Kamis, Mei 2, 2024
24.1 C
Palangkaraya

Kisah Nisa Mutmainnah, Penghafal 30 Juz Al-Qur’an yang Penuh Inpirasi (5)

Lahir dari Keluarga Sederhana, Ingin Jadi Guru Ngaji di Kampung

Berkat dorongan dan dukungan orang tua, Nisa Mutmainnah (18) kini telah menjadi penghafal 30 juz Al-Qur’an. Gadis asal Kabupaten Gunung Mas (Gumas) itu berhasil menghafal 30 juz Al-Qur’an saat menimba ilmu di Pondok Pesantren Hidayatul Insan Fii Ta’limiddin Palangka Raya.

 

NOVIA NADYA CLAUDIA, Palangka Raya

 

NISA, begitulah dia biasa disapa, merupakan perempuan yang lahir di Kecamatan Kurun, Kabupaten Gunung Mas (Gumas), 9 September 2005 lalu. Ia mulai belajar menghafal Al-Qur’an sejak masih duduk di bangku sekolah dasar (SD). Awalnya menghafal surah-surah pendek, karena di tempatnya mengaji tidak ada program hafiz.

“Ketika SD, orang tua minta saya untuk memperdalam Al-Qur’an. Tetapi di tempat saya mengaji tidak ada program hafiz. Jadi orang tua minta saya hafal dahulu surah-surah yang pendek dahulu,” ucapnya saat dihubungi Kalteng Pos, Jumat (8/3).

Kemudian, gadis yang memiliki suara lembut dan santun itu memantapkan niat hatinya untuk mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Hidayatul Insan Fii Ta’limiddin Palangka Raya. Niat belajarnya didukung penuh oleh sang ayah yang berprofesi sebagai satpam rumah sakit di Gumas dan sang ibu yang bekerja sebagai pasukan kuning di Gumas. Dikatakan Nisa, ayah dan ibunya sering meyakinkan dirinya, bahwa dengan menghafal Al-Qur’an akan mendapatkan kemudahan.

“Kalau di pondok tempat saya belajar, kegiatan pembelajaran fokus untuk menghafal Al-Qur’an. Kesulitan jelas ada, seperti sulit ketika masuk ke hafalan dan lainnya,” tambahnya.

Baca Juga :  Ajang Mencetak Generasi Qur’ani Berprestasi

Anak pertama dari dua bersaudara ini pertama kali masuk ke Pondok Pesantren saat pandemi Covid-19, tepatnya tahun 2020 lalu. Banyak kekhawatiran yang dirasakan kala itu. Terutama memikirkan keluarga, karena untuk sementara waktu harus berjauhan selama dirinya menuntut ilmu. Rasa takut, cemas, sedih, dan rindu bercampur aduk, seiring kekhawatiran soal berbagai kemungkinan yang bisa saja terjadi.

Tak ingin larut dalam kesedihan dan rasa cemas, Nisa menguatkan semangat untuk memperdalam Al-Qur’an. Motivasi terbesarnya saat itu ialah, jika kedua orang tuanya sudah tiada, siapa lagi yang memotivasinya untuk menekuni hafalan Al-Qur’an.

“Bagi saya, orang tua adalah segalanya. Kalau tidak ada orang tua dan dukungan dari mereka, mungkin saya tidak ada bisa seperti ini. Meskipun saya lahir dan tumbuh di keluarga sederhana, tetapi merekalah yang selalu memberikan semangat, motivasi, saran, dan doa ketika saya sedang dalam masalah. Saya sangat dekat dengan orang tua,” ungkapnya.

Seiring berjalannya waktu, Nisa makin serius memperdalam ilmu dan hafalan. Ia pernah mengikuti beberapa perlombaan, seperti MTQ Kabupaten Kotawaringin Timur tahun 2022 pada cabang tahfiz 20 juz dan meraih juara 3, kemudian mengikuti PTQ LPP RRI tahun 2023 cabang 15 juz dan meraih juara 3, serta mengikuti lomba tingkat provinsi mewakili Kota Palangka Raya pada MTQH XXXI cabang 20 juz dan berhasil meraih juara 3.

