Minggu, Mei 19, 2024
24.3 C
Palangkaraya

13 Hari Mengikuti Perjalanan Rohani Bersama PT Flo Go (4)

Tapak Tilas Tempat Kelahiran, Makam, dan Kapel Kenaikan Yesus

Setelah menapaki jejak tempat tinggal bayi Yesus, Yusuf, Musa, dan Markus di Mesir, perjalanan rohani kami bersama Flo Go dilanjutkan ke Israel. Dimulai dari tempat Yesus naik ke surga hingga tempat Yesus dilahirkan, dikuburkan, dan bangkit. Ada pula tempat-tempat lain yang dikunjungi untuk lebih menguatkan iman kami sebagai pengikut Yesus. 

AZUBA, Yerusalem

HARI ketujuh, Sabtu (24/9) sekira pukul 06.00 pagi waktu Israel, rombongan perjalanan rohani PT Flo Go sudah duduk menikmati sarapan pagi di St Joseph Hotel. Sejam berselang, rombongan diajak menumpangi kembali bus untuk perjalanan selanjutnya.

Jalan beraspal yang kami lewati begitu mulus. Sepanjang penjalanan, sejauh mata memandang, di kiri kanan terlihat banyak pohon dan bunga bermekaran. Panoramanya jauh berbeda dengan Mesir yang merupakan wilayah gurun pasir dan tidak pernah turun hujan.

BERSATU DALAM DOA: Natalin, owner Flo Go bersama peserta perjalanan rohani ketika mendoakan salah satu peserta di Kapel Kenaikan Yesus, Yerusalem, Sabtu (24/9).FOTO: FLO GO UNTUK KALTENG POS

Tujuan pertama perjalanan rohani kami hari itu adalah Bukit Zaitun di Kota Yerusalem. Sebelum sampai ke Kapel Kenaikan Yesus, dari bukit ini peserta bisa melihat dengan jelas Dome of The Rock. Gedung pencakar langit persegi delapan dengan helm emasnya itu begitu memukau. Di sana semua peserta bebas berswafoto.

Kurang lebih 20 menit, rombongan kembali ke bus, diantar menuju tempat yang paling tinggi di Bukit Zaitun, yakni Chapel of Ascension atau Kapel/Gereja Kenaikan Yesus ke Surga menurut demonasi Katolik. Di dalam kapel ini ada jejak telapak kaki Yesus. Bisa dipegang dan dilihat.

Di sini, peserta mendapat kesempatan untuk memanjatkan doa pribadi, dipimpin Abuna Thomas dan Abuni Yerry. Owner Flo Go, Natalin juga turut mendoakan peserta perjalanan rohani. Namun di kapel ini kami tidak bisa berlama-lama, karena ada rombongan lain yang sudah mengantre.

Beranjak dari kapel itu, hanya dengan berjalan kaki, kami mengunjungi Kapel Doa Bapa Kami. Di dinding bagian dalam terpajang tulisan doa Bapa Kami dalam berbagai Bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Bahkan ada yang ditulis dengan bahasa Palembang dan lainnya. Di tempat ini, semua peserta rombongan sama-sama mengucapkan doa Bapa Kami.

“Di sinilah tempat murid-murid bertanya kepada Yesus, jika kita mau berdoa bagaimana caranya, lalu Yesus menjawab; kalau mau berdoa, berdoalah seperti ini, lalu Ia mengajarkan kepada murid-murid-Nya doa Bapa Kami (Lukas 11:2-4),” kata Elias, tour guide rombongan Flo Go selama di Israel, dengan menggunakan bahasa Indonesia.

Masih dibimbing tour guide asal Israel ini, perjalanan kami dilanjutkan dengan berjalan kaki menuruni lereng Bukit Zaitun. Tujuan kami adalah berziarah ke makam nabi-nabi. Jumlahnya 50 makam. Di antaranya ada makam Nabi Zakharia, Hagai, dan Maleakhi.

