Senin, April 29, 2024
25.3 C
Palangkaraya

Kalteng Masuk Peralihan Musim, Kapuas-Pulpis Lebih Awal Kemarau

PALANGKA RAYA-Kalteng telah memasuki peralihan cuaca dari musim penghujan ke musim kemarau. Intensitas curah hujan yang tinggi diperkirakan masih akan terjadi hingga satu bulan ke depan dan perlahan tiap harinya makin berkurang. Sejak Juni dasarian (10 harian) kedua, sejumlah daerah di Kalteng diperkirakan akan terlebih dahulu memasuki musim kemarau.

Prakirawan Stasiun Meteorologi Tjilik Riwut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kalteng, Chandra mengatakan, untuk saat ini wilayah Kalteng secara umum masih berpotensi turun hujan dengan intensitas ringan hingga sedang.

“Pada beberapa daerah juga masih turun hujan dari intensitas sedang hingga lebat, kendati saat ini sudah memasuki masa peralihan cuaca, tapi kondisi ini akan berlangsung kira-kira hingga satu bulan ke depan,” beber Chandra kepada Kalteng Pos, Senin (8/5).

Ia menambahkan, cuaca ekstrem pun akan lebih sering terjadi selama masa pancaroba. Untuk saat ini semua wilayah di Kalteng masih masuk dalam masa peralihan cuaca. Belum ada yang memasuki musim kemarau. Adapun awal musim kemarau di Kalteng akan dimulai pada Juni mendatang, berdasarkan prediksi dari BMKG, persisnya pada Juni dasarian kedua.

Baca Juga :  Ketum KONI Harus Punya Pengalaman

“Awal musim kemarau di Kalteng akan dimulai di wilayah bagian selatan dan tenggara, masing-masing bulan Juni dasarian kedua dan dasarian ketiga, barulah diikuti wilayah tengah dan utara,” bebernya.

Wilayah Kalteng yang diprediksi akan terlebih dahulu memasuki musim kemarau adalah Pulang Pisau dan Kapuas. Diprediksi kedua daerah tersebut akan memasuki musim kemarau pada Juni dasarian ketiga. Pergerakan musim kemarau di wilayah Kalteng akan dimulai dari wilayah selatan dan tenggara.

“Terus Juni dasarian kedua diprediksi terjadi musim kemarau di sebagian wilayah Kotawaringin Barat dan sebagian wilayah Seruyan, sebagian wilayah Sukamara, sebagian wilayah Palangka Raya, Katingan, dan sebagian wilayah Barito Timur yang akan terjadi pada Juni dasarian kedua,” jelasnya.

Chandra menegaskan, selama musim kemarau, tetap ada potensi hujan di wilayah Kalteng meski dengan intensitas yang rendah. Terkait adanya fenomena anomali cuaca el nino yang digadang-gadang akan makin memperparah musim kemarau, Chandra menyebut untuk tahun 2023 semester kedua, di wilayah Kalteng menunjukkan potensi positif.

Baca Juga :  Guru Jaro Luruskan terkait Gelar Syekh Ketua JPQ

“Berdasarkan update 30 April lalu, BMKG bersama institusi pengamat cuaca lainnya di dunia memprediksi terjadinya peluang el nino di semester dua tahun ini, khususnya di wilayah Indonesia, meski itu masih fifty-fifty, tapi potensinya tetap ada,” tuturnya.

Mengenai potensi bencana saat musim kemarau, Chandra menggarisbawahi potensi bencana kekeringan di beberapa wilayah hingga bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Oleh karena itu diperlukan adanya antisipasi dini bersama masyarakat dan pemerintah terhadap hal-hal yang tidak diinginkan selama musim kemarau.