Baca Juga :  Sore ini 300 Hafiz Khatamkan Alquran

Sejak awal mulai menghafal, Nisa membutuhkan waktu kurang lebih 3 tahun. Ia menyadari bahwa kemampuan tiap orang berbeda-beda. Namun, untuk bisa menjadi hafiz Al-Qur’an, ia harus memahami terlebih dahulu arti dari tiap ayat. Sebab, ayat-ayat yang ada dalam Al-Qur’an saling berhubungan. Karena itu, dengan caranya sendiri ia mencoba merangkai kata-kata.

Memiliki orang tua yang sangat berperan dalam perjalanan hidup, tentu menjadi anugerah luar biasa bagi Nisa. Orang tuanya patut berbangga, karena sang buah hati telah menjadi hafiz Al-Qur’an. Penghafal Al-Qur’an akan dijaga, seperti dia menjaga Al-Qur’an. Dan pada hari kiamat nanti, bisa memberikan syafaat bagi keluarganya.

Kini Nisa mengabdi dan mendedikasikan dirinya di pondok pesantren tempatnya menuntut ilmu, yakni Hidayatul Insan Fii Ta’limiddin Palangka Raya. Ia punya cita-cita mulia, yaitu menjadi seorang guru sekolah dan guru mengaji di desa tempat asalnya.

“Baiknya kita menghafal Al-Qur’an dan menjaga hafalan kita. Sebab Al-Qur’an itu, walaupun sudah dihafal, harus selalu kita murojaah agar tidak hilang. Terus semangat untuk menghafal, menjaga, dan mengamalkan Al-Qur’an di tiap kesempatan. Nikmati setiap proses, walau kadang terasa lelah. Ingatlah Allah akan menjawab doamu, dan akan selalu bersamamu di mana pun kamu berada,” tukasnya. (*bersambung/ce/ala)

Berkat dorongan dan dukungan orang tua, Nisa Mutmainnah (18) kini telah menjadi penghafal 30 juz Al-Qur’an. Gadis asal Kabupaten Gunung Mas (Gumas) itu berhasil menghafal 30 juz Al-Qur’an saat menimba ilmu di Pondok Pesantren Hidayatul Insan Fii Ta’limiddin Palangka Raya.

 

NOVIA NADYA CLAUDIA, Palangka Raya

 

NISA, begitulah dia biasa disapa, merupakan perempuan yang lahir di Kecamatan Kurun, Kabupaten Gunung Mas (Gumas), 9 September 2005 lalu. Ia mulai belajar menghafal Al-Qur’an sejak masih duduk di bangku sekolah dasar (SD). Awalnya menghafal surah-surah pendek, karena di tempatnya mengaji tidak ada program hafiz.

“Ketika SD, orang tua minta saya untuk memperdalam Al-Qur’an. Tetapi di tempat saya mengaji tidak ada program hafiz. Jadi orang tua minta saya hafal dahulu surah-surah yang pendek dahulu,” ucapnya saat dihubungi Kalteng Pos, Jumat (8/3).

Kemudian, gadis yang memiliki suara lembut dan santun itu memantapkan niat hatinya untuk mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Hidayatul Insan Fii Ta’limiddin Palangka Raya. Niat belajarnya didukung penuh oleh sang ayah yang berprofesi sebagai satpam rumah sakit di Gumas dan sang ibu yang bekerja sebagai pasukan kuning di Gumas. Dikatakan Nisa, ayah dan ibunya sering meyakinkan dirinya, bahwa dengan menghafal Al-Qur’an akan mendapatkan kemudahan.