Untuk bisa memasuki tempat bernama Tombs of The Prophets – 50.T ini, pihak Flo Go harus berusaha keras dengan membayar lebih tinggi. Lagi-lagi, hanya rombongan Flo Go yang bisa masuk. Kami sebagai peserta tidak perlu merogoh kocek, karena ditanggung sepenuhnya oleh pihak Flo Go.

Makam 50 nabi ini berada di dalam bangunan berbentuk seperti gua. Untuk masuk ke dalamnya, harus menuruni sejumlah anak tangga. Juga mesti membawa lilin atau senter, karena di dalamnya sangat gelap. Namun tak perlu khawatir. Lilin disediakan oleh pihak pengelola makam.

Baca Juga :  Berdakwah Sejak Zaman Kerajaan Kutaringin

“Menurut kepercayaan orang Yahudi, harus dikuburkan di luar kota, jadi harus ada tempat khusus, dan tempatnya ada di lereng Bukit Zaitun, sebelah Bait Suci, itu sebabnya saat kita turun ada banyak kuburan, dalam kepercayaan Yahudi, pada akhir zaman akan bangkit lebih dahulu mereka yang dikuburkan di sini,” tuturnya.

Selama lima menit berkeliling di tempat ini, tidak sedikit pun saya mencium aroma amis. Uniknya lagi, tidak terasa panas, padahal kami berada dalam gua. Justru terasa sejuk. Mungkin karena terlindung dari matahari.

Setelah puas melihat makam nabi-nabi, rombongan bergerak menuju Taman Getsemani. Sebelum sampai, di perjalanan Elias menunjuk makam-makan orang Yahudi yang ada di bawah tempat kami berdiri. Kuburan ini berada di luar kota tua Yerusalem yang dibatasi tembok. Dari tempat itu, terlihat dekat sekali dengan Bait Suci yang telah terbelah dua atau Dome of The Rock.

“Menurut Alkitab, pada akhir zaman Mesias akan datang dari bagian timur (Matius 24:27), jadi dari arah Bukit Zaitun, lalu masuk ke Yerusalem melalui gerbang emas, sekarang tutup, dan akan dibuka ketika Mesias datang untuk membangkitkan orang yang sudah mati, jika percaya kepada Mesias. Itu sebabnya ada banyak yang dikuburkan di sini. Untuk dikuburkan di sini sangat mahal biayanya, 450 ribu dollar,” bebernya.

Menurut Elias, momen Yesus naik keledai yang tertulis dalam Alkitab adalah tempat di mana kami berdiri memandangi Dome of The Rock saat itu. Di tempat itu pula Yesus menangisi Kota Yerusalem (Lukas 19:28-45).

Perjalanan kami siang itu dilanjutkan ke Taman Getsemani. Di taman ini tumbuh subur beberapa pohon zaitun. Satu dari antara pohon-pohon itu sudah hidup sejak zaman Yesus. Pohon itu dibatasi dengan pembatas yang terlihat seperti kawat. Di sebelah taman berdiri kokoh Gereja Segala Bangsa. Ketika memasuki gereja, terlihat ada batu tempat Yesus berdoa sebelum ditangkap (Lukas 22:39-46). Dengan khusyuknya rombongan pun berdoa sembari memegang batu berukuran cukup besar itu.

Perjalanan dilanjutkan ke tempat Yesus dihadapkan kepada Kayafas, Imam Besar, dan ahli-ahli Taurat. Di tempat ini pakaian Yesus dikoyakkan, lalu dipukul dan diludahi. Di tempat ini pula tiga kali Petrus menyangkal Yesus (Matius 26: 47-75). Kini telah menjadi Gereja St Peter Galicantu atau Gereja Ayam Berkokok.

Di tempat ini pula Yesus dipenjara sebelum dipertemukan dengan Pilatus keesokan hari. Kami bisa melihat dengan jelas penjara itu. Di depan tempat duduk jemaat untuk beribadah saat itu, ada lubang seperti sumur yang dipagari kaca. Kami bisa melihat ke bawah lubang ini. Menurut Elias, saat itu Yesus diturunkan ke dalam penjara tersebut dengan kedua bahu terikat tali. Diturunkan sampai paling dasar.

