menghadapi potensi kenaikan harga menjelang bulan ramadan.

“Pada 8 Maret ini kami akan undang bupati/wali kota se-Kalteng dalam rangka membentuk kesiapsiagaan menghadapi hari besar keagamaan,” bebernya.

Terkait bahan pokok penting yang berpotensi mengalami kenaikan seperti yang dipaparkan oleh BI Kalteng dan BPS Kalteng, Nuryakin menyebut sampai saat ini belum ada perlakukan khusus untuk bahan pokok tertentu karena memang belum ada tanda-tanda kenaikan harga. “Karena belum ada kenaikan, jadi tidak ada perlakuan khusus, karena stok bapok masih aman, masyarakat tidak perlu khawatir,” tandasnya.

Nuryakin menekankan, selain sistem yang perlu diperhatikan, dibutuhkan juga pendekatan dan komitmen untuk keberlangsungan upaya yang tengah diusahakan. “Setop membicarakan data, jika tidak pandai mengelolanya,” tegasnya.

Menurutnya pembahasan terkait data tidak perlu dijadikan buah bibir. “Akan lebih baik jika data tersebut dikaji untuk memperbaiki kekeliruan dan perdebatan yang ada,” tambahnya.

Baca Juga :  Cuaca Buruk Jadi Penyebab Harga Bawang Melonjak

Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalteng Eko Marsono menjelaskan terkait kondisi perekonomian Kalteng saat ini dan kondisi ekonomi yang akan dihadapi menjelang bulan puasa dan Idulfitri di Kalteng. Dijelaskan Eko, sama seperti pola tahun-tahun sebelumnya saat ramadan tiba, komoditas yang mengalami kenaikan harga relatif sama. Berkisar pada kebutuhan pokok masyarakat yang mengalami peningkatan konsumsi selama bulan ramadan.

“Perlu diperhatikan, biasanya menjelang Idulfitri, antara Maret-April, pola harga mengalami kenaikan, makanya sering kali tiap awal ramadan kami harus melakukan sejumlah persiapan, terutama melibatkan pihak-pihak penyedia stok komoditas, seperti beras, sayuran, bawang, dan sebagainya,” papar Eko dalam rapat evaluasi itu.

Dalam data inflasi dan andil gabungan dua kota di Provinsi Kalteng tahun 2019-2022, diperlihatkan perbandingan kenaikan harga saat memasuki bulan puasa dan Idulfitri. Data itu menunjukkan bahwa pada bulan puasa tahun 2022, laju inflasi didorong oleh kenaikan harga bensin, tarif angkutan udara, ikan nila, telur ayam ras, kangkung, minyak goreng, kue kering berminyak, dan air kemasan.

“Adapun saat lebaran di tahun yang sama, laju inflasi didorong oleh kenaikan harga ikan nila, ikan patin, ikan gabus, telur ayam ras, minyak goreng, tarif bioskop, kacang panjang, tempe, bawang merah, dan cabai rawit,” sebutnya.

Berkaca dari tahun itu, Eko menyebut bahwa kenaikan harga pangan saat bulan ramadan cenderung berpola. Pola tersebut mirip dari tahun ke tahun. Tidak hanya saat bulan ramadan dan Idulfitri, tetapi tiap menjelang hari besar agama dan hari raya. “Biasanya komoditi yang mengalami kenaikan pun mirip-mirip, tiap tahunnya hampir sama, berkisar pada komoditas yang itu-itu saja,” ucapnya.

Maka dari itu, lanjutnya, sebaiknya pemangku kebijakan melakukan upaya persiapan menghadapi potensi lonjakan kenaikan atas berbagai komoditas yang biasanya naik jelang bulan ramadan dan hari raya.

“Sejak sekarang ada baiknya segenap pemangku kebijakan melakukan persiapan-persiapan,” tuturnya.

Baca Juga :  Tingkatkan Sinergi demi Terwujudnya Pembangunan Desa

Menutup paparan, Eko menyebut dalam upaya melakukan pengendalian inflasi Kalteng ke depannya, diperlukan penjagaan ketersediaan stok dan keterjangkauan harga pangan.

“Perlu diupayakan untuk menjaga keamanan stok dan keterjangkauan harga barang pokok, terutama menjelang bulan ramadan dan Idulfitri, selain itu juga diperlukan kerja sama dengan daerah lain untuk pemenuhan stok kebutuhan bapok,” tandasnya.

Di tempat yang sama, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kalteng Taufik Saleh menambahkan, kebutuhan pokok yang juga berpotensi mengalami kenaikan adalah beras, tarif angkutan udara, bawang merah, dan minyak goreng.

