Senin, April 29, 2024
26.4 C
Palangkaraya

Modifikasi Cuaca untuk Basahi Lahan Gambut

PALANGKA RAYA-Saat ini, Kalimantan Tengah (Kalteng) mulai memasuki transisi cuaca dari musim penghujan ke musim kemarau. Salah satu ciri dari transisi cuaca ini adalah cuaca harian yang lebih didominasi oleh cuaca panas daripada intensitas curah hujan.

Dengan kondisi ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalteng mulai mewaspadai potensi bencana ke depannya, yakni kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Wakil Gubernur Kalteng H Edy Pratowo mengatakan, pihaknya telah memikirkan beberapa skema untuk mengantisipasi bencana saat kemarau tiba.

“Kalteng masuk musim kemarau diperkirakan pada bulan Juni dan Juli, kita masih ada waktu di bulan Mei ini untuk melakukan kegiatan modifikasi cuaca, mumpung curah hujannya masih ada,” kata wagub kepada awak media, Senin (2/5).

Edy menjelaskan upaya modifikasi cuaca dilakukan untuk melakukan pembasahan pada lahan-lahan kering, terutama di lahan-lahan gambut seperti di Pulang Pisau, Kota Palangka Raya, Kotawaringin Timur, dan Kapuas.

Baca Juga :  Jaga Spirit Tokoh Reformasi Guna Kawal Demokrasi

“Saat ini kami masih mencoba untuk melihat upaya yang bisa dilakukan di bulan Mei ini, salah satunya dengan melakukan modifikasi cuaca ini,” jelasnya.

Pihaknya juga mewaspadai potensi musim kemarau yang disertai fenomena el nino. Oleh karena itu, lanjut Edy, pihaknya terus mengikuti perkembangan analisis cuaca yang dilakukan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) setempat.

“Perkembangan analisis BMKG setiap bulan kami ikuti, selalu berubah-ubah, tapi mudah-mudahan tidak terjadi el nino, karena kalau ada el nino kita bisa mengalami fase kemarau seperti tahun 2015 dulu yang kemaraunya panjang sehingga mudah terbakar,” ujarnya.

Meski demikian, Edy menegaskan bahwa Pemprov Kalteng sudah siap dengan berbagai sarana dan prasarana (sarpras) dalam upaya mencegah atau menanggulangi potensi bencana karhutla ke depannya.

Baca Juga :  Ingatkan Satpol PP soal Mobilisasi Linmas

“Yang penting kesiapannya, terkait sarpras dan lainnya sudah dilakukan oleh Pemprov Kalteng, termasuk penyiapan anggaran untuk kegiatan mitigasi bencana tersebut,” tandasnya.

Sebelumnya, Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Tjilik Riwut, Catur Winarti mengatakan, musim kemarau di Kalteng diprediksi mulai terjadi sejak Juni dasarian (10 harian) dua sampai Juli dasarian satu, pada rentang waktu kurang lebih satu bulan itu, seluruh wilayah di Kalteng diperkirakan sudah akan masuk pada kategori musim kemarau. Adapun puncak musim kemarau diprediksi akan terjadi pada bulan Juni sampai dengan September.

“Beberapa organisasi yang mengamati cuaca di dunia, termasuk BMKG memprediksi bahwa musim kemarau 2023 ini dipengaruhi oleh terjadinya fenomena alam el nino,” tutupnya (dan/abw)

PALANGKA RAYA-Saat ini, Kalimantan Tengah (Kalteng) mulai memasuki transisi cuaca dari musim penghujan ke musim kemarau. Salah satu ciri dari transisi cuaca ini adalah cuaca harian yang lebih didominasi oleh cuaca panas daripada intensitas curah hujan.

Dengan kondisi ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalteng mulai mewaspadai potensi bencana ke depannya, yakni kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Wakil Gubernur Kalteng H Edy Pratowo mengatakan, pihaknya telah memikirkan beberapa skema untuk mengantisipasi bencana saat kemarau tiba.

“Kalteng masuk musim kemarau diperkirakan pada bulan Juni dan Juli, kita masih ada waktu di bulan Mei ini untuk melakukan kegiatan modifikasi cuaca, mumpung curah hujannya masih ada,” kata wagub kepada awak media, Senin (2/5).

Edy menjelaskan upaya modifikasi cuaca dilakukan untuk melakukan pembasahan pada lahan-lahan kering, terutama di lahan-lahan gambut seperti di Pulang Pisau, Kota Palangka Raya, Kotawaringin Timur, dan Kapuas.

Baca Juga :  Jaga Spirit Tokoh Reformasi Guna Kawal Demokrasi

“Saat ini kami masih mencoba untuk melihat upaya yang bisa dilakukan di bulan Mei ini, salah satunya dengan melakukan modifikasi cuaca ini,” jelasnya.

Pihaknya juga mewaspadai potensi musim kemarau yang disertai fenomena el nino. Oleh karena itu, lanjut Edy, pihaknya terus mengikuti perkembangan analisis cuaca yang dilakukan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) setempat.

“Perkembangan analisis BMKG setiap bulan kami ikuti, selalu berubah-ubah, tapi mudah-mudahan tidak terjadi el nino, karena kalau ada el nino kita bisa mengalami fase kemarau seperti tahun 2015 dulu yang kemaraunya panjang sehingga mudah terbakar,” ujarnya.

Meski demikian, Edy menegaskan bahwa Pemprov Kalteng sudah siap dengan berbagai sarana dan prasarana (sarpras) dalam upaya mencegah atau menanggulangi potensi bencana karhutla ke depannya.

Baca Juga :  Ingatkan Satpol PP soal Mobilisasi Linmas

“Yang penting kesiapannya, terkait sarpras dan lainnya sudah dilakukan oleh Pemprov Kalteng, termasuk penyiapan anggaran untuk kegiatan mitigasi bencana tersebut,” tandasnya.

Sebelumnya, Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Tjilik Riwut, Catur Winarti mengatakan, musim kemarau di Kalteng diprediksi mulai terjadi sejak Juni dasarian (10 harian) dua sampai Juli dasarian satu, pada rentang waktu kurang lebih satu bulan itu, seluruh wilayah di Kalteng diperkirakan sudah akan masuk pada kategori musim kemarau. Adapun puncak musim kemarau diprediksi akan terjadi pada bulan Juni sampai dengan September.

“Beberapa organisasi yang mengamati cuaca di dunia, termasuk BMKG memprediksi bahwa musim kemarau 2023 ini dipengaruhi oleh terjadinya fenomena alam el nino,” tutupnya (dan/abw)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/