Jumat, April 26, 2024
27.4 C
Palangkaraya

Mengenalkan Generasi Muda soal Permakultur dan Ekowisata

PALANGKA RAYA– Sepetak tanah begitu asri. Berbagai macam tumbuhan tampak subur. Beberapa waktu lalu, segerombolan pemuda-pemudi dari Desa Tahawa dan Desa Parahangan menginjakkan kakinya di Tangkiling. Tepatnya di tempat atau kebun konsep permakultur yang ada di Tangkiling. Mereka melihat sistem ekowisata yang kelak akan diterapkan di desanya.

Selain di lokasi itu, kawula muda yang tergabung dalam kelompok sadar wisata itu juga meninjau lokasi wisata Kahui, yang begitu dikenal dengan susur sungai dan keindahan alam.

Koordinator Programer Permakultur Kalimantan Aliman menyampaikan, luas tanah yang dimaksimalkan untuk mendukung kebutuhan pangan seluas 30×50 meter persegi. Berbagai tumbuhan mulai dari kaliandra, gamal, dan pohon-pohon yang memperbaiki unsur nitrogen di dalam tanah. Daun-daun yang gugur dimaksimalkan untuk dibuat pupuk. Tanaman dan tumbuhan dimaksimalkan untuk kebutuhan pangan.

Baca Juga :  Transaksi Narkoba, Arbani Dibekuk di Kandang Ayam

Di lokasi ini, juga tersedia peternakan sapi, itik, dan membudidayakan ternak cacing untuk mengolah pupuk. Semaksimal mungkin tidak ada sampah.

“Kami kenalkan ke generasi muda terkait permakultur. Agar bisa diterapkan di desanya agar bisa menunjang ekowisata,”katanya.

Permakultur sendiri adalah pertanian dengan tatanan kehidupan yang lestari, terus menerus, dan permanen. Maka dari itu, permakultur memegang erat prinsip keseimbangan dan berkelanjutan.

Prinsip utamanya adalah bertanggung jawab akan eksistensi manusia, termasuk menjaga keberlangsungan satwa, dan makhluk hidup lainnya.

Sementara, Ketua Pokdarwis Desa Parahangan Ahmad Junaidi mengaku senang bisa melihat nuansa asri yang ada di Tangkiling ini. Terutama kebun permakultur yang sangat-sangat menunjang kebutuhan pangan yang dijual melalui Kedai Itah. Begitu juga lokasi wisata Kahui, yang begitu menarik dan ternyata bisa memberikan kontribusi dalam hal pendapatan asli daerah.“Nanti kami akan terapkan untuk ekowisata di Desa Parahangan,”ucapnya.

Baca Juga :  Tempat Baru, Sulit Adaptasi? Lakukan Hal Ini!

Di tempat yang sama, Koordinator Community Development Borneo Nature Fondation (BNF) Indonesia Yuliana Nona menyampaikan, kunjungan pemuda-pemudi dari Desa Parahangan dan Desa tahawa ini untuk memberikan gambaran pertanian berkelanjutan dan mengelola ekowisata yang ramah lingkungan. Melestarikan tanaman lokal, rempah-rempah,  biji-bijian, obat dan sayuran.

“Karena, melestarikan alam dan menjaga lingkungan bisa menjaga pangan lokal. Jika enggak melestarikan alam, semua itu bisa punah. Apalagi terjadi perubahan iklim,”ungkapnya seraya BNF berharap kawula muda tetap di desa mengembangkan potensi karena masa depan ada di desa. (ram)

PALANGKA RAYA– Sepetak tanah begitu asri. Berbagai macam tumbuhan tampak subur. Beberapa waktu lalu, segerombolan pemuda-pemudi dari Desa Tahawa dan Desa Parahangan menginjakkan kakinya di Tangkiling. Tepatnya di tempat atau kebun konsep permakultur yang ada di Tangkiling. Mereka melihat sistem ekowisata yang kelak akan diterapkan di desanya.

Selain di lokasi itu, kawula muda yang tergabung dalam kelompok sadar wisata itu juga meninjau lokasi wisata Kahui, yang begitu dikenal dengan susur sungai dan keindahan alam.

Koordinator Programer Permakultur Kalimantan Aliman menyampaikan, luas tanah yang dimaksimalkan untuk mendukung kebutuhan pangan seluas 30×50 meter persegi. Berbagai tumbuhan mulai dari kaliandra, gamal, dan pohon-pohon yang memperbaiki unsur nitrogen di dalam tanah. Daun-daun yang gugur dimaksimalkan untuk dibuat pupuk. Tanaman dan tumbuhan dimaksimalkan untuk kebutuhan pangan.

Baca Juga :  Transaksi Narkoba, Arbani Dibekuk di Kandang Ayam

Di lokasi ini, juga tersedia peternakan sapi, itik, dan membudidayakan ternak cacing untuk mengolah pupuk. Semaksimal mungkin tidak ada sampah.

“Kami kenalkan ke generasi muda terkait permakultur. Agar bisa diterapkan di desanya agar bisa menunjang ekowisata,”katanya.

Permakultur sendiri adalah pertanian dengan tatanan kehidupan yang lestari, terus menerus, dan permanen. Maka dari itu, permakultur memegang erat prinsip keseimbangan dan berkelanjutan.

Prinsip utamanya adalah bertanggung jawab akan eksistensi manusia, termasuk menjaga keberlangsungan satwa, dan makhluk hidup lainnya.

Sementara, Ketua Pokdarwis Desa Parahangan Ahmad Junaidi mengaku senang bisa melihat nuansa asri yang ada di Tangkiling ini. Terutama kebun permakultur yang sangat-sangat menunjang kebutuhan pangan yang dijual melalui Kedai Itah. Begitu juga lokasi wisata Kahui, yang begitu menarik dan ternyata bisa memberikan kontribusi dalam hal pendapatan asli daerah.“Nanti kami akan terapkan untuk ekowisata di Desa Parahangan,”ucapnya.

Baca Juga :  Tempat Baru, Sulit Adaptasi? Lakukan Hal Ini!

Di tempat yang sama, Koordinator Community Development Borneo Nature Fondation (BNF) Indonesia Yuliana Nona menyampaikan, kunjungan pemuda-pemudi dari Desa Parahangan dan Desa tahawa ini untuk memberikan gambaran pertanian berkelanjutan dan mengelola ekowisata yang ramah lingkungan. Melestarikan tanaman lokal, rempah-rempah,  biji-bijian, obat dan sayuran.

“Karena, melestarikan alam dan menjaga lingkungan bisa menjaga pangan lokal. Jika enggak melestarikan alam, semua itu bisa punah. Apalagi terjadi perubahan iklim,”ungkapnya seraya BNF berharap kawula muda tetap di desa mengembangkan potensi karena masa depan ada di desa. (ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/