Beruntung kami mendapat kesempatan turun ke penjara paling bawah, tempat Yesus dipenjara. Di situ kami berdoa secara pribadi dan menaikkan pujian kepada Tuhan. Bangunannya berbatu. Tidak ada jendela. Tidak ada ventilasi. Bisa dibayangkan bagaimana kesendirian Yesus kala itu, sembari menunggu waktu diadili.

Baca Juga :  Penuh Sukacita saat Tapak Tilas Jalan Salib

“Ada yang bertanya, bagian mana yang paling sakit ketika Yesus disalib, ada berbagai jawaban, tapi sekarang kita percaya mungkin bahu-Nya, karena saat diturunkan, lalu dinaikkan lagi esok harinya untuk dipertemukan dengan Pilatus, bahu-Nya sudah sakit, setelah itu Ia harus memikul salib menggunakan bahu-Nya sampai ke puncak Golgota,” tutur Elias, lelaki berusia 35 tahun itu.

Selanjutnya peserta diajak ke Garden Tomb, berlokasi di Nablous Road, Yerusalem. Tempat ini merupakan lokasi makam dan penyaliban Yesus di Bukit Golgota, versi umat Kristen Protestan. Sayangnya, saat itu kami tidak bisa mendekat. Hanya bisa melihat dari kejauhan sembari mendengarkan penjelasan dari guide Garden Tomb.

Setelah dibekali pengetahuan tentang Bukit Golgota, rombongan diajak mengunjungi kubur Yesus. Letaknya tak jauh dari Bukit Golgota (Yoh 19:28-42). Karena area kuburan tidak terlalu luas, harus bergantian untuk masuk. Hanya bisa 7 orang sekali masuk.

Tempat Yesus dimakamkan saat itu bentuknya bukan gua alami, tapi lebih mirip bebatuan yang dipotong dan dipahat untuk kuburan. Pada masa itu, yang memiliki kuburan dan taman anggur hanyalah orang kaya. Diyakini kuburan tersebut milik Yusuf dari Arimatea. Di sekitar lokasi itu ada tempat pemerasan anggur zaman kuno. Letaknya di sebelah kiri.

Sejak 1867, kata Yani, guide dari Garden Tomb, banyak pemikiran yang menyampaikan bahwa tempat itu adalah kebun anggur milik Yusuf dari Arimatea. Begitu pun dengan makam yang dipakai untuk menguburkan Yesus. Kemudian, lanjut guide yang lahir di Indonesia ini, bentuk original pintu masuk makam ini hanya separuh dari yang ada saat ini, yang telah ditinggikan oleh serdadu perang salib.

Di bagian atas pintu masuk kubur ini tertulis; “He is Not Here for He is Risen”. Setelah kami masuk, ternyata di dalamnya ada besi pembatas. Mungkin sengaja dibuat agar pengunjung tidak menginjak tempat mayat Yesus pernah dibaringkan.

Di tempat ini kami juga tidak bisa berlama-lama. Ada banyak pengunjung yang sudah antre. Di Garden Tom ini dibolehkan untuk menjalankan ibadah dan perjamuan kudus. Ada tempat yang disediakan oleh pengelola Garden Tom.

Perjalanan kami hari itu tak sampai di situ. Masih dilanjutkan ke Gloria in Excelsis Deo, Betlehem. Kami berkesempatan memasuki Kapel Padang Gembala, tempat malaikat Tuhan menyampaikan kabar bahagia kepada para pengembala tentang kelahiran bayi Yesus di Kota Daud (Lukas 2:1-20). Dalam gereja ini kami menyanyikan lagu pujian berjudul “Hai Mari Berhimpun”. Selanjutnya rombongan diantar menuju Gereja Nativity, tempat kelahiran Yesus. Gereja yang dibangun abad IV ini dibangun di atas tempat Yesus dilahirkan. Dengan melihat lantai gereja ini, pengunjung bisa melihat mozaik abad keempat, gereja pertama yang dibangun. Sementara bangunan yang kami lihat saat itu sudah dipugar.  (bersambung/ala)

 

 

 

Setelah menapaki jejak tempat tinggal bayi Yesus, Yusuf, Musa, dan Markus di Mesir, perjalanan rohani kami bersama Flo Go dilanjutkan ke Israel. Dimulai dari tempat Yesus naik ke surga hingga tempat Yesus dilahirkan, dikuburkan, dan bangkit. Ada pula tempat-tempat lain yang dikunjungi untuk lebih menguatkan iman kami sebagai pengikut Yesus. 