“Kalau di pondok tempat saya belajar, kegiatan pembelajaran fokus untuk menghafal Al-Qur’an. Kesulitan jelas ada, seperti sulit ketika masuk ke hafalan dan lainnya,” tambahnya.

Baca Juga :  Ajang Mencetak Generasi Qur’ani Berprestasi

Anak pertama dari dua bersaudara ini pertama kali masuk ke Pondok Pesantren saat pandemi Covid-19, tepatnya tahun 2020 lalu. Banyak kekhawatiran yang dirasakan kala itu. Terutama memikirkan keluarga, karena untuk sementara waktu harus berjauhan selama dirinya menuntut ilmu. Rasa takut, cemas, sedih, dan rindu bercampur aduk, seiring kekhawatiran soal berbagai kemungkinan yang bisa saja terjadi.

Tak ingin larut dalam kesedihan dan rasa cemas, Nisa menguatkan semangat untuk memperdalam Al-Qur’an. Motivasi terbesarnya saat itu ialah, jika kedua orang tuanya sudah tiada, siapa lagi yang memotivasinya untuk menekuni hafalan Al-Qur’an.

“Bagi saya, orang tua adalah segalanya. Kalau tidak ada orang tua dan dukungan dari mereka, mungkin saya tidak ada bisa seperti ini. Meskipun saya lahir dan tumbuh di keluarga sederhana, tetapi merekalah yang selalu memberikan semangat, motivasi, saran, dan doa ketika saya sedang dalam masalah. Saya sangat dekat dengan orang tua,” ungkapnya.

Seiring berjalannya waktu, Nisa makin serius memperdalam ilmu dan hafalan. Ia pernah mengikuti beberapa perlombaan, seperti MTQ Kabupaten Kotawaringin Timur tahun 2022 pada cabang tahfiz 20 juz dan meraih juara 3, kemudian mengikuti PTQ LPP RRI tahun 2023 cabang 15 juz dan meraih juara 3, serta mengikuti lomba tingkat provinsi mewakili Kota Palangka Raya pada MTQH XXXI cabang 20 juz dan berhasil meraih juara 3.

Baca Juga :  Sore ini 300 Hafiz Khatamkan Alquran

Sejak awal mulai menghafal, Nisa membutuhkan waktu kurang lebih 3 tahun. Ia menyadari bahwa kemampuan tiap orang berbeda-beda. Namun, untuk bisa menjadi hafiz Al-Qur’an, ia harus memahami terlebih dahulu arti dari tiap ayat. Sebab, ayat-ayat yang ada dalam Al-Qur’an saling berhubungan. Karena itu, dengan caranya sendiri ia mencoba merangkai kata-kata.

Memiliki orang tua yang sangat berperan dalam perjalanan hidup, tentu menjadi anugerah luar biasa bagi Nisa. Orang tuanya patut berbangga, karena sang buah hati telah menjadi hafiz Al-Qur’an. Penghafal Al-Qur’an akan dijaga, seperti dia menjaga Al-Qur’an. Dan pada hari kiamat nanti, bisa memberikan syafaat bagi keluarganya.

Kini Nisa mengabdi dan mendedikasikan dirinya di pondok pesantren tempatnya menuntut ilmu, yakni Hidayatul Insan Fii Ta’limiddin Palangka Raya. Ia punya cita-cita mulia, yaitu menjadi seorang guru sekolah dan guru mengaji di desa tempat asalnya.

“Baiknya kita menghafal Al-Qur’an dan menjaga hafalan kita. Sebab Al-Qur’an itu, walaupun sudah dihafal, harus selalu kita murojaah agar tidak hilang. Terus semangat untuk menghafal, menjaga, dan mengamalkan Al-Qur’an di tiap kesempatan. Nikmati setiap proses, walau kadang terasa lelah. Ingatlah Allah akan menjawab doamu, dan akan selalu bersamamu di mana pun kamu berada,” tukasnya. (*bersambung/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/