“Komoditas-komoditas tersebut perlu menjadi perhatian, terutama dalam menjaga ketersediaan pasokan dan keterjangkauan harga, mengingat pada bulan ramadan dan perayaan Idulfitri risiko lonjakan permintaan terhadap komoditas tersebut bisa terjadi,” jelasnya.

Taufik memberi sejumlah rekomendasi terkait usulan pengendalian inflasi sebelum memasuki bulan ramadan. Dikatakannya, perlu dilakukan upaya pengendalian inflasi melalui pergerakan struktural ke arah peningkatan pasokan. “Hal itu perlu dilakukan agar dapat menjamin ketersediaan pasokan di tingkat provinsi maupun penguatan kerja sama antardaerah,” tambahnya.

Untuk itu Taufik merekomendasikan usulan pengendalian inflasi dalam dua upaya, yakni upaya jangka pendek dan jangka panjang. Pada upaya jangka pendek, lanjutnya, pemerintah tetap harus terus melakukan operasi pasar dan pasar penyeimbang, khususnya menjelang bulan puasa dan Idulfitri.

Tak hanya itu, subsidi ongkos pada angkutan arus utama mendekati hari raya Idulfitri juga penting dilakukan. Selain itu, paya edukasi kepada masyarakat juga dinilai perlu, seperti sosialisasi belanja bijak dan penguatan diseminasi harga pangan pada pasar tradisional.

“Adapun untuk jangka panjangnya, kita perlu mendukung pendirian sentra klaster padi lokal yang menghasilkan beras karau dengan masa panen yang relatif cepat, perluasan kerja sama antardaerah, pendirian BUMD pangan, dan penggunaan mesin modern untuk mendukung produksi padi,” tandasnya. (dan/*zia/ce/ala)

PALANGKA RAYA-Harga pangan diperkirakan mengalami lonjakan menjelang bulan Ramadan. Hal itu bisa terjadi seiring meningkatnya aktivitas jual beli masyarakat. Kondisi ini sering terjadi menjelang bulan puasa. Meski demikian, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalteng memastikan ketersediaan pangan di Bumi Tambun Bungai relatif aman hingga bulan Ramadan nanti.

Sekretaris Daerah (Sekda) Kalteng H Nuryakin meminta masyarakat tidak khawatir soal ketersediaan pangan. Dalam upaya menghadapi lonjakan permintaan bahan pokok penting jelang bulan puasa, sekda menyebut pihaknya akan terus memantau kondisi pasar.

“Untuk menghadapi ini, kita akan turun mengecek ke distributor, mengecek jalur distribusi, agar dapat memastikan ketersediaan pangan di pasar aman,” kata sekda kepada awak media usai menghadiri rapat evaluasi TPID atas hasil rilis BPS terkait inflasi Kalteng Februari 2023 di Ruang Rapat Bajakah, Lantai II Kantor Gubernur Kalteng, Kamis (2/3).

Tak hanya itu, Nuryakin juga menyebut bahwa pada 8 Maret nanti, pihaknya akan mengundang bupati/wali kota se-Kalteng untuk membentuk kesiapsiagaan menghadapi potensi kenaikan harga menjelang bulan ramadan.

“Pada 8 Maret ini kami akan undang bupati/wali kota se-Kalteng dalam rangka membentuk kesiapsiagaan menghadapi hari besar keagamaan,” bebernya.

Terkait bahan pokok penting yang berpotensi mengalami kenaikan seperti yang dipaparkan oleh BI Kalteng dan BPS Kalteng, Nuryakin menyebut sampai saat ini belum ada perlakukan khusus untuk bahan pokok tertentu karena memang belum ada tanda-tanda kenaikan harga. “Karena belum ada kenaikan, jadi tidak ada perlakuan khusus, karena stok bapok masih aman, masyarakat tidak perlu khawatir,” tandasnya.

Nuryakin menekankan, selain sistem yang perlu diperhatikan, dibutuhkan juga pendekatan dan komitmen untuk keberlangsungan upaya yang tengah diusahakan. “Setop membicarakan data, jika tidak pandai mengelolanya,” tegasnya.

Menurutnya pembahasan terkait data tidak perlu dijadikan buah bibir. “Akan lebih baik jika data tersebut dikaji untuk memperbaiki kekeliruan dan perdebatan yang ada,” tambahnya.

Baca Juga :  Cuaca Buruk Jadi Penyebab Harga Bawang Melonjak

Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalteng Eko Marsono menjelaskan terkait kondisi perekonomian Kalteng saat ini dan kondisi ekonomi yang akan dihadapi menjelang bulan puasa dan Idulfitri di Kalteng. Dijelaskan Eko, sama seperti pola tahun-tahun sebelumnya saat ramadan tiba, komoditas yang mengalami kenaikan harga relatif sama. Berkisar pada kebutuhan pokok masyarakat yang mengalami peningkatan konsumsi selama bulan ramadan.