AZUBA, Yerusalem

HARI ketujuh, Sabtu (24/9) sekira pukul 06.00 pagi waktu Israel, rombongan perjalanan rohani PT Flo Go sudah duduk menikmati sarapan pagi di St Joseph Hotel. Sejam berselang, rombongan diajak menumpangi kembali bus untuk perjalanan selanjutnya.

Jalan beraspal yang kami lewati begitu mulus. Sepanjang penjalanan, sejauh mata memandang, di kiri kanan terlihat banyak pohon dan bunga bermekaran. Panoramanya jauh berbeda dengan Mesir yang merupakan wilayah gurun pasir dan tidak pernah turun hujan.

BERSATU DALAM DOA: Natalin, owner Flo Go bersama peserta perjalanan rohani ketika mendoakan salah satu peserta di Kapel Kenaikan Yesus, Yerusalem, Sabtu (24/9).FOTO: FLO GO UNTUK KALTENG POS

Tujuan pertama perjalanan rohani kami hari itu adalah Bukit Zaitun di Kota Yerusalem. Sebelum sampai ke Kapel Kenaikan Yesus, dari bukit ini peserta bisa melihat dengan jelas Dome of The Rock. Gedung pencakar langit persegi delapan dengan helm emasnya itu begitu memukau. Di sana semua peserta bebas berswafoto.

Kurang lebih 20 menit, rombongan kembali ke bus, diantar menuju tempat yang paling tinggi di Bukit Zaitun, yakni Chapel of Ascension atau Kapel/Gereja Kenaikan Yesus ke Surga menurut demonasi Katolik. Di dalam kapel ini ada jejak telapak kaki Yesus. Bisa dipegang dan dilihat.

Di sini, peserta mendapat kesempatan untuk memanjatkan doa pribadi, dipimpin Abuna Thomas dan Abuni Yerry. Owner Flo Go, Natalin juga turut mendoakan peserta perjalanan rohani. Namun di kapel ini kami tidak bisa berlama-lama, karena ada rombongan lain yang sudah mengantre.

Beranjak dari kapel itu, hanya dengan berjalan kaki, kami mengunjungi Kapel Doa Bapa Kami. Di dinding bagian dalam terpajang tulisan doa Bapa Kami dalam berbagai Bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Bahkan ada yang ditulis dengan bahasa Palembang dan lainnya. Di tempat ini, semua peserta rombongan sama-sama mengucapkan doa Bapa Kami.

“Di sinilah tempat murid-murid bertanya kepada Yesus, jika kita mau berdoa bagaimana caranya, lalu Yesus menjawab; kalau mau berdoa, berdoalah seperti ini, lalu Ia mengajarkan kepada murid-murid-Nya doa Bapa Kami (Lukas 11:2-4),” kata Elias, tour guide rombongan Flo Go selama di Israel, dengan menggunakan bahasa Indonesia.

Masih dibimbing tour guide asal Israel ini, perjalanan kami dilanjutkan dengan berjalan kaki menuruni lereng Bukit Zaitun. Tujuan kami adalah berziarah ke makam nabi-nabi. Jumlahnya 50 makam. Di antaranya ada makam Nabi Zakharia, Hagai, dan Maleakhi.

Untuk bisa memasuki tempat bernama Tombs of The Prophets – 50.T ini, pihak Flo Go harus berusaha keras dengan membayar lebih tinggi. Lagi-lagi, hanya rombongan Flo Go yang bisa masuk. Kami sebagai peserta tidak perlu merogoh kocek, karena ditanggung sepenuhnya oleh pihak Flo Go.