“Kalau untuk musim kemarau ya, memang di Kalteng ini ada potensi bencana kebakaran hutan dan lahan, bencana kekeringan di beberapa wilayah yang bisa menyebabkan kerugian bagi nelayan sungai, serta kerugian panen para petani,” tandasnya seraya menyebut masyarakat, khususnya petani dan nelayan harus siap menghadapi potensi-potensi bencana tersebut. (dan/ce/ala)

PALANGKA RAYA-Kalteng telah memasuki peralihan cuaca dari musim penghujan ke musim kemarau. Intensitas curah hujan yang tinggi diperkirakan masih akan terjadi hingga satu bulan ke depan dan perlahan tiap harinya makin berkurang. Sejak Juni dasarian (10 harian) kedua, sejumlah daerah di Kalteng diperkirakan akan terlebih dahulu memasuki musim kemarau.

Prakirawan Stasiun Meteorologi Tjilik Riwut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kalteng, Chandra mengatakan, untuk saat ini wilayah Kalteng secara umum masih berpotensi turun hujan dengan intensitas ringan hingga sedang.

“Pada beberapa daerah juga masih turun hujan dari intensitas sedang hingga lebat, kendati saat ini sudah memasuki masa peralihan cuaca, tapi kondisi ini akan berlangsung kira-kira hingga satu bulan ke depan,” beber Chandra kepada Kalteng Pos, Senin (8/5).

Ia menambahkan, cuaca ekstrem pun akan lebih sering terjadi selama masa pancaroba. Untuk saat ini semua wilayah di Kalteng masih masuk dalam masa peralihan cuaca. Belum ada yang memasuki musim kemarau. Adapun awal musim kemarau di Kalteng akan dimulai pada Juni mendatang, berdasarkan prediksi dari BMKG, persisnya pada Juni dasarian kedua.

Baca Juga :  Ketum KONI Harus Punya Pengalaman

“Awal musim kemarau di Kalteng akan dimulai di wilayah bagian selatan dan tenggara, masing-masing bulan Juni dasarian kedua dan dasarian ketiga, barulah diikuti wilayah tengah dan utara,” bebernya.

Wilayah Kalteng yang diprediksi akan terlebih dahulu memasuki musim kemarau adalah Pulang Pisau dan Kapuas. Diprediksi kedua daerah tersebut akan memasuki musim kemarau pada Juni dasarian ketiga. Pergerakan musim kemarau di wilayah Kalteng akan dimulai dari wilayah selatan dan tenggara.

“Terus Juni dasarian kedua diprediksi terjadi musim kemarau di sebagian wilayah Kotawaringin Barat dan sebagian wilayah Seruyan, sebagian wilayah Sukamara, sebagian wilayah Palangka Raya, Katingan, dan sebagian wilayah Barito Timur yang akan terjadi pada Juni dasarian kedua,” jelasnya.

Chandra menegaskan, selama musim kemarau, tetap ada potensi hujan di wilayah Kalteng meski dengan intensitas yang rendah. Terkait adanya fenomena anomali cuaca el nino yang digadang-gadang akan makin memperparah musim kemarau, Chandra menyebut untuk tahun 2023 semester kedua, di wilayah Kalteng menunjukkan potensi positif.

Baca Juga :  Guru Jaro Luruskan terkait Gelar Syekh Ketua JPQ

“Berdasarkan update 30 April lalu, BMKG bersama institusi pengamat cuaca lainnya di dunia memprediksi terjadinya peluang el nino di semester dua tahun ini, khususnya di wilayah Indonesia, meski itu masih fifty-fifty, tapi potensinya tetap ada,” tuturnya.

Mengenai potensi bencana saat musim kemarau, Chandra menggarisbawahi potensi bencana kekeringan di beberapa wilayah hingga bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Oleh karena itu diperlukan adanya antisipasi dini bersama masyarakat dan pemerintah terhadap hal-hal yang tidak diinginkan selama musim kemarau.

“Kalau untuk musim kemarau ya, memang di Kalteng ini ada potensi bencana kebakaran hutan dan lahan, bencana kekeringan di beberapa wilayah yang bisa menyebabkan kerugian bagi nelayan sungai, serta kerugian panen para petani,” tandasnya seraya menyebut masyarakat, khususnya petani dan nelayan harus siap menghadapi potensi-potensi bencana tersebut. (dan/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/