“Perlu diperhatikan, biasanya menjelang Idulfitri, antara Maret-April, pola harga mengalami kenaikan, makanya sering kali tiap awal ramadan kami harus melakukan sejumlah persiapan, terutama melibatkan pihak-pihak penyedia stok komoditas, seperti beras, sayuran, bawang, dan sebagainya,” papar Eko dalam rapat evaluasi itu.

Dalam data inflasi dan andil gabungan dua kota di Provinsi Kalteng tahun 2019-2022, diperlihatkan perbandingan kenaikan harga saat memasuki bulan puasa dan Idulfitri. Data itu menunjukkan bahwa pada bulan puasa tahun 2022, laju inflasi didorong oleh kenaikan harga bensin, tarif angkutan udara, ikan nila, telur ayam ras, kangkung, minyak goreng, kue kering berminyak, dan air kemasan.

“Adapun saat lebaran di tahun yang sama, laju inflasi didorong oleh kenaikan harga ikan nila, ikan patin, ikan gabus, telur ayam ras, minyak goreng, tarif bioskop, kacang panjang, tempe, bawang merah, dan cabai rawit,” sebutnya.

Berkaca dari tahun itu, Eko menyebut bahwa kenaikan harga pangan saat bulan ramadan cenderung berpola. Pola tersebut mirip dari tahun ke tahun. Tidak hanya saat bulan ramadan dan Idulfitri, tetapi tiap menjelang hari besar agama dan hari raya. “Biasanya komoditi yang mengalami kenaikan pun mirip-mirip, tiap tahunnya hampir sama, berkisar pada komoditas yang itu-itu saja,” ucapnya.

Maka dari itu, lanjutnya, sebaiknya pemangku kebijakan melakukan upaya persiapan menghadapi potensi lonjakan kenaikan atas berbagai komoditas yang biasanya naik jelang bulan ramadan dan hari raya.

“Sejak sekarang ada baiknya segenap pemangku kebijakan melakukan persiapan-persiapan,” tuturnya.

Baca Juga :  Tingkatkan Sinergi demi Terwujudnya Pembangunan Desa

Menutup paparan, Eko menyebut dalam upaya melakukan pengendalian inflasi Kalteng ke depannya, diperlukan penjagaan ketersediaan stok dan keterjangkauan harga pangan.

“Perlu diupayakan untuk menjaga keamanan stok dan keterjangkauan harga barang pokok, terutama menjelang bulan ramadan dan Idulfitri, selain itu juga diperlukan kerja sama dengan daerah lain untuk pemenuhan stok kebutuhan bapok,” tandasnya.

Di tempat yang sama, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kalteng Taufik Saleh menambahkan, kebutuhan pokok yang juga berpotensi mengalami kenaikan adalah beras, tarif angkutan udara, bawang merah, dan minyak goreng.

“Komoditas-komoditas tersebut perlu menjadi perhatian, terutama dalam menjaga ketersediaan pasokan dan keterjangkauan harga, mengingat pada bulan ramadan dan perayaan Idulfitri risiko lonjakan permintaan terhadap komoditas tersebut bisa terjadi,” jelasnya.

Taufik memberi sejumlah rekomendasi terkait usulan pengendalian inflasi sebelum memasuki bulan ramadan. Dikatakannya, perlu dilakukan upaya pengendalian inflasi melalui pergerakan struktural ke arah peningkatan pasokan. “Hal itu perlu dilakukan agar dapat menjamin ketersediaan pasokan di tingkat provinsi maupun penguatan kerja sama antardaerah,” tambahnya.

Untuk itu Taufik merekomendasikan usulan pengendalian inflasi dalam dua upaya, yakni upaya jangka pendek dan jangka panjang. Pada upaya jangka pendek, lanjutnya, pemerintah tetap harus terus melakukan operasi pasar dan pasar penyeimbang, khususnya menjelang bulan puasa dan Idulfitri.

Tak hanya itu, subsidi ongkos pada angkutan arus utama mendekati hari raya Idulfitri juga penting dilakukan. Selain itu, paya edukasi kepada masyarakat juga dinilai perlu, seperti sosialisasi belanja bijak dan penguatan diseminasi harga pangan pada pasar tradisional.

“Adapun untuk jangka panjangnya, kita perlu mendukung pendirian sentra klaster padi lokal yang menghasilkan beras karau dengan masa panen yang relatif cepat, perluasan kerja sama antardaerah, pendirian BUMD pangan, dan penggunaan mesin modern untuk mendukung produksi padi,” tandasnya. (dan/*zia/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/