Makam 50 nabi ini berada di dalam bangunan berbentuk seperti gua. Untuk masuk ke dalamnya, harus menuruni sejumlah anak tangga. Juga mesti membawa lilin atau senter, karena di dalamnya sangat gelap. Namun tak perlu khawatir. Lilin disediakan oleh pihak pengelola makam.

Baca Juga :  Berdakwah Sejak Zaman Kerajaan Kutaringin

“Menurut kepercayaan orang Yahudi, harus dikuburkan di luar kota, jadi harus ada tempat khusus, dan tempatnya ada di lereng Bukit Zaitun, sebelah Bait Suci, itu sebabnya saat kita turun ada banyak kuburan, dalam kepercayaan Yahudi, pada akhir zaman akan bangkit lebih dahulu mereka yang dikuburkan di sini,” tuturnya.

Selama lima menit berkeliling di tempat ini, tidak sedikit pun saya mencium aroma amis. Uniknya lagi, tidak terasa panas, padahal kami berada dalam gua. Justru terasa sejuk. Mungkin karena terlindung dari matahari.

Setelah puas melihat makam nabi-nabi, rombongan bergerak menuju Taman Getsemani. Sebelum sampai, di perjalanan Elias menunjuk makam-makan orang Yahudi yang ada di bawah tempat kami berdiri. Kuburan ini berada di luar kota tua Yerusalem yang dibatasi tembok. Dari tempat itu, terlihat dekat sekali dengan Bait Suci yang telah terbelah dua atau Dome of The Rock.

“Menurut Alkitab, pada akhir zaman Mesias akan datang dari bagian timur (Matius 24:27), jadi dari arah Bukit Zaitun, lalu masuk ke Yerusalem melalui gerbang emas, sekarang tutup, dan akan dibuka ketika Mesias datang untuk membangkitkan orang yang sudah mati, jika percaya kepada Mesias. Itu sebabnya ada banyak yang dikuburkan di sini. Untuk dikuburkan di sini sangat mahal biayanya, 450 ribu dollar,” bebernya.

Menurut Elias, momen Yesus naik keledai yang tertulis dalam Alkitab adalah tempat di mana kami berdiri memandangi Dome of The Rock saat itu. Di tempat itu pula Yesus menangisi Kota Yerusalem (Lukas 19:28-45).

Perjalanan kami siang itu dilanjutkan ke Taman Getsemani. Di taman ini tumbuh subur beberapa pohon zaitun. Satu dari antara pohon-pohon itu sudah hidup sejak zaman Yesus. Pohon itu dibatasi dengan pembatas yang terlihat seperti kawat. Di sebelah taman berdiri kokoh Gereja Segala Bangsa. Ketika memasuki gereja, terlihat ada batu tempat Yesus berdoa sebelum ditangkap (Lukas 22:39-46). Dengan khusyuknya rombongan pun berdoa sembari memegang batu berukuran cukup besar itu.

Perjalanan dilanjutkan ke tempat Yesus dihadapkan kepada Kayafas, Imam Besar, dan ahli-ahli Taurat. Di tempat ini pakaian Yesus dikoyakkan, lalu dipukul dan diludahi. Di tempat ini pula tiga kali Petrus menyangkal Yesus (Matius 26: 47-75). Kini telah menjadi Gereja St Peter Galicantu atau Gereja Ayam Berkokok.

Di tempat ini pula Yesus dipenjara sebelum dipertemukan dengan Pilatus keesokan hari. Kami bisa melihat dengan jelas penjara itu. Di depan tempat duduk jemaat untuk beribadah saat itu, ada lubang seperti sumur yang dipagari kaca. Kami bisa melihat ke bawah lubang ini. Menurut Elias, saat itu Yesus diturunkan ke dalam penjara tersebut dengan kedua bahu terikat tali. Diturunkan sampai paling dasar.

