Minggu, Mei 5, 2024
24.8 C
Palangkaraya

Pembentuk Rasa Khas Kuliner Suroboyo, Patokannya Petis Harus Enak!

Dulu ibu-ibu berjualan semanggi dengan bakul gendongan, berkeliling di kawasan ramai hingga permukiman padat. Sekarang mereka pilih menetap di satu tempat. Begitu ada pesanan, tangan Reki Nur Kholifah sigap mengambil daun pisang dan kertas minyak. Keduanya dibentuk segitiga atau yang disebut pincuk oleh warga Surabaya.

Baru kemudian Reki meracik sayurannya. Komposisi semanggi paling dominan, ditaburi taoge dan bunga turi. “Seringnya orang mau semanggi saja, tanpa yang lain. Bunga turi sama daun telo jarang dipilih,” ucap Reki yang berjualan di depan kompleks Masjid Al Akbar Surabaya.

“Mau pedas atau nggak, Mbak?” tanya Reki memastikan selera pembelinya. Semanggi disantap dengan kerupuk puli. Lekukan kerupuk puli kadang jadi “sendok” untuk semanggi. Satu suapan, langsung dapat rasa bumbu kacang yang khas dan rasa renyah dari kerupuk. Jangan dibiarkan terlalu lama, nanti kerupuknya melempem lho!

Baca Juga :  Tiga Terdakwa Tipikor Kontainer Divonis Lepas, Hakim: Negara Tak dirugikan
Rujak Cingur Genteng Durasim. (Puguh Sujiatmiko/Jawa Pos)

Perpaduan tiga jenis petis, kacang, dan bumbu rahasia turunan keluarga membuat Rujak Cingur Genteng Durasim tetap bertahan hingga sekarang. Campuran buah dan sayur serta cingur sapi yang tak berbau menjadikan tempat itu jujukan orang luar daerah mencicipi kuliner khas Surabaya.

Hendri Sudikto, generasi keempat Rujak Cingur Genteng Durasim, mengatakan, petis yang digunakan adalah campuran dari tiga jenis. Yakni, petis Sidoarjo, Madura, dan Surabaya. Ketiganya diulek dalam cobek yang usianya lebih dari 76 tahun. Saking lamanya, cekungan batu cobek menyusut hingga 3 sentimeter. “Cobek ini didapat dari Magelang,” ucapnya.

Dulu ibu-ibu berjualan semanggi dengan bakul gendongan, berkeliling di kawasan ramai hingga permukiman padat. Sekarang mereka pilih menetap di satu tempat. Begitu ada pesanan, tangan Reki Nur Kholifah sigap mengambil daun pisang dan kertas minyak. Keduanya dibentuk segitiga atau yang disebut pincuk oleh warga Surabaya.

Baru kemudian Reki meracik sayurannya. Komposisi semanggi paling dominan, ditaburi taoge dan bunga turi. “Seringnya orang mau semanggi saja, tanpa yang lain. Bunga turi sama daun telo jarang dipilih,” ucap Reki yang berjualan di depan kompleks Masjid Al Akbar Surabaya.

“Mau pedas atau nggak, Mbak?” tanya Reki memastikan selera pembelinya. Semanggi disantap dengan kerupuk puli. Lekukan kerupuk puli kadang jadi “sendok” untuk semanggi. Satu suapan, langsung dapat rasa bumbu kacang yang khas dan rasa renyah dari kerupuk. Jangan dibiarkan terlalu lama, nanti kerupuknya melempem lho!

Baca Juga :  Tiga Terdakwa Tipikor Kontainer Divonis Lepas, Hakim: Negara Tak dirugikan
Rujak Cingur Genteng Durasim. (Puguh Sujiatmiko/Jawa Pos)

Perpaduan tiga jenis petis, kacang, dan bumbu rahasia turunan keluarga membuat Rujak Cingur Genteng Durasim tetap bertahan hingga sekarang. Campuran buah dan sayur serta cingur sapi yang tak berbau menjadikan tempat itu jujukan orang luar daerah mencicipi kuliner khas Surabaya.

Hendri Sudikto, generasi keempat Rujak Cingur Genteng Durasim, mengatakan, petis yang digunakan adalah campuran dari tiga jenis. Yakni, petis Sidoarjo, Madura, dan Surabaya. Ketiganya diulek dalam cobek yang usianya lebih dari 76 tahun. Saking lamanya, cekungan batu cobek menyusut hingga 3 sentimeter. “Cobek ini didapat dari Magelang,” ucapnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/