Beruntung kami mendapat kesempatan turun ke penjara paling bawah, tempat Yesus dipenjara. Di situ kami berdoa secara pribadi dan menaikkan pujian kepada Tuhan. Bangunannya berbatu. Tidak ada jendela. Tidak ada ventilasi. Bisa dibayangkan bagaimana kesendirian Yesus kala itu, sembari menunggu waktu diadili.

Baca Juga :  Penuh Sukacita saat Tapak Tilas Jalan Salib

“Ada yang bertanya, bagian mana yang paling sakit ketika Yesus disalib, ada berbagai jawaban, tapi sekarang kita percaya mungkin bahu-Nya, karena saat diturunkan, lalu dinaikkan lagi esok harinya untuk dipertemukan dengan Pilatus, bahu-Nya sudah sakit, setelah itu Ia harus memikul salib menggunakan bahu-Nya sampai ke puncak Golgota,” tutur Elias, lelaki berusia 35 tahun itu.

Selanjutnya peserta diajak ke Garden Tomb, berlokasi di Nablous Road, Yerusalem. Tempat ini merupakan lokasi makam dan penyaliban Yesus di Bukit Golgota, versi umat Kristen Protestan. Sayangnya, saat itu kami tidak bisa mendekat. Hanya bisa melihat dari kejauhan sembari mendengarkan penjelasan dari guide Garden Tomb.

Setelah dibekali pengetahuan tentang Bukit Golgota, rombongan diajak mengunjungi kubur Yesus. Letaknya tak jauh dari Bukit Golgota (Yoh 19:28-42). Karena area kuburan tidak terlalu luas, harus bergantian untuk masuk. Hanya bisa 7 orang sekali masuk.

Tempat Yesus dimakamkan saat itu bentuknya bukan gua alami, tapi lebih mirip bebatuan yang dipotong dan dipahat untuk kuburan. Pada masa itu, yang memiliki kuburan dan taman anggur hanyalah orang kaya. Diyakini kuburan tersebut milik Yusuf dari Arimatea. Di sekitar lokasi itu ada tempat pemerasan anggur zaman kuno. Letaknya di sebelah kiri.

Sejak 1867, kata Yani, guide dari Garden Tomb, banyak pemikiran yang menyampaikan bahwa tempat itu adalah kebun anggur milik Yusuf dari Arimatea. Begitu pun dengan makam yang dipakai untuk menguburkan Yesus. Kemudian, lanjut guide yang lahir di Indonesia ini, bentuk original pintu masuk makam ini hanya separuh dari yang ada saat ini, yang telah ditinggikan oleh serdadu perang salib.

Di bagian atas pintu masuk kubur ini tertulis; “He is Not Here for He is Risen”. Setelah kami masuk, ternyata di dalamnya ada besi pembatas. Mungkin sengaja dibuat agar pengunjung tidak menginjak tempat mayat Yesus pernah dibaringkan.

Di tempat ini kami juga tidak bisa berlama-lama. Ada banyak pengunjung yang sudah antre. Di Garden Tom ini dibolehkan untuk menjalankan ibadah dan perjamuan kudus. Ada tempat yang disediakan oleh pengelola Garden Tom.

Perjalanan kami hari itu tak sampai di situ. Masih dilanjutkan ke Gloria in Excelsis Deo, Betlehem. Kami berkesempatan memasuki Kapel Padang Gembala, tempat malaikat Tuhan menyampaikan kabar bahagia kepada para pengembala tentang kelahiran bayi Yesus di Kota Daud (Lukas 2:1-20). Dalam gereja ini kami menyanyikan lagu pujian berjudul “Hai Mari Berhimpun”. Selanjutnya rombongan diantar menuju Gereja Nativity, tempat kelahiran Yesus. Gereja yang dibangun abad IV ini dibangun di atas tempat Yesus dilahirkan. Dengan melihat lantai gereja ini, pengunjung bisa melihat mozaik abad keempat, gereja pertama yang dibangun. Sementara bangunan yang kami lihat saat itu sudah dipugar.  (bersambung/ala)

 

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/